06; Kill

10.5K 1.7K 829
                                    

OUTTA!!! Belum seminggu, kan.

Aku berusaha bgt update cepet. Tapi maaf kalau suka telat.

Dan aku percaya Outta tahu bagaimana cara menghargai penulis. Bantu aku semangat double lagi yaa.

Ada visual Neru dan Maru dari aku (ini setelah identitas ditukar)

Ada visual Neru dan Maru dari aku (ini setelah identitas ditukar)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut kalian yg cocok maru kanan atau kiri?

Intinya nama Maru dan Neru di sini sudah punya karakter masing-masing. Biar kalian ga pusing emang nama mereka udah aku konsep diubah sejak awal bab. Apa lagi yg kalian bingungin. Banyak yg paham kok hehe.



__ __ __




"Kenal calon istriku, kan?"

Maru mengintip pelayan yang bekerja di dapur melalui sela meja pemesanan, lalu kembali berdiri tegap menghadap kepala dapur.

Kepala pelayan dapur hotel tidak mengeluarkan sanggahan apa pun seolah sedang disiram seember penuh es. Pria itu tidak memberikan banyak keterangan terkait keterlambatan hidangan yang diminta Maru. Masalahnya semua kesalahan bukan terletak pada orang yang bekerja di dapur.

"Wanita yang ada di kamarku itu sebentar lagi akan menjadi istriku." Maru melanjutkan. Walaupun nadanya terdengar biasa, semua orang yang mendengar sudah mengerti kalau Maru sedang kesal. "Kesan pertama dalam perkenalan itu sangat penting. Sekarang bagaimana dia menilai sebagai pria bertanggung jawab kalau sarapannya saja belum selesai dibuat?"

"Masih sekitar 35 menit lagi dagingnya siap saji, Tuan Jeon Maru."

Maru berdecak. "Roué. Panggil aku Roué saat berada di sini."

"Iya, Tuan Ruwey."

"Bukan begitu pelafalannya, katakan Ruuwey. Sedikit dipanjangkan ditengah, lalu diakhiri dengan deep voice."

"Ruuwey." Seperti orang dungu, pria itu benar-benar mengikuti keinginan Maru.

"Lupakan masalah nama." Maru melipat tangan di atas dada sambil memasang raut seram yang dibuat-buat. Ternyata asik juga menjalani kehidupan kakaknya. "Sebentar lagi calon istriku selesai mandi. Kalau dia terlambat sarapan, nanti kelaparan. Siapa yang harus menanggung penderitaannya? Aku."

"Maaf Tuan Ruwey. Tapi prosedur memasaknya memang begitu. Anda memesan sepuluh menit sebelum kami membuatnya. Biasanya lamb chop di tempat kami dipesan 40 menit lebih awal."

"Aturan dari mana?"

"Dagingnya, Tuan." Sebetulnya pelayan itu sudah jengah menghadapi Maru yang entah mengapa kepribadiannya bisa berubah. Bagaimana mungkin dalam beberapa malam saja Jeon Maru yang selama ini dikenal cukup lembut dan kharismatik jadi banyak bicara seperti ini.

Play OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang