Roti Ubi Manis

2.6K 193 34
                                    

"Tadaima!" sapa Tanjirou.

"Okaerinasai, Tanjirou, Nezuko," sahut sang ibu, Kamado Kie.

Keluarga Kamado, meski menjalani kehidupan yang kurang dari cukup, namun mereka menikmatinya. Sang ayah, Tanjurou, telah tiada karena penyakit. Meninggalkan sang istri beserta keenam anaknya untuk berjuang tanpa sosok kepala keluarga.

Keluarga yang sangat sederhana ini memiliki usaha menjual roti. Untuk pembuatannya dikerjakan oleh sang ibu bersama anak sulungnya, Tanjirou. Dalam sehari Tanjirou dapat membuat 1000 roti, alhasil tubuhnya terbentuk dengan baik.

Roti buatan keluarga Kamado cukup terkenal di daerahnya. Berbagai macam roti yang lembut dan aroma yang menggugah selera membuat banyak orang menjadi pelanggan setia di toko ini. Tak terkecuali teman-teman bahkan guru di sekolahnya, Kimetsu Gakuen.

"Nii-chan, melonpan dan yakisoba sudah hampir habis di etalase. Aku butuh penggantinya," panggil Nezuko dari meja kasir.

"Baiklah. Aku akan segera mengambilnya, Nezuko," sahut Tanjirou.

Pemuda berumur 16 tahun itu dengan cekatan mengambil beberapa persediaan roti yang disebutkan adiknya ke dalam kotak besar. Ia membawa dua kotak besar sekaligus dan menyusunnya di etalase.

Tanjirou melihat Nezuko, adiknya tampak sedikit kewalahan dalam melayani pembeli yang datang. Ia menyuruh Nezuko berjaga di meja kasir sedangkan dirinya mengambil pesanan pelanggannya.

Banyak juga pemuda membeli roti di tokonya, namun tujuan utama mereka hanyalah ingin melihat paras cantik Nezuko atau sekedar menggodanya. Tanjirou tidak dapat berbuat banyak untuk menghentikan mereka karena motonya pelanggan adalah raja. Jadi ia hanya memberikan senyuman ramah namun dengan aura yang menyeramkan. Beberapa di antara mereka langsung pergi, namun masih ada yang bebal dan tak peduli pada Tanjirou.

Terdengar bunyi bel ketika pintu masuk toko terbuka. Menandakan ada pelanggan lain yang masuk maupun keluar. Di antaranya ada sosok yang sangat dikenalnya.

"Ah, selamat datang, Rengoku-sensei."

"Oh, Nak Tanjirou, Nak Nezuko."

Rengoku Kyoujurou, guru sejarah di SMP dan SMA Kimetsu Gakuen. Salah satu guru yang disukai oleh murid-muridnya karena sifatnya yang ceria, penuh semangat dan ramah. Terkenal dengan nafsu makannya yang besar. Orang-orang di sekitarnya sudah tidak heran jika guru yang berumur 21 tahun ini melahap makanan untuk porsi 10 orang sendiri.

Pria dengan rambut panjang mengembang berwarna pirang dan sedikit garis merah di ujung-ujungnya mendekati etalase. Senyuman ramahnya hampir tidak pernah sirna dari bibirnya. Hal ini pula yang membuat Tanjirou tidak merasa canggung jika berhadapan dengan guru favoritnya.

"Anda ingin membeli roti apa, Rengoku-sensei? Kami punya berbagai macam roti yang mungkin Anda sukai," sapa Tanjirou seraya tersenyum lebar.

"Kudengar kau menjual roti ubi khas Korea. Benarkah?"

"Ah, maafkan aku, Rengoku-sensei. Roti ubi kami masih dalam tahap percobaan, jadi belum bisa diperjualbelikan," ujar Tanjirou sedikit tidak enak hati.

Tanjirou memang berencana membuat roti ubi yang nantinya akan menjadi salah satu varian di toko rotinya. Roti ubi manis khas Korea yang banyak dijual di negara asalnya.

Rengoku hanya menganggukkan kepalanya maklum. Sangat disayangkan memang, tapi ia mengerti bahwa ada standar ketentuan dalam menjual makanan.

"Kalau begitu aku pesan lima roti kare, lima melonpan dan lima roti krim," ucap Rengoku seraya menyeringai.

"Baiklah, mohon tunggu sebentar, Sensei."

Tanjirou segera mengambil roti-roti pesanan Rengoku dan memasukkannya ke dalam kotak dus besar. Ia membawanya pada Nezuko untuk dihitung.

Daily Life of Rengoku Kyoujurou x Kamado Tanjirou Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang