Chapter 6

2.5K 223 49
                                    

Juugo mendudukkan tubuh kecil Menma perlahan diatas rumput yang lembut. Balita itu tampak diam dan menerima semua perlakuan Juugo padanya. Menma jarang sekali berceloteh untuk balita seusia dirinya.

"Menma, apa kau ingin membaca?" tanya Juugo, ia menyodorkan sebuah buku cerita bergambar yang sudah dibuka secara acak. Kedua tangannya memandu tangan kecil Menma untuk memegang buku itu.

"Oi.. jangan bodoh, dia belum bisa membaca." komentar Suigetsu.

"Aku hanya ingin mengisi waktunya dengan hal berguna." jawab Juugo realistis. Menma masih terlalu kecil untuk mempelajari jutsu atau sekedar melempar shuriken dan kunai. Balita itu tampak sering diam dan merasa kesepian, jadi Juugo memberikannya banyak buku cerita.

Bukannya membuangnya dan berceloteh, Menma melihat buku itu dalam diam. Terkadang, kedua alis tipisnya bertaut seolah-olah ia mengerti maksud dari gambar dalam cerita tersebut. Kaki kecil nan gembulnya bergoyang kecil pertanda ia menikmati buku ceritanya. Melihat ini, Juugo pun tersenyum. Bagi Juugo, melihat Menma sama seperti Sasuke, dan ketika balita itu tersenyum bahagia tentu saja Juugo ikut bahagia. Dia adalah orang yang juga peduli pada Sasuke, selain Naruto tentunya.

"Sudah kuduga, kau sangat mirip dengan Sasuke." lain pula komentar yang keluar dari Juugo. Pria orange itu mengelus lembut kepala Menma yang rambut hitamnya lumayan lebat.

Suigetsu hanya tersenyum, menyenderkan kepala dengan kedua tangannya di batang pohon. "Pasti bocah itu akan menjadi orang jenius nantinya." katanya, mengingat gen uchiha mengalir di tubuh Menma.

Juugo hanya mengangguk, kemudian mendudukkan diri di sebelah Menma. Ia terus memandangi Menma, lalu turun ke perut Menma yang agak sedikit buncit karena ia baru saja disuapin bubur jagung oleh Karin. Juugo masih ingat ketika pertama kali Sasuke menyodorkan bayinya yang berumur sehari, bahkan tubuh Menma masih kemerahan.

Balita itu tampak serius membaca buku ceritanya, ia juga tidak peduli dengan suara berisik Suigetsu yang sedang melempar batu ke sungai. Persis seperti Sasuke, Menma sangat kalem.

"Ayah..." gumam Menma pelan, bibir kecilnya tampak masih takut-takut mengeluarkan suara. Juugo menoleh bingung, sementara Suigetsu langsung connect mendengar suara kecil itu.

"Hoi hoi.. karena keseringan merawatnya, dia jadi menganggapmu sebagai ayahnya tuh.." Suigetsu tertawa, kini ia sedang memandangi Menma sambil berkacak pinggang. Entah mengapa, ia suka sekali mengusili Menma. Mumpung Sasuke tidak ada, pikirnya.

"Ada apa, Menma?" Juugo tidak mempedulikan komentar Suigetsu. Baginya, tidak ada alasan untuk berbahagia ketika balita ini menyebutnya sebagai ayah. Menma adalah anak Sasuke bersama orang lain.

Menma tidak menjawab, tetapi kelereng biru bulatnya memandang lurus pada sebuah gambar yang memperlihatkan seorang ibu sedang menggendong bayi.

Juugo terdiam sesaat kemudian tersenyum, untuk balita seusia Menma, ia termasuk cerdas dan cepat mengerti. "Menma sangat ingin melihat Sasuke, 'kan?" bisiknya.

Suigetsu hanya memandang malas adegan itu, karena ia sudah menebak Sasuke tidak akan pulang.

Bibir kecil Menma turun kebawah, ia seperti ingin menangis. Kedua kelereng birunya yang bulat dan lucu mulai berair, tetapi balita itu tidak kunjung menangis. Juugo langsung menggendongnya dan membawanya kembali ke dalam.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang