6. Indigo (I)

3.4K 325 16
                                    

Sedikit crispy gaess
Tandai typo
Jangan lupavote⭐and komen🗨

Q

iana Lesham Shaenette & Quenby Lateshia Tasanee



Happy reading
.
.
.
.

Shaenette POV

Aku berjalan di koridor rumah sakit, memandang sekitar yang terlihat aneh menurutku. Suasana sepi tapi entah mengapa banyak orang yang berlalu lalang di sekitarku. Mereka memandangku sekilas, dan yang lebih membuatku bingung adalah mereka tembus pandang dan bisa masuk dan keluar ruangan lewat dinding maupun pintu.

Aku memejamkan mataku sejenak, lalu menguatkan kembali langkahku menuju ruang inap kakakku. Sejak kemarin malam, kakakku di rawat di rumah sakit.

Ku lihat wajahnya yang memang mirip denganku. Aku dan dia kembar. Aku duduk disampingnya, ku pegang tangannya yang mendadak dingin.

Quenby Lateshia Tasanee, biasa ku panggil dia Sanee, dia lahir lebih dulu dariku.

"Sanee"

Dia tersenyum lemah kearahku. Ku usap pipinya yang sembab. Aku tahu dia takut.

"Aku disini untukmu. Jangan takut Sanee, aku akan selalu menemani kamu"

Sanee merentangkan tangannya, memintaku untuk memeluknya. Ku peluk dia, ku tepuk pelan punggungnya untuk memberikan rasa aman.

"Jangan nangis Sanee, jangan nangis"

Ceklek

Pintu ruang inap Sanee terbuka, menampilkan Daddy kami yang masih menggunakan sneli, jas putih ala dokter. Di sana tersemat nama Daddy "dokter Frederick Sp. PD"

"Ayo sayang, kita akan buktikan kalau kamu baik-baik saja"

Aku mengangguk dan ku genggam tangan dingin Sanee. Dia akhirnya mengangguk, lalu turun dan duduk di kursi roda yang memang sengaja di bawakan oleh Daddy.

"Shae, jangan tinggalin aku"

"Daddy?"

" of course, Shae akan ikut di dalam selama kamu menjalani pemeriksaan"

Aku mengikuti Daddy yang mendorong kursi roda Sanee menuju ruangan laboratorium. Disana ku lihat Mommy menyuruh kami masuk semua.

"Sanee yang ini" Mama memperkenalkan Sanee pada rekannya sesama dokter. "Ini Shae kembarannya"

Aku melihat sekelebat orang yang melayang berjalan menembus dinding laboratorium, hanya sekilas menengok ke arah kami.

"Dokter"

Panggilku lirih, dokter itu memperhatikan diriku yang terlihat pucat juga. Yang melayang itu kini kembali melewati dinding dengan wajah yang berbeda dan sedikit menyeramkan bagiku.

"Dokter Lexa, sepertinya Shae sakit juga, dia pucat sekali"

Mommy dan Daddy menoleh padaku yang tampak seperti orang pesakitan. Ingin rasanya ku teriak bahwa aku baik-baik saja, hanya saja aku sedikit takut melihat mereka yang berwara-wiri melewati dinding di sampingku. Bahkan mereka juga menyapaku, melambaikan tangannya padaku.

Sosok yang berbeda dan terlihat menyeramkan kini masuk dan sedikit mendekat kearahku. Ku pejamkan mataku dan membaca doa dalam hati sebisaku.

"Shae?"

Ku buka mataku perlahan kala suara lembut Mommy mengalun indah di telingaku, suara Mommy sarat akan ke khawatiran. Namun tiba-tiba yang melayang itu kembali menghadapku dan berdiri mendekat di belakang Mommy.

"Arghh"

Bruk

Kesadaranku seperti di tarik melayang, dan gelap menyapaku.

☀☀☀

Aku berdiri di sebuah ruangan tanpa sekat dan terlihat sepi dan gelap. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan disini.

Ku berjalan perlahan dan mengedarkan pandangan ku mencoba mencari jalan keluar yang tidak terlihat.

Seorang perempuan tua datang menghampiri ku, wajahnya yang terlihat mencolok sepertiku yang memang blasteran itu tersenyum kearahku, senyuman yang sama persis dengan senyuman Granny's.

"Shae, cucu buyutku"

Aku hanya diam memperhatikan wajah keriput yang tetap terlihat cantik, wajahnya mirip sekali dengan Mommy.

"Kamu adalah anak yang spesial, Grandma sudah menantikan kehadiranmu sejak lama. Kamu spesial seperti Grandma nak"

Aku mundur beberapa langkah, tapi perempuan yang memanggil dirinya Gramdma itu mencekal tanganku agar berhenti.

"Kamu jangan takut. Kamu kuat untuk melihat mereka yang berbeda, tidak seperti Alexa. Kamu berbeda nak. Terimalah takdirmu"

Sebuah cahaya putih seakan menarikku kembali dari gelapnya ruangan itu. Nafasku terengah-engah, memandang sekitarku yang beraroma desinfektan ala rumah sakit.

"Shae?"

Aku melihat Granny di sampingku, membantuku duduk dan memberikanku minum.

"Kamu baik-baik aja nak?"

Aku hanya mengangguk, memperhatikan wajah Granny mengingatkan diriku dengan Grandma.

"Shae"

Mommy memelukku, di belakang Mommy ada Sanee yang masih berada di kursi rodanya yang di dorong oleh Daddy.

"Kamu baik-baik aja kan nak?" Aku mengangguk. "Kamu buat kami khawatir sayang"

"Maaf. Gimana Sanee, Mom?"

"Alhamdulillah, hanya demam berdarah"

Mommy tersenyum dan memelukku erat. Membantu Sanee berdiri dan duduk di samping ku.

"Mom, dimana Grandma?"

Pertanyaanku membuat Mommy dan Granny saling pandang. Lalu Mommy menggenggam tanganku.

"Grandma sudah meninggal sebelum kamu lahir"

Mommy menunjukkan foto Grandma di hapenya. Aku terbelalak kaget, siapa yang tidak kaget, kalau wanita yang ku temui tadi di mimpiku adalah Grandma ku sendiri.

Ku ceritakan mimpiku kepada semua yang ada di ruangan ini. Mommy menutup mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang ku alami di mimpi tadi.

"Kamu seperti grandma nak" aku menoleh kearah Granny yang tak kunjung memberi tahu.

"Kamu Indigo"

Indigo

Kata-kata itu terus berputar di telingaku, berdengung hebat dan seakan perbincangan yang dilakukan Sanee dan Daddy tidak terdengar olehku.

Sampai aku melihat perempuan berbaju putih dan tersenyum kearahku lalu melambaikan tangannya pada kami yang berkumpul.

"Itu Grandma"

Tunjukku pada sofa yang tak berpenghuni di pojokan sana. Semua mata tertuju padaku, memandangku dengan tatapan horor.

Apa yang salah jika aku memang melihat Grandma yang juga berada di ruangan ini dan melambaikan tangannya padaku.

☀☀☀

Ada yang bisa nebak, Shae dan Sanee anak siapa??

Hello ShaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang