Sore ini kediaman keluarga Min terlihat sedikit sibuk dari biasanya. Para pekerja kesana kemari untuk menghias dan menata sebuah gazebo di taman belakang rumah tersebut. Sedangkan beberapa lagi ada yang sibuk berkutat di dapur untuk membuat makanan makanan lezat.
"Tuan Muda Min. Semuanya sudah selesai."
"Terimakasih Bibi Lee. Kalian bisa pulang sekarang." Ucap Min Yoongi.
"Baik Tuan Muda."
Wanita paruh baya yang telah mengabdikan dirinya kepada Tuan Besar Min sejak usianya masih belia itu kini memberitahukan kepada para pekerja yang memang hanya dipekerjakan hari ini untuk menyiapkan pesta khusus untuk putri di rumah ini bahwa mereka sudah diperbolehkan untuk pulang.
Min Yoongi menelisik keluar jendela rumahnya saat mendengar suara mesin mobil memasuki pekarangan rumahnya. Oh tidak lebih tepatnya rumah mendiang Kakek Min.
Ya benar, kakeknya telah meninggal dunia dua tahun lalu di usianya yang sudah tak muda lagi. Penyakitnya telah menggerogoti tubuh laki laki tua itu. Meninggalkan Min Yoongi seorang diri tanpa adanya keluarga inti. Melimpahkan segala tanggung jawab yang berada di pundaknya kepada cucu semata wayangnya itu.
Awalnya situasi ini sangat memberatkan baginya. Apalagi saat kakeknya meninggal ia masih berusia dua puluh dua tahun, kuliahnya juga belum selesai. Ia harus mengambil alih perusahaan serta harus mengasuh adik kecilnya, oh ralat. Calon istrinya.
Namun dengan keteguhan semangat dan keuletan seorang Min Yoongi yang menurun dari kakeknya, laki laki itu dapat melewati semuanya. Ia dapat membuat karyawan yang memandangnya sebelah mata menjadi kagum terhadapnya.
"Oppa." Teriak gadis remaja yang masuk kedalam rumah dengan mengenakan seragam sekolahnya.
"Kau sudah pulang Seungwan ah." Sambut Min Yoongi.
"Eung." Gadis cantik itu mendudukkan dirinya disebelah Min Yoongi.
"Dimana paman Park?"
"Paman langsung berpamitan pulang." Jawabnya.
Paman Park adalah sopir pribadinya dulu saat masih sekolah yang kini menjadi sopir pribadi Seungwan. Para pekerja dirumah ini hanya bekerja mulai pagi sampai hari menjelang petang. Kecuali satpam penjaga yang 24 jam harus ada di gerbang depan, karena itulah mereka mempekerjakan 3 orang satpam untuk menjaga kediaman mereka dan bisa bertugas secara bergantian.
"Oppa." Panggil Seungwan pelan.
"Hemm?" Sahut Yoongi sembari menyelipkan rambut Seungwan kebelakang telinga.
"Apakah oppa melupakan sesuatu?" Tanyanya.
Min Yoongi paham betul tentang apa yang sedang gadis kecilnya itu pikirkan.
"Memangnya apa?" Yoongi balik bertanya seolah ia memang tidak tahu apa pun.
"Ck." Seungwan berdecak pelan namun masih dapat didengar oleh Yoongi mengingat posisi duduk mereka yang sangat dekat. "Tidak. Tidak ada apa apa." Lanjut Seungwan lagi. Bibir Min Yoongi membentuk sebuah kurva lengkung. Pria itu tersenyum jail.
"Sungguh begitu?"
"Entahlah aku lelah." Seungwan hendak berdiri namun tangannya di cekal oleh Yoongi. Gadis itu tertarik kebelakang dan tubuhnya mendarat sempurna diatas pangkuan Min Yoongi. Sesaat mata mereka saling beradu mengunci pandangan satu sama lain.
Tangan kiri Yoongi menarik tengkuk Seungwan agar mendekat padanya sedangkan satu tangannya lagi bertengger manis dipinggang gadisnya. Gadis yang hari ini menginjak usia 12 tahun itu melebarkan matanya. Sungguh ini pertama kalinya Min Yoongi bersikap aneh seperti ini. Ada sedikit gemuruh di hatinya serta ada rasa yang menggelitik perutnya. Apa yang akan dilakukan oppanya itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny [M] 🔞
Romantizm🔞🔞Cerita berisi tentang mature konten, diharapkan hanya pembaca diusia dewasa saja yang menikmati cerita ini dan sangat tidak dianjurkan dibaca oleh anak anak dibawah umur. 🔞🔞 Jadilah pembaca yang bijak. ⚠️ Min Yoongi dan Son Seungwan memiliki...