-13.13-

9.1K 921 203
                                    

Jungmin kecil hanya duduk terdiam dimana sang Papa sedang sibuk bersalaman dengan koleganya. Ia duduk sendirian. Yang ia tau, ia sekarang tidak berada dinegaranya. Jungmin kencil tidak tau dinegara mana lagi ia bersinggah.

"Pa, Mama manya?" tanya nya saat sang Papa kembali mendekat kearahnya.

Jungkook tersenyum kecil dan mengecup singkat pipi gembil anaknya.
"Mama tidak memberitahu Jungmin?" ujarnya.

Jungmin kecil menggeleng.

"Mama pergi bersama teman - temannya." kata Jungkook. "Mama tidak peduli dengan Jungmin, jadi Jungmin bersama Papa saja ya?" tambah Jungkook lagi.

Jungmin kecil merengut sedih karenanya, padahal ia begitu merindukan Mamanya.
"Tenapa... Jungmin lindu.. " ujarnya sedih.

Melihat wajah Jungmin sedih, segera Jungkook pangku anak tampannya itu dan memeluknya penuh kasih sayang.

Tapi, dibalik itu semua ia menampilkan senyuman miring miliknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

Untuk sekian kalinya, Jungmin menginap dirumah Hyunki. Yang mana tentunya ia disambut begitu antusias oleh Yoongi, sang Mommy.

Keberadaan Jungmin sekarang sama sekali tidak diketahui oleh Jungkook. Sudah dua hari ia mengabaikan pesan Papanya. Ia kesal bukan kepalang, ia seperti anak yatim piatu yang tinggal sendirian dirumah besar. Lebih baik ia menginap di rumah orang - orang yang memberikannya kasih sayang dari pada rumah besar yang penuh kekosongan itu.

"Jungmin, kenapa suka sekali menginap?" Hyunki bertanya dengan segala sifat keingintahuan nya.

"Tidak suka?" tanya balik Jungmin dengan ekspresi andalannya, datar.

Hyunki menggeleng.
"Hanya bingung saja, aku saja tidak bisa berlama - lama pisah dari Daddy dan Mommy. Kenapa Jungmin bisa ya?"

Jungmin melirik sekilas. "Karena kau manja." ujarnya kemudian.

"YAK!" Hyunki berteriak kesal, dia paling tidak suka dikatai manja, walau memang itu adanya.

Pemuda Jeon hanya diam tak menanggapi lagi, ia kemudian memasang kembali headset nya dan membesarkan volume suaranya, karena malas meladeni Hyunki yang ujung - ujung nya membicarakan Mamanya.

Hyunki merengut sedih, menurutnya kenapa Jungmin begitu tidak sopan pada Mamanya, padahal Jimin sosok yang begitu baik menurutnya. Walaupun ia jarang berjumpa dengan Jimin tapi sekali pandang saja ia sudah tau bahwa Ibu dari pemuda Jeon itu adalah titisan malaikat yang salah tempat untuk berpijak.

Banyak yang bilang bahwa Hyunki adalah pemuda polos dan lugu, walau memang benar adanya. Tapi ia tidak buta untuk melihat bahwa keluarganya banyak yang tidak menyukai seorang Park Jimin. Ia menyimak setiap halnya, hanya saja ia selalu memasang wajah lugunya agar tau apa yang sedang terjadi.

Ia ingin tau.

Sangat ingin tau.

Dia tidak sanggup untuk melihat yang kedua kalinya bagaimana Mommy dan Mami nya memaki Jimin begitu kasar. Hati dan perasaannya sangat sakit saat melihat Ibu dari Jungmin itu hanya diam dengan ekspresi takut.

Dan Hyunki hanya ingin Jungmin cepat sadar sebelum semuanya terlambat.

"Kenapa Jungmin tidak senang pada Mama Jungmin sendiri... " gumamnya sedih sambil menatap Jungmin yang tertidur itu sendu.

.

.

.

.

.

.

.

.

Punggung ringkihnya bersandar tak berdaya di dinding dengan kepala yang terus teleng tak tentu arah. Mata sayunya yang terbuka tertutup dengan bibir yang terus mengeluarkan racauan kesakitan.

Kakinya yang mengangkang yang dimana sang suami sedang masih begitu semangat menghunuskan penisnya pada Lubang yang terluka parah itu.

"Kau harus tetap sadar Jimin ahnhh sampai aku selasai hahh jika tidak aku akan melakukannya lagi sewaktu kau sadar." ujar Jungkook yang terus mengeluar masukkan senjata nya dengan tempo cepat.

Posisi duduk seperti ini benar - benar menyakiti Jimin, punggungnya begitu sakit karna menahan tubuh yang sedikit menurun karna harus mempermudah Jungkook untuk memasuki dirinya.

"Sakit.." racaunya.

Air liurnya sudah bertumpahan karena rasa sakit yang diterimanya, wajahnya yang sejajar dengan wajah sang suami sesekali memberi tatapan sendu pada Jungkook.

Entah keberanian dari mana, tangan kecil yang sedari tadi mencengkram kuat lengan berotot sang suami beralih perlahan ke paras tampan suaminya, mengelus paras bak dewa itu lembut. Jungkook hanya memejamkan matanya tidak peduli karena ia sedang mengejar pelepasan yang entah keberapa kalinya.

"Suamiku.. " matanya kembali berair.

Tes

"Pujaan hatiku.. "

Tes

"Hidupku.. "

Dan Jimin membelalakkan matanya dengan teriakan kesakitan saat Jungkook bertambah kasar memasuki nya karena pelepasan yang didapatinya.

Lalu mereka terdiam dengan pikiran masing - masing— maksudnya hanya Jungkook karena Jimin sedang dipenuhi oleh kekosongan. Matanya masih terbelalak keatas dengan cairan bening yang terus turun kepipi tirusnya dan nafas yang terputus - putus.

Dengan tubuh yang masih bertautan, Jungkook memajukan wajah mendekati leher yang penuh dengan bercak merah itu. Hatinya yang sempat bergetar aneh tadi sudah menormal sebagaimana biasanya.

"Jimin-ah.. " bisiknya.

Meniup halus leher putih itu.

"Kau tidak ingat? Kau itu hanya pemuas nafsuku." katanya lembut tapi begitu menusuk hati akan setiap katanya.

Jimin memejamkan matanya lembut, tak lupa bibir tebalnya melengkung indah.







"Ya.. Aku ingat."

.

.

.

.

.

.

.

Hola!
Jadi begini, aku bikin part kali ini pendek sangat.
Nunggu aku ngelanjutin biar panjang pasti berabad - abad.
Jadinya aku up apa adanya saja ya.
Juga mungkin cerita ini partnya banyak karena alur ceritanya yang benar - benar seenak jidat aku bikinnya OKE?!

yasudah, selamat membaca.

Strength, please. (Jikook-kookmin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang