Lapar

373 33 4
                                    

"aku akan mati..." Taka bermonolog sendiri, dia berguling-guling di karpet bulu hadiah dari Tomoya.

"Tidak akan," Ryota menyahut dari atas sofa, dia tengah santai membaca majalah, mengabaikan makhluk astral di depannya.

Taka duduk bersila, "Aku benar-benar akan mati kalau tidak makan!! Apa kau tidak lihat betapa kurusnya diriku?? Bagaimana kalau aku semakin kurus, oh tidak! Aku akan jadi tengkorak berlapis kulit saja!"

Ryota menyipitkan matanya, mencoba bersabar menghadapi bocah yang tengah melebarkan kedua matanya dengan brutal mengusak rambut pirangnya sendiri.

"Masak," Ryota menyahut lagi *masihsabarkok.

"Tapi aku lemah....." Taka mulai merengek, dia kembali berbaring di karpet bulu lagi.

"Ya sudah, tidur saja"

"Aku tidak bisa tidur jika lapar,"

Twitch

Dahi Ryota sudah mulai mengerut.

Sabar Ryota, sabar, orang sabar banyak anak.

"Pergi ke sebelah sana, minta makan,"

"Eh???" Taka duduk dengan spontan.

"Kenapa aku tidak berpikir dari tadi, Yoshhh aku akan makaaaannn," Taka meloncat-loncat dengan gembira.

Ryota menyeringai.

Semoga kau selalu di lindungi Taka.

.
.

Clekk

"Tomo-tomoo,, aku lapaar, ayoo beri aku makan," Taka dengan gembira membuka pintu rumah tetangganya, Tomoya.

"Ah, Taka, tepat sekali aku mau pergi dengan Ryota, makanan ada di lemari, ambil saja ya," Tomoya tengah memakai jaket mantelnya, menepuk bahu Taka dan menutup pintu rumahnya.

Meninggalkan Taka yang tengah berdiri di depan ruang makan Tomoya.

Bersama

Toru, sepupu Tomoya yang tengah memakan es krim, menghiraukan kedatangan Taka.

"Cih seperti orang miskin saja, makan di tempat orang,"

Perempatan muncul di dahi Taka.

Mengabaikan Toru, Taka mengambil piring dan membuka lemari Tomoya, mengambil lauk satu persatu dan kembali duduk di meja makan, berhadapan dengan Toru.

Mereka makan dalam diam.

Hanya suara benturan sendok dan piring serta suara renyahan serta gigitan yang terdengar di dalam rumah itu.

Tes

Tes

Tes

"Hah..." Toru menghela napasnya.

Dia berdiri dan berjalan ke wastafel, menaruh sendok dan mangkuk bekas es krim nya.

Berbalik dan mendekati bahu yang naik turun dengan wajah yang tertunduk di depannya.

"Kau akan membuat makanan mu jadi berkuah," Toru tersenyum.

Dia berdiri di belakang Taka, perlahan mengulurkan tangannya mengusap air mata yang mengalir di pipi Taka.

Mengelus rahangnya, dan menarik Taka berdiri dan berbalik menghadapnya.

"Hikss..."

Taka masih menunduk, tak berani menatap langsung Toru, kekasihnya yang telah lama pergi.

"Sstttt...." Toru mengelus belakang leher Taka, dan menariknya agar bersandar di tubuhnya.

Mendekap erat tubuh Taka yang lebih kecil dari tubuh Toru.

Dan Taka membalas nya dengan memeluk tubuh Toru erat.

"Hikss.. kenapa semakin keras?" Taka mengomel.

"Hahahahaha, tapi kamu suka kan," Toru mengecup bahu Taka.

Taka mengangkat wajahnya, memperlihatkan mata yang merah berair, hidung yang merah dan bibir yang di gigit menahan isakan. *Matiakubayanginnya.

Toru tersenyum lembut.

"I miss you.."

Taka tersenyum lebar, "me too..".

Toru melepaskan ikatan di leher Taka, dan mengeluarkan cincin dari ikatan itu.

"Now, you are my wifey,"

"Uh, kenapa bukan suami," Taka mengernyit.

"Karena tugasku untuk menafkahi, biar kamu gak nyari makan di rumah orang,"

Taka dan Toru tertawa bersamaan.

"Jangan pergi lagi ya," Taka menatap dalam wajah yang di rindukannya itu.

"Kali ini aku akan mengantongi mu kemanapun aku pergi,"

Mereka terus bertatapan dengan dalam, melepas dahaga akan rasa rindu yang telah lama di pendam.

.
.

Tidak menyadari ada dua orang yang ikut menangis ikut bahagia, sebernernya cuman Tomoyaa sih. Ia bersandar di bahu Ryota, terisak keras. Dengan Ryota yang terus menepuk punggungnya pelan, *eciyeeee

Toruka In Da Hoes [ IND ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang