08| Liburan

207 18 3
                                    

“Hai Kevin.” Aku memang belum membuka mataku dengan sempurna tapi sudah mengenal kalau itu suara Harry.

“Aku di mana?” tanyaku dengan mata yang masih tertutup.

“Di rumah.” Kekuatan mataku yang awalnya 5 watt berubah 100 watt seketika.

Warna dinding yang dicat putih dan biru, serta terdapat meja belajar yang dilengkapi dengan globe di atasnya. Aku yakin ini kamarku. Bukan surga yang awalnya kukira.

Bagaimana dengan pertukarannya? Atau mungkin dibatalkan. Jika memang benar dibatalkan, berarti Naomi sudah mati. Lalu, pertukaran apa yang Hantu Tanpa Mulut maksud?

“Kamu sudah bisa menyembuhkan dirimu sendiri bukan?” Harry duduk di ranjang tepat di sampingku.

Aku mengangguk lemah, lalu berusaha untuk mendapatkan posisi duduk. Kemudian mulai mengobati. Andai kekuatan yang kumiliki lebih dari ini. Mungkin saja aku bisa menghidupkan orang mati. Tapi itu mustahil, dan hal itu mengalahkan batas wajar seorang manusia di mata Tuhan.

“Kenapa denganmu?” tanya Harry.

“Aku tidak tahu,” balasku sambil menggeleng.

Harry mendengkus pelan. “Kamu menghawatirkan sesuatu Kevin?”

Lagi-lagi aku hanya bisa menggeleng. Aku tidak sanggup bila harus menyebut nama itu. Nama yang seharusnya kulindungi, nyawa yang seharusnya tidak pergi secepat ini.

“Naomi, dia baik-baik saja di kamar tamu. Seharusnya kamu pergi ke sana dan mengobatinya.”

“Benarkah?” Sedikit tidak percaya namun membuatku sangat bahagia.

Harry mengangguk mantap.

Aku berlari menuju kamar tamu, tempat di mana Naomi sedang beristirahat sekarang. Beruntung tahap pemulihanku berangsur dengan cepat sehingga membuatku dapat berlari dengan lincah.

Belum juga sempat memegang gagang pintu. Ayah datang sambil membawakan segelas teh. “Pelankan langkahmu Kevin,” ujarnya.

Aku mundur kebelakang. Membiarkan Ayah masuk lebih dulu. Kemudian baru disusul olehku. Di dalam kamar, Naomi tampak terbaring dengan kondisi kulit yang sangat pucat. Dia seperti mayat saja.

“Naomi,” ucapku setelah sampai di samping ranjangnya.

Ayah meletakkan teh yang ia bawa di atas nakas. “Segera obati temanmu itu Kevin.”

Aku melaksanakan perintah Ayah dengan patuh. Jarang-jarang Ayah menyuruhku seperti ini, biasanya dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga membuatku terbenggalai sendirian di rumah. Tapi aku tak sepenuhnya sendiri, ada Harry dan Hantu Tanpa Mulut yang biasanya menemani, walaupun pada kenyataannnya Hantu Tanpa Mulut merupakan hantu yang jahat.

Kurasa cukup, saat menyadari jari-jari Naomi terlihat sedikit bergerak. Tak lama lagi dia akan sadar sepenuhnya. Hanya cukup menunggu beberapa detik.

“Bagaimana kami bisa sampai di sini?” Aku bertanya pada Ayah yang berdiri di sampingku.

Ayah merangkul bahuku. “Entahlah, Ayah sendiri juga bingung. Saat di kantor, Ayah merasa sangat cemas, cemas tanpa sebab. Hingga akhirnya Ayah memutuskan untuk pulang. Tapi saat di perjalanan melewati sebuah rumah terpencil. Ayah merasa ada sesuatu di dalam rumah itu, dan ditambah keadaan rumahnya yang tampak kacau-balau,” terang Ayah.

“Lalu Ayah menemukan kami?”

Ayah mengangguk, kemudian memegangi kepalaku sehingga bertatapan langsung dengannya. “Percayalah Kevin, hubungan seorang ayah dan anaknya sangat kuat. Jadi, dari jarak sejauh apa pun, Ayah tetap tahu kapan kamu perlu bantuan.”

Diam! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang