Bunyi sirene ambulance menggaung memecah kesunyian malam ditengah lebatnya hujan yang membasahi bumi ditemani suara petir yang saling bersahut-sahutan.
Dengan sosok tubuh penuh bercak darah yang keluar dari kepala dan beberapa bagian tubuhnya, ditemani seseorang yang selalu berusaha menggenggam erat tangannya...
"Pasien kehilangan detak jantungnya..." seru salah satu petugas yang masih memonitor dilayar hemodinamik yang berada disamping pasien.
Dokter yang bertugaspun memeriksa keadaan pasien, memberikan CPR untuk pasien dengan Defibrilasi beberapa saat.
"Detak jantungnya tidak ditemukan, siapkan Defibrilator..." seru Dokter pada petugas disampingnya, petugas itu langsung menyiapkan alat dan membantu sang Dokter memasangkan alat pada pasien.
#Defibrilator alat sentak kejut listrik digunakan untuk proses perbaikan irima detak jantung
"200mV..." perintah sang dokter seraya mengarahkan alat paddel kedada pasien.
"Clear..?" tanya sang Dokter, petugas yang masih setia disisi sang dokter menjauh sesaat, " Clear...!" jawabnya tegas.
" Shock!" dokter pun memberi kejut pada pasien dengan menempelkan paddle kedadanya, pasien mengejang sesaat sebelum lunglai kembali.
Belum ada tanda-tanda pada monitor ECG, sang dokter memeriksa denyut nadi pasien, memberikan RJP dengan rasio 30 kali kompresi tekanan didada.
"250 mV, Shock!"
Petugas sekali lagi mematuhi perintah sang Dokter untuk mengaktifkan kembali alat Defibrilator. setelah 2 kali memberikan kejutan listrik pada pasien, Dokter memeriksa kembali denyut jantung pasien yang mulai kembali normal.
"Kumohon bertahanlah, kumohon...hiks..." bisiknya pelan sambil berusaha menahan isak tangisnya, "hiks..aku masih membutuhkanmu Type..." hanya itu yang mampu orang itu ucapkan seraya terus berdoa ditengah kegelisahannya saat ini.
***
Setelah melewati malam panjang, 3 jam menunggu didepan ruang operasi dengan perasaan was-was juga gelisah, belum ada tanda- tanda Dokter atau siapapun yang keluar dari ruangan itu. Sungguh ini benar-benar menyiksa dirinya yang hanya bisa duduk dikursi panjang dengan mencengkram erat cincin perak bernodakan merah darah.
Ia meremat kedua jemari gelisah dengan nafas tersegal "Kumohon bertahanlah untukku Type, kumohon... hiks..." hanya gumaman pelan dan isak tangis yang mengisi kesunyian didepan ruang Operasi itu.
Tak lama kemudian seorang dokter keluar dengan masih menggunakan masker diwajahnya dan bercak darah menempel pada pakaiannya. Menghela nafas berat dan menatap langsung dikedua mata Tharn - sosok yang sejak tadi menunggu didepan ruang operasi itu.
Beranjak menghampiri sang Dokter yang menangani sang kekasih didalam sana. Yang tak lain dan tak bukan adalah sahabatnya Liam.
"Bagaimana keadaannya...?" Tharn bertanya sambil memegang erat lengan sang sahabat yang dibalas anggukan pelan serta senyum menenangkan dari Liam.
"Keadaannya sempat kritis..." ucap Liam yang seketika membuat Tharn menegang dengan cengkraman kuat dilengan tangan Liam.
"Type mengalami pendarahan hebat dibagian kepala akibat benturan kuat, Tapi saat ini ia sudah melewati masa kritisnya." sambung Liam, sukses membuat Tharn bernafas lega mendengarnya, dan melepas cengkraman kuatnya dari Liam.
"Terimakasih Liam, aku berutang nyawa padamu..."
"Eeum... Tapi setelah ia siuman, kami akan melakukan MRI terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada gangguan pada organ vitalnya heum..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Until You Smile (TharnType)
FanfictionTersenyumlah... Karna senyummu lebih hangat dari mentari pagi dan mengalahkan keindahan matahari tenggelam....