Chapter 8

2.4K 213 40
                                    

Katakanlah bahwa Sasuke melakukannya dengan berat hati, itu memang fakta.

Sasuke masih merindukan Menma, ia ingin menggendong dan memeluk tubuh kecil itu setiap harinya. Balita itu kini satu-satunya harta berharga yang Sasuke miliki. Ia sudah cukup selalu kehilangan orang yang dicintainya baik itu orang tuanya, Itachi dan juga Naruto. Permohonan terakhirnya, Sasuke tidak ingin kehilangan Menma.

Sasuke selalu memanggil Aoda, sampai ular itu bahkan bosan dibuatnya karena mendengar cerita tentang Menma hampir setiap hari. Sasuke tidak pernah bercerita kepada siapapun, meski ia sebenarnya sangat ingin... ia hanya tidak punya tempat untuk berlabuh. Naruto jauh, dan bukan miliknya lagi.

Apapun yang terjadi, ia akan tetap berdiri tegak meski tidak ada siapapun disampingnya.

Setiap harinya, Sasuke hanya duduk melamun sambil bersender. Lalu memikirkan banyak hal yang sudah terjadi dihidupnya, entah itu takdir atau kesalahannya sendiri... yang jelas, ia yakin bahwa ia pantas menerima semua itu.

Kabar pernikahan Naruto dan Hinata telah menamparnya dengan telak, seolah-olah mengejeknya 'kau menyesal telah mengabaikannya?'

Sasuke tidak pernah membenci Naruto. Hanya saja, pikirannya terlalu dikuasai kegelapan. Itu semua karma, dan Sasuke yakin takdirnya selalu membawanya dalam kesendirian. Ia menerima semua fakta menyakitkan itu. Ia terus mengenggam cinta itu semakin jauh. Sasuke terus berharap bahwa Naruto tidak berprasangka buruk padanya, andai sang uzumaki tahu mengapa ia memukulnya dengan sangat keras waktu itu.

Kenapa... Naruto tetap saja keukeuh membawa dirinya kembali? Ia bahkan menerima ajakan Sasuke untuk bertarung di lembah akhir. Naruto juga membiarkan Sasuke memukulnya dengan sesuka hati. Dan Sasuke terus memukulnya, berharap Naruto terpancing amarah dan menyerangnya lebih kuat... lalu Sasuke akan mati dan takdir menyedihkannya berhenti.

Sasuke tidak ingin Naruto kalah, tapi ia juga tidak ingin dirinya kalah... karena bagaimanapun juga ia tetap keukeuh dengan ideologinya sendiri. Semuanya berakhir dan ia tidak pernah bersedih karena kehilangan satu tangannya.

Sasuke merelakan satu tangannya tidak ada, dan tidak akan menerima tawaran Naruto untuk memakai sel hokage pertama agar menumbuhkan tangan palsu. Mengembalikan tangan itu hanya membuatnya kembali teringat dengan masa lalu. Ia akan membuka lembaran hidup baru meski tidak dengan menikah. Jika Naruto bisa berbahagia, Sasuke tentu juga bisa karena ia memiliki Menma.

Sasuke terus mengingat tekadnya sendiri, berusaha mencapainya dan ia kalah hanya karena seseorang. Sudah berapa kali Sasuke melanggar tekadnya? Ia berpijak di konoha sekali lagi, meski mati-matian menahannya. Hanya karena selembar kertas dengan tulisan cakar ayam yang merusak mata.

Kembalilah ke Konoha jika kau tidak mau kompleks uchiha dihancurkan. -Naruto

Inilah kelemahan terbesar uchiha bungsu itu, yaitu Naruto.

Melihat nama pengirimnya saja Sasuke sudah enggan, tapi mau tak mau ia harus datang kesini karena sesuatu yang disinggung Naruto. Hati kecilnya juga tidak bisa menolak, ia ingin melihat wajah itu sekali lagi.

Sasuke terus melangkahkan kakinya ke sebuah tempat dimana sebenarnya ia sangat tidak ingin kesana lagi. Sekali lagi, Sasuke hanya terpaksa dan juga sedikit rindu.

Sasuke menghela nafas lelah ketika melihat rumah itu dari kejauhan, rumah yang menjadi saksi bisu dosa mereka berdua yang kedua kali. Ia mendengus dalam hati, meyakinkan diri bahwa tidak akan terjadi apa-apa lagi.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang