-18.18-

11.8K 1K 658
                                    


Helaan nafasnya terdengar kasar. Entah kenapa malam ini angin bertiup kencang. Menatap kearah kiri dimana bunga - bunga cantik yang ditanam oleh Tuan rumah tertiup kencang mengakibatkan daun - daunnya sedikit berguguran. Kembali menghelakan nafasnya, pria yang sudah lanjut usia ini kini menyandarkan tubuhnya yang masih tegap kekursi panjang yang memang disediakan untuknya dan lalu mendongak untuk melihat langit malam sekarang.

Bintang.

Pria tua ini tidak begitu menyukai acara menatap bintang seperti ini. Akan tetapi, 16 tahun yang lalu. Dimana ia baru pertama kali datang kerumah ini, ia mulai suka menatap bintang - bintang yang sedang bersinar terang tersebut. Saking senangnya, pria tua ini sanggup untuk berlama - lama mendongak keatas untuk melihatnya.

Bukan tanpa alasan ia mulai menyukai melakukan hal seperti ini. Kegiatan ini dimulai dari Tuan nya. Park Jimin atau sekarang sudah dikenal dengan Jeon Jimin.

Malam itu, Jimin yang sedang mengandung dibulan ke-5 kembali diperlakukan tidak baik oleh Jungkook. Jungkook yang memang selalu marah tanpa alasan pada Jimin, mengurung Jimin diluar rumah pada jam 11 malam. Dan Choi ahjussi tidak tau apa permasalahan mereka sewaktu itu. Yang hanya bisa dipahami oleh Choi ahjussi adalah rahang dan pipi kanan Jimin yang lebam dan membengkak. Pada waktu itu Jimin tidak menangis seperti biasanya, tapi Choi ahjussi dapat menangkap bahwa Jimin terlihat putus asa.

Pada waktu itu, Jimin hanya berdiam diri diteras rumahnya. Ia hanya diam menunduk dan terus - menerus mengusap perutnya dengan penuh kasih sayang sampai Choi ahjussi mendekatinya.









"Tuan, ayo istirahat dipos saya."

Jimin mendongak, baru sadar jika diluar pasti ada Choi ahjussi. Menatap pria tua itu dengan pandangan lugu, mata sayunya mengerjap dengan penuh kepolosan. Choi ahjussi tidak sanggup melihat bagaimana mata lugu itu menatapnya. Hatintya sakit. Bagaimana semua ini terjadi pada anak sekecil Jimin?

"Uh? Jimin lupa kalau ada Choi ahjussi diluar hehe" Choi ahjussi tersenyum kecil menanggapinya. Cengiran itu terlihat begitu polos dan tak berdosa.

"Tidak usah Choi ahjussi, nantik Jungkook hyung marah pada Jimin. Jungkook hyung bilang harus menunggu disini sampai hyung membuka pintu untuk Jimin. Terimakasih sudah menawarkan tempat Choi ahjussi pada Jimun. Dan Choi ahjussi harus ingat jangan memanggil Jimin dengan sebutan Tuan Ne.. " ujar Jimin. Nadanya begitu halus, lembut dan begitu tulus.

Choi ahjussi mengangguk pelan. "Kalau begitu Choi ahjussi boleh tidak duduk bersama Jimin disini?" tanya pria tua itu.

"Boleh, sini duduk disamping Jimin, ahjussi." Jimin menepuk lantai disampingnya dengan tangan mungil miliknya.

"Cha.. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Supaya Jiminie tidak bosan?" pria tua itu menatap kesamping, kearah Jimin yang sedang memandang keatas. Lihatlah wajah lugu ini, Jimin benar - benar terlihat seperti anak sekolah dasar yang tidak memiliki dosa.

"Jimin tidak tau, tapi melihat bintang seperti ini ternyata juga menyenangkan ya Choi ahjussi.. " ujar Jimin.

Choi ahjussi ikut memandang keatas, langit begitu cerah dengan bulan dan bintang yang bersinar terang. Dan kemudian mengangguk membenarkan perkataan Jimin barusan.

"Bintang dan bulan. Jimin menyukai yang mana?" memandang kesamping dan menampilkan wajah Jimin yang sedang berpikir. Sangat manis.

"Jimin.. Jimin menyukai semuanya. Tidak hanya bulan dan bintang. Jimin juga menyukai Jungkook hyung, Ayah, Ibu, semua Hyung, Ayah Hyunsik, Ibu Boyoung dan Choi ahjussi!" pekiknya gembira dengan tepuk tangan. Benar - benar terlihat kekanakan dan itu membuat Choi ahjussi tersenyum gemas.

Strength, please. (Jikook-kookmin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang