09; Father

6.8K 1.5K 698
                                    

Kaget ga?

haha ini hadiah kecil dari aku buat pembaca yang semangat banget kasih aku feedbacks. makasih ya semua.

Jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk dukungan kalian ya

__ __ __


"Hyung, terima kasih."

Maru berbicara melalui sambungan telepon sambil melihat kerlap-kerlip lampu kota dari beranda apartemennya.

"Untuk apa?" tanya orang di seberang sana dengan suara tenang.

Maru memutar badan menyandarkan tulang pinggulnya ke besi beranda dengan santai. "Hari ini tepat seratus hari aku menjadi dirimu. Terima kasih mengizinkanku menjadi dirimu selamanya."

"Kau menikmatinya?"

Wajah Maru menunjukkan ekspresi senang. "Apanya yang tidak menikmati. Tentu saja aku menikmati hidup menjadi dirimu, Jeon Neru Hyung."

Bagaimanapun, Maru senang telah menyusun rencana ke depan dengan mulus tanpa ada kecurigaan.

"Tadi pagi aku membuat masakan untuk calon istriku. Dia manis sejauh ini," aku Maru cukup bersemangat.

"Terdengar kau sangat menyukainya," tuduh Neru sebelum tertawa singkat.

"Mana mungkin tidak suka." Maru menunduk dan tersenyum sendiri. Ia memijat-mijat dahinya sambil memainkan lidah di mulut, kemudian berbisik. "Orangnya menarik. Benar-benar menarik."

Sesaat kemudian Maru menegakkan punggungnya. "Tapi apakah Hyung benar-benar belum bertemu dengannya?"

"Aku hanya punya data-datanya saja dan melihatnya dari beberapa foto. Namanya Shin Eunjo, kan? Ah, dan juga, aku sempat membaca dia pernah ada di satu sekolah yang sama denganmu di Korea, benar?"

Suara ambulan terdengar di bawah sana. Maru sempat menoleh ke belakang dan mengembalikan fokusnya lagi.

Ia meringis dan berdecak, "Begitulah. Tapi aku belum pernah melihatnya sebelum ini."

Penasaran, Neru masih bertanya, "Tapi dia hanya beda dua tahun denganmu. Kemungkinan sekali atau dua kali harusnya kalian pernah berpapasan, kan?"

Maru kembali meringis. "Mungkinkah? Aku tidak ingat. Aku terlalu sibuk belajar dan mengurus klub bola."

"Ah, begitu rupanya." Neru diam sebentar. "Tapi apakah kau benar-benar ingin melanjutkan ini sampai akhir? Kau sanggup jika terus berpura-pura menjadi diriku?"

Maru tersenyum lebar. "Oleh sebab itu aku berterima kasih padamu atas kehidupan keduaku. Aku ingin menebus dosaku di kehidupanku sebelumnya. Di luar itu aku juga ingin berterima kasih berkat Hyung akhirnya aku ada di sini."

Neru sempat tertawa rendah. "Berhati-hatilah, kakek bisa menebas lehermu sewaktu-waktu jika dia tahu kita bermain peran."

"Lalu bagaimana nasib Hyung?" tanya Maru mengejek.

"Tentu saja, dia akan mencariku sampai ujung bumi jika dunia punya sudut."

Mata Maru membelalak belum percaya. "Hyung, kau bercanda?"

"Tidak," jawab Neru datar. "Dia akan melakukan apa pun asal keinginannya terpenuhi."

Maru meringis ngeri. "Termasuk menghabisi nyawa orang lain?"

"Kurasa begitu. Kakek pernah melakukannya di depan mataku. Dia memenggal kepala bawahannya dan melemparnya ke laut."

Maru menutup mulutnya tidak bergitu bersimpati. "Serius? Ah, itu pasti sangat melukai keluarga yang ditinggalkan. Aku turut berduka."

Play OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang