Membangun sebuah hubungan disertai kepercayaan tidak lah mudah rupanya. Ini cerita tentangku dengan Jae, salah satu anggota band asal Jogja, dan seseorang yang dia sebut sebagai sahabatnya.
×××
Starts on wattpad: 190816
Status: on going
[🌱] Semua kembali ke awal. Aku dan Jae seperti tidak terjadi apa-apa. Aku dan dirinya kembali bersama. Nggak gampang memang, tapi aku mencoba untuk percaya dengannya, memberinya lagi satu kesempatan.
Aku tau seperti apa dirinya. Aku tau sesayang apa dia sama aku, sebesar apa cintanya. Aku tau kalau dia pun memang tidak sadar sudah melakukan semua itu. Sebuah kesempatan kedua. Tidak ada salahnya 'kan?
Bahagiaku adalah saat bersamanya. Orang lain mungkin bilang aku bodoh, sepertinya. Ya tapi aku tidak peduli?! Aku cinta dianya pakai banget.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tuh kan, kita baik-baik saja. Dia lagi perjalanan ke sini, tak tau dari mana. Yang pasti dia lagi di perjalanan. Mungkin dia tadi lagi nongkrong atau diskusi lagu baru di ruang tamu kontrakan.
Ini sudah 10 menit dari chat terakhir Jae. Aku kemudian keluar dari kamar untuk membuka pintu gerbang kosan untuknya. Ini sudah tengah malam, pintu kosan biasanya dikunci.
Sebuah suara motor dan cekikikan Jae juga Wonpil terdengar jelas dari depan kos. Pasti itu mereka. Pasti Jae malas bawa mobil, makanya dia nebeng Wonpil. YAKIN.
Baru aku membuka kunci gerbang, suara motor yang mengantarkan Jae sudah menjauh.
"Loh Wonpil langsung pulang?"
"Kok kamu tau tadi yang nganter Wonpil?"
"Siapa lagi temen kamu yang kalo ketawa kayak gitu sih"
"Oiya hehehe, langsung balik dia, biar gak jadi obat nyamuk"
Kami berdua langsung ke kamarku. Tanpa aku omelin lebih dulu. Dan tanpa aku suruh pun, dia langsung mengambil minum sendiri.
"Kamu tadi dari rumah? Apa habis nongkrong sama Wonpil?"
Aku sudah duduk di kasur, bersandar pada dinding. Saat itu juga Jae menyusul ke kasur, setelah menaruh gelas minumnya di meja samping kasur. Dia langsung berbaring di kasur, menghadap aku yang masih duduk bersandar.
"Tadi habis dari burjo depan gang, laper mana pengen mie dokdok. Ngajak Brian tapi mager orangnya, budak kasur."
"Kenapa gak masak mie aja?"
"Rasanya beda! Cuma mas-mas warmindo yang bisa masak mie enak. Pake sajen apa mereka bisa senagih itu padahal cuma mie rebus"
"Dasaran kamunya aja mager masak sendiri. Ya kan? Ngaku!"
"Kamu kalo dikasih pilihan mie rebus buatan sendiri sama mie dokdok, pilih mana hayo? Pasti mie dokdok juga. Ya kan? Ngaku!"
