"When winter is over, it's time for the sun to shining his world."
.
.
.
.
.Bersamaan dengan aroma petrichor yang mengudara ke indra penciumannya, Sohyun mempercepat langkah kakinya disana. Berharap segera sampai ke rumah sang sahabat, agar setidaknya ia bisa membaringkan tubuh mungil itu diatas kasur empuk dalam desain kamar yang, yaaa—bisa dibilang mewah untuk ukuran satu orang.
Kedua tangannya berusaha memayungi kepala, untuk meminimalisir air hujan, agar tidak jatuh tepat diatas rambut yang ia tata susah payah tadi pagi. Meskipun usahanya terbilang percuma—air hujan tetap saja membasahi. Padahal seingat Sohyun, tadi pagi cukup berawan meskipun suhunya tetap dingin. Dia kira sore ini mendung tidak akan menghampiri Seoul, tapi nyatanya perkiraan meleset begitu saja.
Lantas bibir tipis semerah buah ceri itu berdecak kecil, sedikit menyesal sudah mengabaikan acara televisi prediksi cuaca, yang ia tonton sambil sarapan hotteok dan susu rendah lemak pagi tadi. Tapi karna sekarang sudah mulai memasuki musim dingin, untungnya Sohyun selalu membawa jaket kemanapun ia pergi. Meskipun berbahan tebal, tetap saja akan kalah dengan suhu 11°C yang membuat siapapun pasti memilih bersembunyi dibawah selimut dengan secangkir teh hangat, dari pada harus pergi ke kampus mengejar-ngejar dosen yang tentunya itu sama sekali bukan hal yang selalu dilakukan Sohyun. Baginya ini menyebalkan, sungguh.
Dan sepertinya, Dewi keberuntungan tidak berpihak pada Sohyun hari ini. Bukannya mereda, sialnya hujan malah semakin deras mengguyur Ibukota, membuat Sohyun mau tak mau harus berlari tergesa-gesa mencari tempat yang cocok untuk berteduh sejenak.
Pandangannya tertuju pada sebuah coffee shop diperempatan jalan. Yang bila dilihat dari desain bangunan sih, cocok untuk kalangan nya—iya, kalangan anak muda kaya raya tentunya.
Gemercing lonceng terdengar nyaring ketika Sohyun mendorong bilah papan itu masuk dengan helaan nafas yang sedikit terengah-engah dan pakaian yang setengah basah disana, menarik nafas sejenak sebelum langkahnya mengiring ia ke meja pemesanan.
"Hai?" disambut langsung oleh pria berkacamata dengan celmek coklat berpaduan abu yang terikat ditubuh gagahnya, "Mau saya buatkan sesuatu yang hangat?".
Dalam sudut pandang Sohyun, ia yakin, gadis manapun yang melihat senyuman ini bisa overdosis karena nya. Sohyun tidak munafik, pria yang dihadapannya kali ini memang tampan dan menggemaskan secara bersamaan. Dan maaf, pernyataan itu tidak bisa dibantah oleh siapapun. Sohyun rasa, dunia juga pasti akan menyetujui pendapatnya kali ini.
Tentu saja Sohyun membalasnya dengan senyuman pula. Bersikap biasa saja, tidak terlalu berlebihan, dan tetap elegan seperti biasanya. Mengamati daftar menu dengan kedua tangan menumpu pada meja, "Minuman hangat aja, apapun itu."
Pria dengan rambut hitam acak itu sekilas mengusap dagunya lirih. "suka hazelnut latte?"
Sohyun langsung tersenyum dengan beberapa anggukan kecil dalam artian setuju dengan pilihan yang tepat atas dirinya. Bagaimana mungkin, orang yang baru pertama kali ia temui bisa langsung mengetahui minuman kesukaanya, apakah dia seorang cenayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Sun [MYG•JHS]
ФанфикApa yang harus diharapkan pada pria yang jelas masih mencintai masalalunya? Kesetiaan? Diprioritaskan? Jangan berhayal, bahkan untuk pedulipun dia enggan. Warning🔞: beberapa part mengandung kata kasar dan dewasa. Be wise!