Part 9

128 16 1
                                    

Kringg..
Bel keluar main berbunyi. Aletta, Salsa, Cindy langsung menuju kantin. Sepertinya cacing diperut mereka sudah memberontak meminta jatahnya. Heheh.

"Ta. Kita duduk di sana aja. Biar lebih tenang." Cindy menunjukkan sebuah meja disudut kanan kantin. Mereka langsung bergegas kesana, agar tidak didahului orang lain.

Disaat Aletta sedang menikmati batagor pesanannya ia melihat segerombolan cowok-cowok yang bisa dibilang Most wanted nya SMA Garuda. Siapa lagi kalau bukan Reyhan,Davi,Aldino, dan Gilang. Eits. Tunggu kayaknya engga deh.

"Ta?itu bukannya sahabat-sahabatnya Reyhan ya?" Tanya Cindy.

"Iya. Kenapa emang?"

"Hmm. Tapi kok gue nggak liat Reyhan ya ta?" Ucapan Cindy membuat Aletta berhenti untuk menyuapi batagor itu ke mulut nya.

"Hmm. Kalau gitu Reyhan kemana? Dari kemarin dia ngga nge-chat gue atau nelfon. Terus sekarang dia kok nggak masuk?" Gumam Aletta yang menatap Salsa.

"Yaudah ta. Sekarang coba lo Tanya ke mereka dimana Reyhan." Salsa menepuk pundak Aletta.

Aletta mengangguk. Dan segera bergegas menuju meja yang tempati sahabat-sahabat Reyhan itu.

"Eh. Ada cecan." Ucap gilang yang membuat Dino dan Devan menoleh kearah Kiri. Mata mereka menangkap seorang cantik berambut panjang dengan manik coklat.

"Aletta?"

"Kenapa ta?" Ujar Devan.

"Gue mau ta." Perkataan Aletta terhenti.

"Oh. Gue Tau lo pasti mau Tanya tentang Reyhan kan?" Timpal Dino.

"Din! Lo bisa gak sekali aja jangan suka motong pembicaraan orang?!" Devan menatap sinis.

"Ntah. Dasarr dinosaurs! Ga sopan banget!!" Timpal Gilang setuju.

"Eh? Apaansi lo pada?! Kan emang benar kan ta? Lo mau nanya tentang Reyhan? Kalian aja yan"

"Huft! Diam lo din. Atau gue siram ini jus ke muka lo?" Devan mulai naik darah mendengar celotehan Dino.

"Ih! Iya-iyaaa"

"Yaudah ta. Lo mau nanya apa?" Tanya Devan penasaran.

"Jadi gue cum" lagi Dan lagi ucapan Aletta terhenti.

"Tunggu ta! Hehe. Lo duduk dulu deh. Biar lebih nyaman gitu." Ucap Dino. Dan Aletta pun langsung duduk di sebelah Devan.

"Jadi. Gue kesini cuma mau nanya. Revan Mana? Kok nggak bareng kalian?"

"Ciee. Lo rindu dia ya? Wkwkwk" Devan menatap Dino sinis sedangkan Aletta memutar bola matanya.

"Hmm. Gue juga gak Tau Reyhan sekarang dimana ta. Dia nggak Ada juga nge-chat gue. Yang gue Tau hari ini dia gak masuk Karena izin. Terus kalau gue telfon dia nggak angkat. Coba deh lo yang nelfon dia Mana Tau diangkat."

Tanpa berpikir panjang Aletta merogoh kantongnya Dan menemukan benda pipih itu. Ia langsung mencari kontak Reyhan.

Tut... Tut... Tut...

...

Reyhan berusaha menggapai handphone nya yang berada diatas nakas. Suara bising itu menggema diruangan rumah sakit yang ia tempati Dan mengundang Winata untuk menghampirinya.

"Reyhan! Kamu kenapa sayang?!"

"Reyhan gapapa kok ma." Winata membantu Reyhan untuk bangkit Dan kembali ke tempati tidurnya.

"Kamu kalau mau apa-apa bilang ke mama. Biar mama bantu. Nih! Kamu mau minum kan?" Winata menyodorkan gelas yang berisi air bening itu. Reyhan langsung menerima pemberian Winata dan meminumnya.

"Makasih ma." Reyhan tersenyum tulus. Tiba-tiba suara ponsel Reyhan kembali membuat Winata memalingkan pandangannya menuju nakas.

"Ciee. Nih! Kamu angkat dulu gih. Dari Aletta." Reyhan tersenyum disatu sisi dia Tak mau Aletta Tau tentang penyakit yang di deritanya. Bukan Karena ia malu, tapi ia hanya tidak ingin Aletta Dan sahabat-sahabat nya khawatir.

"Hmm. Ma? Mama aja yang angkat deh."

"Loh?! Kenapa? Kamu nggak kangen sama Aletta?" Winata heran. Bagaimana mungkin Reyhan enggan menangangkat telfon dari Aletta? Padahal semenjak sakit ia selalu bercerita tentang gadis pemilik manik coklat yang menawan itu.

"Ma. Aku kangen sama dia. Tapi, Reyhan belum bisa untuk kasih Tau dia tentang penyakit Reyhan ma. Tolong ya ma." Reyhan menatap dengan penuh harap agar Winata mau membantu nya.

"Yaudah. Sini handphone kamu." Reyhan langsung memberikan benda pipih itu kepada wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu.

Winata menghembuskan nafasnya lembut lalu segera menekan tombol berwana hijau yang Ada di benda pipih itu.

"Akhirnya lo angkat juga. Lo kemana sih?! Kok ngga kasih gue kabar? Terus kenapa Hari ini lo nggak masuk? Izin kemana lo? Jalan-jalan lo ya?! Dih! Orang sekolah. Lo enak-enak kan keluyuran ga jelas diluar sana. Cepetan masuk lo. Dino nyariin lo terus Tau ga?!" Dino merasa namanya terpanggil langsung menatap Aletta sinis.

"Waalaikumsallam Aletta." Ucapan Winata membuat Aletta membulatkan manik coklat miliknya.

"Eh. Tante? Assalamualaikum tan. Hehe" Aletta malu. Karena rasa penasaran ia sampai lupa untuk mengucapkan Salam.

"Iya ini tante. Waalaikumsallam Aletta." Winata terkekeh mendenger suara Aletta yang menjadi lembut.

"Astaga Aletta! Lo kenapa sih kayak gitu tadi?! Buat malu aja Tau gk?! Kenapa juga lo gak sopan banget. Gak ngucapin Salam dulu. Yaampun! Mau di taro Mana muka lo kalau ketemu tante Winata?!" Gumam Aletta dalam hatinya.

"Hallo. Aletta? Sayang kamu dengar tante kan?!" Ucapan Winata membuat Aletta tersadar dari lamunannya.

"Eh. Iya tan. Aletta dengar kok. Hehe"

"Kamu lamunin Reyhan ya? Sampai tante panggil dari tadi ga jawab." Lagi Dan lagi Winata terkekeh dengan tingkah gadis itu.

"Enggak kok tan. Hmm ada Reyhan tan?"

"Re rey. Reyhan nya lagi tidur sayang. Kayaknya dia capek banget. Soalnya kemarin dirumah tantenya Reyhan, Ada acara. Makanya Hari ini tante ngasih Surat izin ke sekolah biar Reyhan bisa istirahat." Dengan terbata-bata Winata memberi alasan agar Aletta percaya. Sebenarnya ia Tak tega membohongi gadis itu. Tapi, ia berjanji akan mengatakan yang sebenarnya nanti jika waktunya telah tepat.

"Hmm. Oke deh tante. Yaudah tan. Aletta matiin dulu terlfonnya ya, soalnya Bel udah bunyi tan. Assalamualaikum"

"Oh. Iya. Waalaikumsallam nak."

...

"Gimana ma? Aletta bilang apa?"

"Tuh kan. Mama bilang juga apa? Maunya kamu yang angkat tadi. Sekarang kamu kepo Kan jadi nya." Winata menggoda putranya yang tampan itu.

"Ma. Serius. Aku penasaran."

"Aletta kayaknya kangen deh sama kamu. Sampai-sampai dia lupa ngucapin Salam tadi. Langsung aja nanyain kamu. Udah gitu banyak lagi nanyanya. Kmu harus temui dia kalau sudah pulang nanti, biar mama temeni. Mama juga pengen kenal besan mama. Hehe." Pernyataan Winata membuat pipi Reyhan memerah.

"Itu udah pasti ma." Winata pun tersenyum tulus. Sudah lama ia Tak melihat senyuman Manis putra nya itu. Semenjak diagnosis dokter Irfan yang mengatakan ia menderita leukimia Reyhan Tak banyak tersenyum.

...

VOMENT Y! jgn jd silent reader's:)

REYTTA •COMPLETED• by alfmyfcrsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang