01; Comeback

29.3K 2.6K 876
                                    

Ada satu permainan.

Namanya Sumbaggoggil.

Bila diterjemahakan dari bahasa Korea berarti petak umpet.

Caranya mainnya begini; hitung satu sampai seratus, peserta lain bersembunyi. Kalau ketahuan, artinya kalah.

Oleh sebab itu, carilah tempat sembunyi yang paling aman, paling jauh, dan tak seorang pun menemukan.

Tapi semua bagimu percuma.

Karena pada dasarnya kau sudah terikat.

Bukan hanya terikat, tapi diikat.

Ayolah, percuma. Tunjukkan saja wajahmu. Mengaku kalah dan menyerah.

Karena sesungguhnya, bagimu hanya terdapat dua pilihan; menyerah atau menunggu dia menangkapmu sendiri.

Haha. Terdengar kejam, memang.

Tapi itulah inti permainannya.

Maka dari itu... selamat bersenang-senang. Kuucapkan selamat datang di permainan ini.

Nikmati sumbaggoggil bersamanya sampai kau menang.

Atau... persentase 99% kegagalan ada di tanganmu.

Nah. Jika sudah mengerti, silakan mulai bermain.

"Baiklah. Aku hitung sampai seratus, ya. Cepat cari tempat sembunyi sebelum aku tangkap."

"1... 2... 3...."

***

Gadis itu terperanjat.

Shin Eunjo tidak tahu kejadian macam apa yang tiba-tiba merasuki mimpinya. Dia terbangun bersama dengan kerongkongan kering dan sesak napas. Tubuhnya dibanjiri keringat deras.

Entah mengapa mimpi tadi terasa begitu nyata. Senyum pria itu, wajah polos yang mengandung kelicikan, kejahatan dan segala sumber marabahaya, bahkan berbagai jenis tindakan pria itu seolah-olah baru kemarin terjadi.

Sepuluh tahun telah berlalu. Mustahil rasanya mereka bertemu.

Eunjo meremas ujung selimutnya ketakutan. Napasnya belum stabil. Bayangan gelap bagai tak ingin meninggalkan belakang kepalanya.

Tidak, Eunjo. Kau sudah aman. Eunjo menggeleng-geleng gamang. Dia takkan menemukanmu.

Si berengsek Jeon itu sudah tidak ada.

Benar, kalian takkan pernah bertemu.

Dia hanya menakutimu dengan tingkah sintingnya.

Jeon dan segala permainan sialan sudah lenyap.

Eunjo memberi pengukuhan pada alam bawah sadarnya sambil memijat kepala. Sesaat kemudian dia memejamkan mata seraya menarik napas dalam-dalam. Dan ketika tubuhnya jauh lebih relaks, Eunjo mencoba berbaring kembali untuk tidur.


***

"Aku akan tiba beberapa jam ke depan, Baek."

Suara di dalam telepon terdengar melengking, "Kau sungguh-sungguh meropotkan, kau tahu!"

Jeon menilik arlojinya. Keberangkatannya masih sekitar 28 menit dari sekarang. Bandara tidak terlalu lengang. Eksistensi bermacam-macam orang berseliweran sedikit membantu meredakan suntuk.

Jauh dalam lubuk hatinya, dia mengucapkan salam perpisahan kepada Irlandia. Selamat tinggal Navan dan segala wanita cantik.

Jeon turut berduka cita karena negara ini harus kehilangan satu lagi pendatang tampan. Perlu dia akui, parasnya cukup berpotensi bagi wajah Navan. Tapi apa boleh buat. Problematika yang perlu diurusnya di Korea sungguh masalah genting yang memang dibuat-buat.

Play OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang