Aku sedang menikmati perjalanan menuju sekolah. Tidak ada Naomi yang biasanya menyapa dan mengajakku agar berboncengan denganya, mungkinkah sepeda Naomi masih rusak?
Aku sekarang sedang berjalan di depan rumah Naomi, karena memang kebetulan rumahnya mengarah ke sekolah. Suasana di rumah itu tampak sepi. Bahkan sepeda yang biasa diparkirkan Naomi di luar garasinya pun tak terlihat. Apakah keluarga itu sedang pergi sekarang?
Aku berhenti tepat di perempatan jalan, menunggu salah satu kendaraan umum yang bisa mengantarku ke sekolah. Tak sampai satu menit, kendaraan yang kutunggu akhirnya datang. Dengan tergesa-gesa aku langsung masuk ke dalam mobil dan duduk santai di dalamnya. Astaga, bulu kudukku langsung berdiri.
Kuputar leher ke arah kanan. Dan saat itu juga tatapanku beradu dengan tatapan mahluk bermuka gosong yang ada di samping. Mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun, teligaku tak mampu merespon ucapannya dengan cepat. Suara itu sangat kecil, nyaris tidak terdengar.
Kuabaikan makhluk itu, sambil berharap ia akan segera menjauh. Hanya satu yang kutakutkan, aku takut hantu gosong itu akan menyadari kalau aku mampu melihatnya.
Hantu yang satu ini sama sekali tidak bisa dicirikan. Aku tidak bisa membedakan apakah dia perempuan atau laki-laki. Ciri yang biasanya paling menonjol antara laki-laki dan perempuan adalah rambut. Sedangkan hantu ini, sama sekali tidak memiliki rambut. Tapi dilihat dari tingginya, hantu ini seusia denganku.
Sungguh di luar dugaan, hantu gosong ini malah merangkul bahuku. Mataku terbelak kaget. Bagaimana tidak, kulitnya yang lepuh dan mengelupas bersentuhan langsung dengan baju seragamku yang tipis.
"Aku haus." Suara itu keluar tepat di samping telingaku.
"Aku tidak bawa air," celetukku spontan. Ya ampun, apa yang kulakukan? Hantu ini akan tahu kalau aku melihatnya.
"Kalua begitu, cari tahu kenapa aku bisa mati."
Entah angin apa yang membuatku menganguk begitu saja. Kemudian, hantu itu menghilang.
Mobil yang kutumpangi berhenti di depan gerbang. Dengan cepat, melompat keluar dan menyapa matahari cerah. Namun sayangnya, kegiatan menyapa di pagi hari tidak pernah kulakukan kepada makhluk yang bernama manusia.
Aku kembali teringat sesuatu. Hantu gosong itu, dia meminta pertolongan dariku. Tapi yang aneh, dia menghilang setelah mobil berhenti di depan gerbang. Aku tidak tahu pasti, hantu itu menghilang karena sampai di sekolah atau karena dia telah mengucapkan keinginanya?
***
Jam pelajaran telah usai. Di sepanjang jam sekolah, aku belum pernah bertemu dengan Naomi. Biasanya, Naomi selalu datang ke kelas dan mencari-cariku. Tapi sekarang, akulah yang mencari Naomi. Jujur, aku malu mengatakannya. Aku sedikit khawatir pada perempuan konyol itu. Bagaimana kalau dia terkena masalah?
"Kamu melihat Naomi."
Perempuan berkacamata dengan rambut sebahu menjadi narasumberku untuk saat ini. Yang kutahu, perempuan itu adalah teman sekelas Naomi."Naomi sakit," jawabnya singkat tanpa menoleh.
"Terima kasih."
Setelah aku mengucapkan kata itu, perempuan berkacamata itu pun menoleh dengan tatapan tidak percaya. "Kevin?"
Aku mengangkat kedua bahuku. "Ada yang aneh?"
Perempuan itu diam sebentar sambil memandangi sekujur tubuhku. "Ada banyak sekali keanehan," katanya.
Aku berusaha mencerna ucapan perempuan membingungkan yang ada di depanku ini. Mungkin yang dia maksud adalah, dirinya sendirilah yang aneh.
"Kamu melihat hantu?" tebakku yang terdengar konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam! [COMPLETED]
HorrorKevin, remaja 14 tahun. Pemilik tangan ajaib. Dengan sentuhannya, segala rasa sakit akan hilang. Bukan hanya itu, Kevin juga bisa melihat hantu. Dan, ada Hantu Tanpa Mulut di rumahnya. Naas, Kevin harus kehilangan adik bayinya--Jack. Jack yang terus...