01. What a bad day

2.9K 334 77
                                    

Ghea Dezka Edsel.

Bukan nama seseorang, tapi?

Tiga serangkai yang tidak bisa dipisahkan. Bagai kembar dempet yang tidak mau lepas. Mungkin diantaranya pernah dioles lem aica aibon bukan kelas lem UHU lagi.

Bukan sedari bayi kok tenang aja. Susah ngeluarinnya kalo bener-bener nempel. Yang produksi juga beda. Alias beda mama papa. Serem amat kalo sama 😭

Tapi tenang, istilah di atas cuma istilah hiperbolanya kok.

Yakali ke toilet barengan juga hehe kan beda kelamin. Bisa auto digebukin mak-mak kalo Dezka sama Edsel ngikut Ghea ke toilet.

Mungkin ketiganya emang udah paten ditakdirin buat bareng-bareng terus.

Lahir di jam dan menit yang sama, tapi tenang detiknya beda kok. Karena proses ngedennya beda-beda. Lahir di rumah sakit yang sama, sekolah di tempat yang sama, bahkan masuk jurusan yang sama, untungnya masih beda kelas.

Kenapa bisa samaan? Nggak tahulah, mak-bapaknya aja nggak tahu. Perasaan juga proses bikinnya nggak dalam waktu yang bersamaan, apalagi di tempat yang sama. Yakali hehe.

Oh iya, jangan tanyakan rumah mereka.

Juga dempet. Rumahnya si nggak. Pagarnya yang dempet. Katanya biar irit, makanya patungan waktu bikin pagar rumah.

Camkan ya!

Sesungguhnya, pelit sama irit beda tipis gaes.

Biar dikata Ghea itu cantik menurut kebanyakan orang, tapi Edsel sama Dezka termasuk golongan minoritas yang menganggapnya kebalikan. Contohnya nih, kayak hari ini, Edsel sama Dezka dengar temennya nyeletuk, muji Ghea yang kelihatan cantik karena didandanin, dalam kurung TERPAKSA ya, karena harus ikut lomba padus antar fakultas di kampus.

Gimana reaksi mereka? Auto misuh-misuh di tempat.

Menurut Edsel sama Dezka, temannya itu rabun, serabun-rabunnya manusia. Tapi mereka yang dengar, cuma bisa geleng-geleng kelapa eh kepala maksudnya. Ini anak berdua emang standard nya yang ketinggian atau lagi dalam keadaan denial sih?

Dalam hati mereka berpikir keras.

Lah? Hati kok mikir? Otak kali, hati mah ngerasain.

Ah sebodo amat.

Nggak tahu sih apa emang Ghea bener-bener biasa aja dimata mereka, karena udah keseharian lihat gadis itu dari sisi positifnya sampe sisi sebobrok-bobroknya.

Atau karena...

Ya itu tadi. Denial. Gengsi mungkin kali aja.

Nggak tahu lah pokoknya. Cuma Edsel sama Dezka yang tahu, tentunya sama Tuhan.

Sedangkan Ghea sendiri?

Ghea tahu dia cantik, dia juga tahu kalau kedua sahabatnya nggak mau ngakuin kalau dia cantik. Itu sih, yang bikin Ghea ngerasa mereka berdua aja yang buta.

Yaiyalaaaah jelas aja.

Dan itu yang bikin dia risih. Kenapa? Karena kecantikannya terasa nggak valid kalau belum diakuin sama mereka berdua.

Ghea dandan juga jarang, sekalinya dandan pengen dong dipuji sahabat-sahabatnya. Tapi apa? Ghea cuma bisa ndengus kalau lihat reaksi mereka.

"Ih, lo apaan sih kayak tante-tante!" Celetuk Dezka yang langsung disetujui sama anggukan Edsel.

"Apa lo bilang? Gue kayak tante-tante? Mana bokap lo? Sini gue godain!!" Jawabnya murka.

Edsel terkekeh dan langsung menambahi, "Emang lo secantik mak nya Dezka? Jangan ngarep dah, lo aja masih kalah bening sama sikutnya Mama Dezka.

HUH [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang