Maafin bunda kalau cuma sedikit. Percayalah gaes,mata ini sudah sepet banget. Kesibukan di dunia nyata banyak. Badan udah kembali fit.
Enaknya kita cepetin apa gimana nih gaes?. Sapa yang pengen Billal ma Shae nikah?🙋
Tandai typo...
Happy Reading
.
.
.
.
🌞 Billal Pov
Aku tersenyum saat Shae memandangku setelah mengakhiri video call dengan Tante Alexa. Shae memandang Ku tajam.
"Jadi kamu udah ngerencanain pernikahan ini sama Daddy dan Mommy?". Aku mengangguk berkali-kali. "Dan aku gak ada pilihan lain". Dia mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Lho maksud kamu apa?. Kamu gak mau nikah sama aku gitu?".
Shae hanya diam, dia memandang lurus ke depan dengan kening berkerut. Lalu segera menarikku agar ikut berlari dengannya.
"Kamu kenapa?".
Dia hanya diam dan terus menggandengku kembali menuju camp. Disana dia masih menggandengku tanpa peduli godaan dari mereka teman selitingku. Shae berhenti di dekat tempat persediaan makanan dan melepas gandengannya.
"Gandeng lagi dong, biar mesra". Godaku. Dia menutup mulutku dengan ibu jarinya. Tapi melihat bibirnya yang berwarna pink, membuatku tergiur ingin merasakannya lagi.
"Jangan macam-macam Bil. Buang pikiran kotormu".
Ketahuan.
"Ada apaan sih?".
"Gak ada apa-apa. Udah ah aku tinggal". Dia berlalu begitu saja. Aku dikerjain.
Tapi sayup-sayup Ku dengar seseorang berteriak dan memberontak. Shae yang semula masuk,kini keluar dan berlari menghampiri asal suara. Aku juga mengikuti dirinya.
Disana Ku lihat seorang gadis berteriak tak jelas dan memberontak di pegang Pasha dan yang lainnya. Shae mendekat tapi kucegah.
"Jangan".
"Kasihan Bil, kasihan gadis itu kalau tidak ditolong". Aku diam tapi tetap memegang lengan Shae. Shae menghentakkan tanganku dan dia berlari menuju Pasha dan yang lainnya.
"Lho Shae?". Pasha bingung dibuatnya.
Shae menangkup wajah gadis itu, lalu Ku lihat dia komat-kamit, dan gadis itu tidak terlihat memberontak lagi.
"Kenapa kamu masuk ke gadis ini. Pergilah. Pergi. Alam kita berbeda". Ku dengar suara tawa mengejek yang mengerikan dari gadis itu. Semua orang ikutan hening.
"Karena dia sudah merusak rumahku. Dia menghancurkan bungaku". Tawanya kembali mengerikan.
"Kalau aku bisa memberikan rumah baru untuk mu,kamu bisa tinggalkan gadis ini". Dia mengangguk. "Tunggu dan jangan berontak". Ancam Shae.
Lalu kulihat dia berlari menuju kepala camp pengungsian itu dan bicara berdua saja. Gadis itu kembali berontak dan membuat Pasha dan yang lainnya kewalahan. Shae kembali berlari dan melotot kearah gadis itu.
"Arghhhh sakittttt". Rintih gadis itu.
"Jangan. Berontak". Shae menekankan kata itu dengan mata melotot. Gadis itu mengangguk Patuh. "Ayo ikut".
Shae hanya menggandeng gadis itu sendiri bersama kepala camp menuju tempat yang aku tak tahu, karena aku dan yang lainnya dilarang ikut.
"Bil, Pacar lo serem ya kalau marah kek tadi". Aku mengangguk membenarkan apa yang Pasha katakan.
Shae yang Ku kenal itu manis manja. Dan yang tadi wow amazing. Aku bahkan takut sendiri dibuatnya. Ku lihat Shae membantu menggendong gadis itu menuju tempat peristirahatan untuknya.
"Kamu gak papa kan?". Tanyaku padanya, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu duduk di bawah pohon. Ku ambil air di botol dan Ku berikan padanya.
Shae memejamkan matanya, aku duduk tenang dan melihat dengan jelas saat wajah cantik itu menutup mata, Ku lihat dia menghela nafas berat. Ku pegang tangannya dan dia berjengit kaget lalu membuka mata.
"Kaget tau Bil". Aku tersenyum dan memberikannya air yang Ku bawa tadi. Dia meminumnya lalu kembali menyandarkan tubuh mungilnya di pohon. "Capek, tenaga Ku terkuras".
"Emang kamu bisa ngusir maklhuk tadi?". Dia hanya menggedikkan bahunya, lalu kembali meminum airnya tanpa memperdulikan aku yang sudah dilanda kepo tingkat dewa.
Ketiga bujangan itu datang dan duduk manis di depan Shae, memberondong Shae dengan pertanyaan yang mereka ajukan. Shae hanya diam dan tidak menjawab.
🌞 🌞 🌞
Aku tidak melihat Shae disini. Ku cari dia keliling camp tidak ada. Aku mulai berjalan di tempat Shae dan chef lainnya bersembunyi. Gudang penyimpanan makanan. Hanya tempat itu yang belum aku cari.
"Ah sih pelan ini sakit". Seperti suara Shae. Aku mendekat dan menempelkan telinga Ku di pintu.
"Tahan ya, bentar lagi gak sakit kok". Suara lelaki. Siapa ya?.
"Sshhhh Buruan, ini gak nyaman".
"Ssst Diem deh. Ntar herder lo denger". Hening, aku jadi penasaran. "Udah gak sakit kan?".
"Hmm.. Lebih enakan".
Obrolan macam apa ini. Nggak bisa dibiarkan kalau sampai mereka berdua ada main di belakang Ku. Gak bisa dan gak boleh.
Ceklek
Ku lihat Shae duduk dan Raden berjongkok di depannya, membenarkan perban di kaki Shae. Kampret aku salah sangka. Ku kira mereka sedang yang iya-iya aja.
"Lho Billal? Kok disini?". Ingin Ku jawab pertanyaannya tapi aku terlalu tengsin karena sudah nething sama dia.
"Kenapa?". Tanyaku.
"Kakinya kena pecahan beling. Udah ya, Gue tinggal". Raden berdiri setelah Shae mengucapkan terima kasih.
"Aku kira kalian sedang yang iya-iya aja tadi disini".
"Iya-iya itu maksudnya apa?". Eh polos sekali dia.
"Lupain".
"Kamu cemburu Bil?".
"Hmm".
"Ciyee Billal cemburu ciyee".
"Diem apa aku cium kamu".
🌞 🌞 🌞
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Shae
RomanceBillal melepaskan gandengan tangan mereka dan memeluk pinggang Shae yang ramping agar mendekat dengannya. "Kenalkan, dia calon istri gue"