Letter

269 28 0
                                    

"Toru-san bisakah berikan ini pada Mori-chan?" Seorang gadis menyerahkan sebuah surat pada Toru yang tengah memakan ramennya.

Hati Toru terasa tertusuk, mengangguk, tangannya mengambil alih surat dari gadis bernametag Aimer.

Aimer berjalan menjauh setelah berterimakasih.

Meninggalkan Toru yang menatap surat ditangannya nanar.

Berdiri dari tempatnya, Toru meninggalkan ramennya yang masih separuh, hambar rasanya.

.

Taka mengernyit menerima surat dari Rola, "berikan ini pada Toru ya," mohon gadis itu.

"Ah, baiklah," ucap Taka meski rasa tidak nyaman tiba-tiba menghampirinya.

Namun pantang baginya menolak permintaan orang lain, apalagi seorang perempuan, Taka selalu lemah akan makhluk itu.

Rola berbalik pergi setelah memberikan kecupan dipipi Taka sebagai terimakasih, tak tau mata Taka menyiratkan luka akan sikapnya.

.
.

Surat kedua puluh yang disimpan Toru mengisi hampir separuh kotak di tangannya, surat Aimer untuk Taka.

Heh, Toru meringis, pengecut memang, namun ia tak bisa merelakan Taka tau akan rasa kagum atau suka Aimer padanya.

Surat-surat itu masih rapi tersegel, Toru sekali lagi kalah akan rasa egoisnya.

Memendam rasa memang tak nyaman.

______

Taka menatap kosong surat di tangannya, surat yang perlahan terbakar oleh kobaran api di depan matanya tetap ia pegang, sampai api itu hampir melahap jemarinya barulah ia buang.

"Hahhh... Aku tak akan membiarkan Toru bersamamu Rola,"

Taka menutup matanya erat, bersandar di kursi yang ia duduki dalam kamarnya.

______

Bahkan meski terhalang, jika takdir telah berjalan memangnya manusia bisa apa

______

Aimer memberanikan diri memasuki kelas yang sama dengan Taka, degup jantungnya terdengar sangat nyaring di telinganya, entah yang lain mendengar atau tidak, Aimer sudah tak peduli.

Tujuannya hanya satu

Takahiro Moriuchi, lelaki populer di kampus mereka serta penyanyi band populer.

_____

Rola memakirkan motornya di samping motor besar Toru, menatap gedung fakultas pertanian, Rola berjalan mantap mendekati gerombolan lelaki yang duduk santai tengah berdiskusi di halaman fakultas.

Sepatu boots rendahnya terdengar seiring langkahnya yang semakin dekat.

Berhenti beberapa langkah di belakang mereka, membuat gerombolan itu mengalihkan pandangan padanya.

"Toru-san..." Matanya menatap lekat lelaki yang duduk di tengah gerombolan itu.

______

Plak!!!

Tamparan pedas di dapat seorang Toru, pelakunya siapa lagi kalau bukan

Taka.

Mereka bertatapan tajam satu sama lain, mata yang berbeda warna itu saling menelusuri retina masing-masing.

Tak peduli dengan orang-orang yang menjadi penonton.

Tidak

Taka sudah tidak peduli akan semua itu setelah mendengar apa yang di katakan oleh Aimer padanya, gadis yang setaunya menyukai Toru, temannya atau bahkan bisa dibilang sahabatnya.

Tak percaya

Taka tak percaya Toru bisa melakukan hal itu padanya!! Pada dia yang sangat mencintainya

Mata Taka dipenuhi lautan emosi, bulir air mata mulai menuruni, "kenapa?"

Menggigit bibirnya kasar, Taka menggenggam bahu Toru erat. Meminta jawaban pada Toru yang hanya diam, tak berani menatap Taka lagi, Ia bahkan mengalihkan pandangannya.

_____

Rola menatap nanar dua orang yang tengah berdiri di tengah lapangan basket, "ini yang terbaik?" Tanyanya.

"Ya, memang harus seperti ini," sahut wanita lainnya, Aimer.

_____

Kedua lelaki itu bertatapan dalam, lalu tertawa bersama-sama.

Menertawakan kebodohan mereka.

Menertawakan takdir yang membawa mereka.

Lalu pelukan hangat dirasakan keduanya, perasaan kuat yang mereka pendam akhirnya dapat menjadi satu.

Cinta mereka tak bertepuk sebelah tangan.

_____

Dear Taka,

Aku hanya ingin mengatakan lihat Toru-san sekali saja, tatap matanya dan kau akan tau apa arti dirimu untuknya.

____

Dear Toru,

Hey baka, apa kau lihat pandangan memuja nya padamu??!!

Bodoh, kau malah mengatakan 'homo janai' di hadapannya.

Lebih baik makan singkong yang banyak, biar otakmu berjalan dengan baik.

_____

Taka memeluk pinggang Toru dengan erat, menyandarkan kepalanya di bahu lebar Toru.

"Taka..." Panggil Toru, tangannya menepuk pelan jemari Taka lalu memegangnya erat, membawa jemari Taka ke dadanya.

"Mari jangan berbuat bodoh lagi," ucap Toru dan disambut anggukan dari Taka.

_____

Takdir kadang menyakitkan namun juga kadang sangat lucu.

Disaat kau mengira semua hanya berisi kesedihan nyatanya semua adalah jalan menuju kebahagiaan.

Toruka In Da Hoes [ IND ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang