3. MINE FOREVER

100 21 7
                                    

Selamat menikmati ceritanya

Vote dan coment

“Apapun tentang lo adalah hak dan milik gue.”—Ghaza imanuel wijaya















Seakan dibuat-buat. Glory menulikan pendengarannya. Sengaja. Dia membenarkan masker hitam yang menempel di sekitar bibir sampai telinga.

Tak peduli dengan bisikan-bisikan tentang dirinya. Di sepanjang koridor dia memutuskan pandangannya dengan menunduk ke arah lantai.

Semakin lama semakin Glory muak mendengarnya. Seumur hidup dia baru merasakan hal seperti ini. Bagaimana tidak? Pagi tadi, saat Glory menginjakan kakinya di lantai sekolah Begvit semua mata tertuju padanya.

Maka dari itu, Glory ingin menerka-nerka apa yang terjadi? Ada masalah apa sehingga semua orang berbisik bisik tentangnya.

"Heh culun, sini lo!"

Glory sedikit mendongak untuk melihat siapa yang menghalangi jalannya. Sayangnya dia tidak mengetahui siapa gadis itu.

Namun Glory membaca name tag yang dikenakan gadis baju ketat itu. Risa Grencia. Otak Glory mulai berpikir, dia sering mendengar nama itu dari teman sekelasnya.

Iya Risa Grencia. Siapa yang tak kenal? Senior di sekolah ini yang super ganjen. Gadis dengan seragam ketat yang biasa digunakan serta rambut lurus berawarna merah dan bulu mata lentik yang dia miliki. Dan jangan lupa, dia Mantan dari Ghaza.

Glory melangkah maju selangkah menyisakan beberapa meter dari tempat risa.

"Jadi lo yang ngehasut otak nya Ghaza?!".

Alis Glory menukik. Apa apaan dia? Glory masih belum memahami perkataan Risa.

Risa menunjuk wajah Glory " lo yang nyuruh Ghaza buat ngebunuh rasel kan pake pistol?!".

Glory membeku ditempat. Suara Risa terlalu lantang untuk didengar. Bisik bisik dari semua orang yang menonton mereka pun berlanjut. Wajah semua orang sudah dipastikan terkejut dengan perkataan Risa.

"Gu-e. bukan gue kok! Serius".  Glory mengangkat dua jari bersamaan ke udara.

"gausah banyak alibi lo! Jelas jelas gue liat dengan mata kepala gue sendiri. Dasar pembunuh!!".  Sarkas Risa .

Terdengar suara sorakan dari semua orang. Glory menunduk mendadak takut sendiri. Bagaimana jika dia jujur saja? Tapi dia terlalu takut untuk sekedar jujur. Iya. Takut. Takut Ghaza akan menyakiti dirinya lagi.

Yang jelas Glory trauma dengn semua itu.

Tiba tiba Risa maju mendekati dan tanpa di duga,

Plak!

dia menampar pipi Glory keras sehingga membuat masker hitam yang dikenakan Glory terlepas. Menampilkan wajah cantik bak boneka hidup itu.

Semua orang tertegun. Terlebih Para Lelaki. Tak menyangka dibalik sosok gadis bermasker itu dia menyembunyikan wajah cantiknya.

Srett!

bugh!

Tanpa di duga, bagai angin topan bersatu dengan kilat. Ghaza ada disana memukul Pipi Risa tak peduli jika yang dilawannya seorang gadis sekalipun.

GHAZA IMANUEL WIJAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang