*Chapter 8* PHO

22 2 0
                                    

Awas typo gaes:v
___________________________

Tidak ada hari sebahagia ini, Luna berjalan menuruni tangga dengan senyum yang merekah indah.

"Hadehhh yang habis dapet coklat seneng amat." goda Rangga yang kini sedang duduk di meja makan sambil menikmati buah apel.

"Yee sirik ae lu kecebong!" Luna menarik kursi dan bersiap menyantap sarapannya hari ini.

"Eh Abang mana Ga?" Luna menoleh menghadap Rangga.

"Masih mandi."

"Eh lu kok pakek baju SMA gw sih, lu pindah ke sini?" Luna mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Rangga.

"Lah ...." Rangga menghadap Luna-"Lu baru tau? Hahahaha kudet lu."

"Lah beneran, gw kagak tau njer. Lu juga enggak bilang bego." Luna melempar Rangga dengan sendok.

"Astaghfirullah sakit oy." Sendok tersebut tepat mengenai badan Rangga.

"Budu amat. Aihh besok tahun baru yeyy!" Teriak Luna girang.

"Astaghfirullah nenek lampir, pecah gendang telinga gw."

"Bacot kutil kuda. Gw mau berangkat dulu bye." Aquila segera menggendong tasnya.

"Ehh lu berangkat sama siapa?
Bareng gw aja."

"Ogah, bebep gw dah jemput. Bye kutil kuda." Luna melambaikan tangannya ke arah Rangga.

"Kampret lu, ntar gw kesesat gimana, gw nggak tau sekolahan lu."

"Ada GPS pinter." Luna tidak menghiraukan lagi Rangga. Sosoknya telah hilang di balik pintu.

💠💠💠💠

Kini Andrian, Luna dan kawan-kawan tengah makan siang di kantin. Menikmati waktu istirahat yang sangat sedikit seperti cinta doi yang hanya sebesar kutil kuda bahkan tidak ada. Hah! Cinta doi hanya bullshit belaka.

"Yan." Luna menatap Andrian yang duduk di depannya. Mereka kini duduk saling berhadap-hadapan. Luna dengan Andrian, Galuh dengan Satya dan Nuri dengan Lintang. Setya dan Lintang merupakan sahabat Andrian, jadi wajar jika mereka selalu bersama. Persahabatan paling solid mungkin, mereka sudah bersahabat sejak bangku SMP. Wish tidak terpisahkan, seperti mantan dalam ingatan. Sukar dihilangkan. Haha!

"Hmm." Andrian mendongakkan kepalanya.

"Tah ...."

"Eh Ian." Sela seorang gadis berperawakan tinggi.

Luna memicingkan matanya, ia merasa familiar dengan sosok di depannya ini. Daebak! Luna ingat, dia murid baru yang kemarin menumpahkan jus ke bajunya, hah jangan lupakan bahwa ia juga yang telah membuatnya bad mood. Mau apa dia sekarang?

"Tahun baru gue ada acara berbeque di rumah. Gue ngundang temen sekelas buat dateng. Lo dateng juga ya, tadi lo udah ke kantin duluan waktu gue umumin di kelas."

"Ohh oke," jawab Andrian singkat.

"Oh iya, ini acara khusus anak sekelas lo, anak kelas XII IPA 1," ujar Anet, yap Anet. Anak baru yang membuat Luna kesal setengah mati kemarin.

Sekilas Anet melirik Luna sinis. Luna hanya menatapnya jengah.

"Kita nggak di undang Net?" tanya Setya menggoda.

"Eh iya lu berdua juga lah pastinya. Yaudah ya, jangan lupa jam 08.00 WIB oke." Anet meninggalkan meja Andrian dkk.

"Eh Yan, lo mau dateng?" Lintang memasukan baksonya ke dalam mulut.

Menanggapi pertanyaan Lintang, Andrian hanya mengangkat bahunya acuh. Ia fokus pada siomaynya.

"Eh emang lu kuagak thahon baghuan sama Luna?" tanya Setya dengan mulut penuh baso.

"Astaghfirullah anak kambing. Abisin, telen dulu itu makanan bego." Galuh menatap Setya jijik.

"Halah telen-telen amat." Setya meminum jus jeruknya.

"Iya tuh Yan, lu nggak keluar sama Luna?" tanya Nuri.

"Iya." jawab Andrian singkat.

"Astaghfirullah tobat-tobat ...,"Lintang mengusap dadanya pelan, "ngomong sama kulkas mah harus sabar."

"Bukan temen gue." Setya melanjutkan memakan basonya.

"Bukan temen gue juga," timbal Lintang.

Andrian melirik tajam keduanya.

"Hehehe, matanya biasa aja dong Mas." Goda Setya.

"Nggak bisa ya, nggak melotot nggak uwu," kekeh Nuri pelan.

Luna hanya memperhatikan kawan-kawannya samar. Ia resah, apakah Andrian akan pergi ke acara Anet or mengajaknya jalan. Jangan halu Luna, mana ada kulkas ngajak jalan duluan. Luna menghembuskan nafas pasrah.

"Guys, gue duluan ya." Luna tersenyum samar sebelum meninggalkan mereka.

"Eh Yan kejar bego." Instruksi Galuh.

"Hah." Andrian hanya menatap temannya heran.

"Astaghfirullah," ujar Setya.

"Masyaallah," timbal Nuri.

"Subhanallah." Lintang ikut menipali dengan tangan mengelus dada.

"Duh!" Galuh menepuk jidatnya pelan.

💠💠💠💠

"Woe Luna!" teriak seseorang dari arah belakang Luna. Seketika, Luna membalikan badannya. Ia tersenyum samar, disana Rangga berlari kecil dengan keringat yang membasahi sekitar wajahnya.

"Lo habis ngapain dah." Luna menahan tawanya yang akan pecah. Melihat penampilan Rangga yang kacau, 'tak ayal mengalihkan perhatian Luna saat ini. Huh! dasar moody-an.

"Gara-gara lu ni."-Rangga memasang wajah kesal,-"Gue capek coy keliling ni sekolahan, cuma buat nyari ruang kepsek."

"Bhahaha, bego ih." Tawa Luna pecah.

"Kampret, Dugong ketawa."

"Bodo amat." Luna mengibaskan rambutnya, lalu kembali berjalan meninggalkan Rangga.

"Ealah kampret. Bocah songong." Rangga mengusap wajahnya yang terkena kibasan rambut Luna.

"Woy dugong, tunggu." Rangga mengikuti langkah Luna.

BRUK!

"Aduh ...." Tanpa sengaja Rangga menabrak Luna yang berhenti tiba-tiba.

"Ehh ...." Rangga memperhatikan Luna yang tersungkur di lantai.

"Rangga begooo!" Luna memasang wajah marah. Ia masih duduk di lantai, memperhatikan Rangga yang hanya menyengir tanpa dosa. Udah kek kuda kurang waras.

"Ehee, Na selow dong." Rangga mundur perlahan-lahan kebelakang, bersiap-siap melarikan diri.

"Aaaa ... Arghhh. Rangga Geofardo Matheson!" Teriak Luna menggelar ke penjuru koridor.

"Huaa, ampun dugong." Tanpa ba bi bu, Rangga segera melarikan diri sebelum nyawanya melayang di tangan titisan dugong Antartika.

*******
TBC!

Hush!
Setelah sekian lama akhirnya up juga:v

Mahapkeun-_ malesnya lagi kumat.

Okeh thanks yang udah mau baca.

See you next chapter gaes!

Lovefia💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COOl BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang