-15.15-

9.5K 942 381
                                    

Jimin hanya bisa memberikan senyum paksa pada Choi ahjussi sedari tadi karena pria berumur itu terus memberikan tatapan sendu padanya. Jimin pikir tak masalah jika Jungkook memutuskan sebuah keputusan seorang diri, Jimin mencoba menjadi sadar diri karena ia yang tak mampu dan tak akan bisa.

"Shss.. " Jimin meringis kecil saat mencoba bergerak mengganti posisi berbaringnya.

"Apa yang sakit? Perutmu masih sakit? Ingin ahjussi panggilkan dokter?" Choi ahjussi bertanya dengan panik. Wajahnya begitu terlihat khawatir.

Kembali senyum paksa ditampilkan oleh Jimin. "Tidak apa ahjussi, sakit ini biasa. Aku kan habis operasi." ujar Jimin dengan lembut.

Choi ahjussi kembali terdiam, tidak pernah dihidupnya menjumpai seseorang seperti Jimin didunia ini. Ia begitu kuat, setiap harinya tidak ada satupun secerca kebahagiaan yang mampir dihidupnya. Dan sekarang, ia masih kuat sesuatu hal yang begitu istimewa diambil paksa oleh suaminya.

Ia masih bisa tersenyum.

Masih bisa menyalahkan dirinya.

Menyalahkan dirinya yang membuat suaminya, Jungkook sengsara, anaknya, Jungmin menderita karena memiliki Ibu seperti dirinya.

"Tapi... " Jimin menatap lembut Choi ahjussi yang kembali mengeluarkan suara.

"Rahimmu diangkat paksa oleh Jungkook. Rahimmu masih begitu sehat Jimin-ah."



Jimin kembali tersenyum. "Tidak apa ahjussi, dari pada aku keguguran lagi. Sudah cukup aku kehilangan lima anakku. Aku tidak ingin rasa bersalahku menumpuk karena membuat anak - anakku tidak dapat melihat dunia karena aku yang lemah ahjussi."

.

.

.

.

.

.

.

.

Nyatanya ia tak cukup kuat. Tepat pintu ruangan miliknya tertutup karena Choi ahjussi harus mengurus kediaman Jeon, Jimin menumpahkan air matanya. Tangan kecil nya bergetar bergerak untuk mengelus bekas operasi yang dilakukan nya dua hari yang lalu.

Ia terisak lirih, berusaha tidak mengeluarkan suara. Begitu terpukulnya dirinya.

Sebegitunya Jungkook menolak dirinya. Saking tidak suka kepada dirinya  Jungkook enggan memiliki anak darinya. Lima kali keguguran dimana empatnya, Jungkook tidak pernah tau bahwa ia hamil. Dan begitu tau jika ia keguguran tanpa berpikir dua kali Jungkook meminta dokter untuk mengangkat rahimnya.

Dengan tubuh bergetar ia elus terus bekas operasinya. Ia tidak bisa memiliki anak lagi. Ia sudah tidak sempurna lagi sebagai istri. Ia tidak bisa memberikan adik pada Jungmin jika kalau kedua pria tersayangnya itu sudah mau menerimanya-dan tentu saja ini adalah angan yang begitu ia inginkan.

Ceklek

Jimin langsung terperanjat mendengar pintu ruangannya dibuka. Dengan cepat kedua tangan mungil yang bergetar miliknya menghapus air mata yang sedari tadi menganak bagai sungai dipipi tirusnya.

"Apa yang kau tangiskan? Ini memang pantas kau lakukan jika masih ingin berada disekitar ku dan Jungmin. Kau mengerti?"

Suara ini..

Suara yang begitu terkesan dingin dengan penuh kebencian yang setiap kali ia dengarkan.

Perlahan Jimin menatap kaku suaminya, menatap bagaimana pandangan jijik itu terus diberi padanya lalu menghantam telak dadanya begitu sesak.

Strength, please. (Jikook-kookmin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang