*Chapter 4* Dewa Cinta

61 11 0
                                    

Note: Typo bertebaran gaess!!

****

"Brak brak brak!!"

"Bang, buka pintunya! Balikin coklat gue!!" Luna berteriak di depan pintu kamar Kai.

"Masuk aja ogep, nggak gue kunci juga." Kai balas berteriak.

"Ceklek."

"Ehh iya nggak dikunci." Luna masuk ke dalam kamar. Ia duduk di atas ranjang, dengan Kai yang tengah asik dengan handphonenya.

"BangKai, ini gue serius lo."

"La terus sapa yang nggak serius tu?"

"Gue mau curhat."

"Heleh, males gue. Paling nggak jauh-jauh tu dari hubungan absurd lo."

"Sembarangan." Luna melempar bantal yang ada di pangkuannya kearah Kai.

"Ya emang bener kan. Lo berdua itu pasangan paling aneh. Tapi cocok sih, sama-sama aneh."

"Asem lu Bang."

"Gue manis gini kok dibilangin asem."

"Ohhh jijik Bang. Kok kak Ara mau sih sama lo yang tengil Bang."

"Sapa sih yang nggak mau sama orang ganteng."

"Bodo amat."

"Back to topik Bang. Menurut lo hubungan gue sama Rian gimana."

"Apanya yang gimana sih dek?"

"Astaga, punya abang kok telmi sih. Ya gimana menurut abang. BangKai kan tau Rian itu dingin, nggak romantis, nggak peka, ngomong I LOVE YOU aja nggak mau." Luna menjelaskan dengan kesal.

"Nih, makan coklat dulu. Takut gue lo cakar-cakar kalo muka lo udah kayak gitu." Kaino menyerahkan coklat Luna yang ia sembunyikan.

Luna merampas coklat tersebut dengan kasar. Ia memakannya dengan lahap dan terburu-buru.

"Ya menurut gue sih biasa aja. Gue juga ada temen kayak gitu. Malahan temen gue, dia tu cowok yang setia lo dek."

"Hmmm, tapi kan bikin kesel bang." Luna meremas bungkus coklat yang isinya sudah ia habiskan.

"Nihh." Kai meyerahkan lagi sebatang coklat yang masih tersisa di dalam plastik.

Luna kembali merampas coklat yang Kaino berikan.

"Sumpah dek, gue takut kalo lo ajak curhat. Untung tadi gue belinya coklat banyak." Kaino bergedik ngeri.

"Hehehe, ya maap bang. Habisnya mau curhat sama siapa lagi." Luna tersenyum tidak jelas.

"Jangan senyum-senyum dek, serem. Lo tadi kesel sekarang senyum-senyum. Heran gue."

"Jahat lo Bang."

"Ya pokonya intinya tu, jangan langsung nilai cowok gitu aja. Siapa tau Andrian punya alasan sendiri."

"Hmm okelah, lagi pula gue juga masih sayang, hehehee."

"Dasar lu, udah sana." Kai mengibas-ngibaskan tangannya.

"Tapi gue kan belum selesai bang curhatnya." Luna mengeluarkan rengekannya.

"Udah ahh, sono keluar. Kalo curhat terus lo bisa sakit gigi." Kai mendorong Luna keluar kamar.

"Apa hubungannya oy."

"Ada lah, setiap curhat, kesel, lo makan coklat, ntar baik lagi, kesel lagi, makan coklat lagi."

"Yeeee, kan lo yang ngasih Bang," elak Luna tak terima.

"Yeee, kalo nggak gue kasih coklat, bisa gawat. Habis curhat badan gue penuh cakaran lo ntar."

"He he." Luna menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Udah lah sono, dasar macan idup."

"Apa kata lo Ba ...."

BRAKK!!

Kaino menutup pintu kamarnya sebelum Luna menyelesaikan kalimatnya.

"Kampret lo Bang, gue belom selesai ngomong!!"

"Bodo amat!!" Kaino terkekeh di dalam kamarnya.

****

Luna kini tengah tidur tengkurap di atas ranjangnya. Earphone putih menempel ditelinga kanannya.

Tangan kanannya sibuk ngetuk-ketukan sebuah pena kedahinya berulang Kali.

"Hmm," gumam Luna tidak kelas.

"Ishh susah banget ni PR." Luna melempar pena yang dipegang-nya ke atas kasur.

Tok! Tok! Tok!

"Ishh siapa sih ganggu aja. Nggak tau apa mood gue lagi buruk gara-gara tu rumus matematika yang gue nggak ngerti maunya sama kayak Si doi yang nggak tau maunya. Mau gue kasih cakaran maut apa?" Luna mengomel sambil berjalan menuju pintu kamarnya.

Ceklek!!

"Emm, ada apa bi?" Suara Luna berubah memelan. Meskipun ia kini sedang kesal.

"Itu non di bawa ada den Rian."

"Hahh!, Rian?"

"Iya non, yasudah bibi pamit ke belakang."

Luna membuntuti bi Siti menururuni tangga. Di bawah, Luna menemukan Andrian tengah berbincang dengan papah Luna.

"Nahh itu Lunanya, sini sayang."

Luna mendudukkan diri kursi panjang di samping Andrian.

"Wahhh kalian udah serasi duduk berdua." Goda om Kean pada dua sijoli.

"Apaan sih Pah." Luna merengek sambil menahan malu. Sedangkan Andrian hanya tersenyum tipis.

"Hahahaa, yaudah om tinggal dulu, males jadi nyamuk disini."

"Yaudah, sana Pah." Usir Luna dengan mengibas-ibaskan tangannya.

Om Kean meninggalkan ruang tamu. Kini Luna dan Andrian tengah diliputi keheningan.

"Yan."

"Na."

Kata Luna dan Andrian bersamaan.

"Kamu duluan." sela Luna.

"Kamu aja." balas Andrian dengan senyum.

"Is kam.."

"Hoeeee!!!!." ucapan Luna terpotong oleh teriakan orang dari belakang mereka.

"Astaga, bangKai!!! rusuh lo!" teriak Luna kesal.

"Hahahahha.. Emang ya, lo berdua pasangan paling absurt. Mau ngomong aja pakek berantem."

"Isss, sembarangan. Tangan gue gatel mau mukul lo bangKai."

"Stoop!" Sela Andrian.

" Ayok kita pukul bareng-bareng Na." Andrian sudah bersiap memegang batal sofa ditangannya.

"Aduh!!! Woyy. Dasar couple absurt. Sakit govlok!" Kaino mulai mengabsen nama -nama hewan yang ada di Ragunan tatkala Luna dan Andrian mulai memukuli Kaino bruntal.

                             ****

Thanks for reading gaes.
See you next chapter😋.

Lovefia💕

COOl BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang