Tandai typo
Happy reading
.
.
.
.💥Billal POV
Aku melihat foto Nana yang ada di buku agenda milikku. Ku tersenyum dan mengusap foto Nana. Ini sudah bulan keempat aku berada di sini, bulan keempat aku menjalani hari-hari ku tanpa Nana.
Ku edarkan pandanganku ke kamar yang aku tempati selama ini. Disana ada Aidan sedang tiduran dan juga mengamati foto seseorang. Sepertinya bukan aku sendiri yang sedang galau.
Tiba-tiba ada yang menoyor kepalaku. Dia berdecak sebal dan dengan seenak jidatnya merebut foto Nana dariku. Ku jitak kepalanya yang juga plontos sama denganku.
"Jangan seenaknya ya, gue bogem juga lo"
Dia hanya tertawa lalu mengembalikan foto Nana padaku. Dia menepuk pundak ku tiga kali dan kembali tertawa.
"Aduh Bilbil udah kali galaunya. Kita tuh laki"
"Apa hubungannya juga"
Ku jitak kembali kepalanya yang plontos itu, berteman dengannya selama tiga tahun gak buat dia berhenti membulyku jika aku sedih. Pasha menengok ke belakang punggung ku, lalu dia mengisyaratkan agar aku menyembunyikan foto Nana segera.
Ku kembalikan foto Nana ke dalam agenda, lalu ku ikuti Pasha yang keluar dari kamar. Tepat setelah kami berdua keluar, dua orang berbadan tegap berdiri di depan kami dan membuka kasar pintu kamar yang ku huni.
"Bangun"
Teriakan yang menggelegar bagaikan petir itu sudah biasa buatku. Aku seakan mendengar teriakan Papa yang menggembleng diriku selama satu tahun ini.
Aidan yang semula tiduran kini berdiri tegap di dekat tempat tidurnya. Aku dan Pasha tetap berdiri tegap di depan lelaki berseragam doreng ini dengan rambut cepak.
"Kalian kenapa ada di dalam?"
"Siap. Kami hanya mengambil buku"
Ku perlihatkan buku agenda yang kubawa bersama Pasha tadi. Lelaki itu mengangguk dan menyuruh kami segera kembali ke kelas.
"Lari 10 putaran, sekarang"
"Siap"
Dan ku lihat Aidan berlari menuju lapangan untuk melakukan hukuman yang telah diberikan padanya.
💥💥💥
Ku amati seseorang yang sedang memarahi rekanku. Dari postur tubuhnya beliau mirip sekali dengan abang ku yang udah laku.
Ku tersenyum mengingat bagaimana abang ku itu memberikan wejangannya sebelum aku berangkat Akmil dan Abang ku itu berangkat tugas ke Lebanon.
"Woiy ngelamun. Ati-ati kesambet lho"
Siapa lagi kalau bukan Pasha. Hanya dia yang selalu merecoki ku disini. Jangan tanya kemana Rayyan dan Danda, mereka berdua kompak daftar ke AL, mengikuti jejak orang tua mereka.
Entah kenapa rasanya aku kangen dengan Mamaku. Aku kangen cerewetnya Mamaku, Bullyan mamaku selama ini. Dan pelukan Mama yang selalu membuatku merasa nyaman dan tenang.
Inginku nantinya mendapatkan seorang istri yang sama sayangnya seperti Mama menyayangi ku. Ah ribet,bego pula. Dimana coba cari perempuan seperti itu. Selama ini hanya Nana yang ku tahu sifatnya sama seperti Mama.
Nana, kenapa sulit sekali buat aku melupakan kamu. Semakin aku berusaha melupakanmu semakin rasa sayangku ini menggebu. Padahal ku tahu kalau dia dan aku tak akan bisa bersama.
Tuhan, kenapa rasa melupakan itu lebih sulit daripada rasa menyayangi itu tumbuh.
Tuhan, berikan yang terbaik untukku. Aku tahu kalau kisah cintaku dan Nana tak akan pernah bersatu.
Tuhan, aku sayang Nana. Aku susah melupakan dirinya dari dalam ingatan dan hatiku. Berikan aku kekuatan untuk berusaha melupakan Nana walaupun itu sulit.
Tuhan, aku tahu dosaku sangat banyak, tapi aku ingin meminta padamu untuk mengijinkan aku bertemu dengan Nana walaupun hanya sebentar di mimpiku. Aku ingin mengungkapkan isi hatiku padanya.
"Balik ke realita bro"
Aku tersenyum kepada Pasha. Pasha benar, aku terlalu berkhayal bahwa Nana masih hidup dan sedang menungguku untuk selesai menjalani akmil ini.
Begonya natural.
Harusnya gue sadar kenyataan dan efek samping mencintai seseorang sedalam ini. Akan mempersulit diriku untuk bisa move on.
Ku hela nafasku sejenak, ku berjalan kearah taman belakang yang sedang sepi. Ku lihat seseorang tadi yang sosoknya sama seperti Abang.
Dia menoleh saat aku berjalan mendekat. Dia menyuruhku untuk duduk dekat dia.
"Ijin bang. Abang galau ya?"
Dia tertawa mendengar pertanyaan ku yang selalu asal ceplos. Emang mulut ku gak bisa di rem.
"Ya gitulah Bil. Dia tunangan saya, cantik kan?"
Bang Aro memperlihatkan foto seorang gadis yang cantik menurutku itu.
"Cantik bang"
"Sayangnya dia meninggal saat dia akan menghampiri saya disini"
Ku lihat dia memandang keatas untuk menghalau air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
"Lima bulan yang lalu dia yang baru saja lulus kuliah itu datang untuk memberitahu ku bahwa dia lulus dengan nilai terbaik. Dan saat dia menyebrang jalan, dia tertabak mobil"
Bang Aro menangis dan ku tepuk-tepuk pelan pundaknya itu. Memberikan semangat agar dia tetap menjalani hidupnya yang sama sepertiku. Bedanya dia sudah bertunangan dan diriku dan Nana hanya sebatas menyukai.
Na, untuk kesekian kalinya ku katakan, aku kangen sama kamu Na. Kamu apa kabar disana?. Maaf aku belum bisa mengunjungi makam kamu.
Aku rindu kamu Na. Aku rindu bagaimana senyuman kamu, cerewetnya kamu saat sama aku yang susah belajar. Aku kangen semuanya Na.
💥💥💥
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Shae
RomansBillal melepaskan gandengan tangan mereka dan memeluk pinggang Shae yang ramping agar mendekat dengannya. "Kenalkan, dia calon istri gue"