04| Insiden Kebakaran

254 26 2
                                    

“Hai Kevin,” sapa Harry saat aku baru saja keluar dari toilet.
Tanpa mau pikir panjang, aku tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Seolah tidak menyadari keberadaan hantu gemuk itu. Aku tak sendirian lagi di rumah, setelah Hantu Tanpa Mulut pergi, hantu gemuk datang. Hantu gemuk itu selalu mengusi setiap kali keluar dari toilet.

“Hai Kevin,” panggil Harry lagi. Namun, dengan suasana yang berubah.

Angin kencang mengitari tubuhku. Saking kuatnya terpaan angin, rasanya baju-bajuku siap terlepas kapan saja. Semua tampak gelap dan kosong. Sebenarnya apa yang terjadi?
Aku memutar badan, berusaha menyamakan dengan arah putaran angin. Mataku berkeliling, mencari mahkluk apa pun yang bisa kutanyai, termasuk Naomi—bila sangat mendesak. Namun, tak ada siapa pun di sini.

Apa yang terjadi? Anginnya semakin kencang, dan tubuhku terangkat begitu saja. Berputar, berputar, dan terus berputar. Membuatku hampir muntah. Oh tidak, kurasa aku akan muntah sekarang juga.

Gubrak ....

Aku terjatuh, dan langsung di hadapkan dengan suasana yang sangat asing. Orang-orang berseragam sama berbondong-bondong pergi ke satu bangunan—bangunan  dengan arsitektur tahun 90-an. Bagunan ini berlantai tiga dengan satu menara menjulang tinggi di tengahnya. Serta dinding yang berwarna putih menambah keindahan tersendiri pada bangunanya.

Ada yang janggal, kenapa orang-orang ini menembus tubuhku begitu saja. Atau jangan-jangan aku sudah mati. Oh tidak, aku belum siap untuk itu, masih ada banyak hal yang belum kulakukan. Bagian paling buruknya adalah, seorang Kevin Alvaro menjadi hantu penasaran karena belum menemukan ketenangan. Lalu, di mana Harry?

“Hai ....” Seseorang baru saja menepuk bahuku.

Aku menoleh. Pertama-tama aku menduga kalau yang menepuk bahuku adalah Harry, tapi aku salah.

“Mr. William?” Aku mengucek mataku beberapa kali, seolah tak percaya dengan apa yang kulihat. Mr. William juga mati, dan menjadi hantu sepertiku?

“Terkejut?” tanyanya sambil tersenyum.

“Apa kita sudah mati?

“Belum, tapi sekarang kita tengah berada di masa lalu.”

“Masa lalu?”

Mr. William memegang kedua bahuku dengan erat. “Ya, kita berada di masa 90-an. Lebih tepatnya, hari di mana insiden kebakaran itu terjadi.”

“Kebakaran yang menewaskan puluhan siswa?”

Mr. William melepaskan peganganya pada pundakku. “Tepat sekali.”

“Jadi, bangunan ini adalah sekolah kita yang dulu?”

“Saya rasa kamu bisa menjawab sendiri pertanyaanmu itu.”

Kami pun berjalan menuju sekolah dengan santai. Sampai langkahku terhenti di depan salah satu bangku yang ada di koridor. Sepertinya, wajah yang duduk di bangku itu tak asing bagiku. Ya, aku tak mungkin salah. Laki-laki yang duduk di bangku itu pasti Hantu Tanpa Mulut. Ada yang aneh, di mana luka sayat di lehernya?

“Kenapa Kevin?” Mr. William menghentikan langkahnya, dan menoleh ke arahku.

“Mr. William kenal laki-laki itu,” tunjukku tanpa peduli dengan perasaan orang yang kutunjuk. Lagi pula orang yang kutunjuk tidak akan melihat.

“Tidak,” jawab Mr. William sambil mengangkat kedua bahunya.

Tunggu dulu, atau jangan-jangan? Laki-laki itu adalah Hantu Tanpa Mulut fersi manusia, dan ada kemungkinan kalau Hantu Tanpa Mulut hidup di tahun 90-an.

“Memangnya kenapa?”  tanya Mr. William.

“Laki-laki itu sangat mirip dengan hantu yang membunuh Harry.” Karena lelah, aku pun memilih duduk di samping laki-laki yang sedang kami bahas.

Diam! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang