"Hanna-ssi tolong kau masukan sayurnya kepanci" ucap eomma Hanbin.
"Ah nee eomma." jawab Hanna.Hanna sekarang sedang dirumah Hanbin dengan Hanbin juga tentunya.
Selama beberapa hari terakhir Hanna mengantar Hanbin untuk pulang ke rumah untuk bertemu keluarganya, tp tetap saja ia masih ingin tinggal ditempat Hanna.
Hanbin berfikir jika lebih baik tinggal dengan Hanna dari pada dirumah orang tuanya yg tentunya akan mudah ditemukan orang lain yg mencarinya, seperti media mungkin. Dan sekarang Hanna menjadi dekat dengan keluarga Hanbin."Sarapan sudah siap, Hanbin Hanbyul ayo turun." teriak eomma Hanbin memanggil anak-anaknya, dan pergi ke depan untuk memanggil suaminya.
Iya ini memang waktu sarapan, bukan Hanna yg datang terlalu pagi untuk bertamu. Tapi sejak kemarin memang ia sudah disini dan menginap dirumah orang tua Hanbin. Kemarin setelah mengecek tokonya ia pergi bersama Hanbin sengaja untuk menginap karna hari libur pasti semuanya dirumah. Dan berakhirlah mereka disini."Waaaaah kelihatannya enak." Hanbin yg baru saja duduk dimeja makan bersama Hanbyul nampak antusias melihat makanan kesukaannya.
"Tentu saja enak karna ada campur tanganku disini, jadi kalian berdua harus makan yg banyak mengerti?" ucap Hanna
"Nee eomma." sahut kakak beradik itu menurut.
"Eeeeh kalian kompak sekali eh? Hanbyul pasti kau diajari oppa mu kan?" ucap Hanna dan menggelitiki Hanbyul yg duduk disebelahnya.
"Ahahaha ampun eonni aku hanya bercanda." ucap Hanbyul dengan tawanya.
"Baiklah aku memaafkanmu, lain kali jangan ikuti oppa kadang dia sedikit gila." ucap Hanna berbisik.
"Yak aku mendengarmu Hanna." ucap Hanbin dan menjitak kening Hanna.
Dan mereka pun tertawa hingga tak menyadari kedatangan eomma dan appa.
"Kalian sedang membicarakan apa sampai tertawa begitu?" tanya Ayah Hanbin.
"Ini rahasia anak muda appa." jawab Hanna.
"Ah kau ini. Ayo cepat makan nanti keburu dingin." ucap Appa Hanbin sambil mengelus pucuk kepala Hanna.***
Sekarang Hanbin, Hanna, dan Hanbyul sedang bermain dikamar Hanbyul.
"Oppa bukan begitu cara memainkannya." rengek Hanbyul yg melihat mainannya menjadi korban ketidak tauan Hanbin.
"Memang Oppa mu ini sudah ketinggalan jaman hahahaha." sahut Hanna.
"Lagi pula kenapa ada orang yg memainkan benda kenyal menjijikan itu." Balas Hanbin sambil melempar slime milik Hanbyul ke tembok. Ya sedari tadi sebelum Hanbyul melihat, ia melempar lemparkan benda itu ke tembok dan lantai yg akhirnya membuat kesal pemiliknya.
"Tapi itu milikku oppa kenapa kau lempar lempar seperti itu dan juga itu bukan benda menjijikan, aku akan mengadukanmu ke eomma." ketus Hanbyul
"Iya maafkan oppa, nanti oppa akan membelikanmu benda menjijikan itu oppa janji." bujuk Hanbin pada Hanbyul.
Hanna yg mendengar pertengkaran kakak beradik itu hanya tertawa diatas tempat tidur Hanbyul, lebih tepatnya menertawakan wajah memelas Hanbin. Sampai akhirnya Hanbyul pergi meninggalkan kakaknya yg sedikit menyebalkan itu."Hanbin-ssi kemarilah." Hanna menepuk kasur disampingnya mengisyaratkan untuk Hanbin duduk disebelahnya.
"Ada apa eomma?" Tanya Hanbin sembari duduk disebelah Hanna.
"Ish kau ini selalu saja." gerutu Hanna sambil memukul lengan Hanbin.
"Hahaha baiklah-baiklah ada apa? Kau merindukanku eoh? Padahal aku dari tadi tepat didepan matamu." Gurau Hanbin.
"Teruskan saja aku akan mengusirmu dari rumahku nanti. Aku ingin bercerita jadi dengarkan oke." ucap Hanna membenarkan posisinya, yg dijawab anggukan oleh Hanbin.
"Aku punya teman dan dia terkadang menyebalkan, tapi sekarang aku mulai terbiasa dengan tingkah ajaibnya. Tapi yg membuatku sedikit kecewa dia selalu menyembunyikan perasaan sebenarnya kepadaku. Aku tau bahkan sangat tau kalau dia sebenarnya memikirkan semua masalahnya, tapi aku memang menunggunya untuk bercerita sendiri tapi dia sangat keras kepala untuk menceritakan semuanya kepadaku atau keorang lain. Jadi menurutmu harus ku apakan temanku itu? Apa ku jambak rambut pirangnya saja dan memaksanya untuk bercerita kepadaku?" jelas Hanna panjang lebar.
"Sebentar-sebentar, yak kau gadis bodoh bukankah kau sedang membicarakanku?"
Hanbin tampak berfikir dan akhirnya menggelitiki Hanna, yg malah dibalas jambakan ganas pada rambut pirangnya.
"Yak oppa kenapa kau sangat menyebalkan ceritalah padaku, aku sudah bosan melihat wajah masammu setiap kali kau sendirian." Ucap Hanna setelah perang kecil itu selesai.
"Eeeh kau memanggilku oppa?" goda Hanbin.
"Jangan mengalihkan pembicaraan pak tua."Begitulah Hanna jika sudah kesal ia akan memanggil Hanbin dengan sebutan "pak tua" karna rambut pirang Hanbin.
"Baiklah baiklah jadi apa yg harus ku ceritakan? Tentang apa yg aku pikirkan akhir-akhir ini?" Tanya Hanbin yg dijawab anggukan antusias oleh Hanna.
"Aku hanya memikirkan bagaimana hidupku selanjutnya, bagaimana para member menghadapi dunia hiburan yg kejam ini tanpaku. Pasti Jinhwan hyung kewalahan menghadapi mereka sendiri jika mereka mulai lelah latihan, Bobby hyung akan sendiri distudio, Yunhyeong hyung tidak dapat membuatkanku makanan lagi jika aku lupa makan karna terlalu fokus membuat lagu, June pasti merindukan bagaimana aku memarahinya ketika ia mulai ribut, Donghyuk pasti pusing memikirkan koreo baru, Chanu pasti kesepian dilantai atas jika yunhyeong hyung pergi ke rumah keluarganya. Aku pasti merindukan semua tentang mereka yg sudah beberapa tahun selalu bertatap muka, yg sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri."
Hanbin menerawang jauh memikirkan bagaimana perasaan para member sekarang, dan tanpa sadar cairan bening jatuh dari matanya.
"Aku memikirkan bagaimana perasaan orang-orang terdekatku mengenai ini pasti mereka sangat sedih dan pastinya kecewa. Dan aku sangat terpukul menyadari pasti nantinya Hanbyul akan mengerti apa yg telah kakaknya perbuat, jejak media tidak akan hilang oleh waktu begitu saja. Aku merasa mengecewakannya, aku merasa telah mengingkari janjiku kepadanya untuk menjadi kakak yg baik untuknya."Hanbin mulai terisak membayangkan bagaimana Hanbyul nantinya jika mengetahui yg terjadi sekarang.
"Membayangkannya saja sudah semenyakitkan ini, bagaimana melihat wajah kecewanya terhadapku. Aku tidak bisa membuatnya kecewa apa yg harus ku lakukan." batin Hanbin.Hanna yg mendengar cerita yg selama ini membebani pikiran Hanbin pun ikut meneteskan air mata, tapi ia buru buru menyekanya karna bagaimanapun ia harus menyemangati Hanbin. Ia menyandarkan kepala Hanbin pada pundaknya, dan mengelus punggung pemuda itu yg semakin bergetar.
"Oppa percaya padaku akan ada pelangi setelah badai. Dan aku yakin keluargamu ataupun orang terdekatmu akan memahamimu dan tentunya akan ada dipihakmu. Jangan lupakan penggemar yg amat sangat menyayangimu, mungkin kau tidak bisa melihat mereka tapi percayalah mereka selalu mendukungmu dan selalu ada untukmu, mereka siap menjadi tamengmu. Untuk Hanbyul aku rasa kalaupun nantinya ia akan mengerti apa yg terjadi padamu sekarang dia akan tetap bangga padamu karna kau sudah menjadi kakak terbaik untuknya dan sudah mau tegar melewati ini semua."
"Oppa jangan merasa sendiri, tidakkah kau bilang member iKON sudah bersama sejak lama? Mereka tidak akan membiarkanmu terpuruk dibelakang sendiri. Kau juga bisa mengandalkan dan mempercayaiku kalau kau mau seperti kau mempercayaiku dan tinggal ditempatku."
"Jangan merasa sendiri hanya karna segelintir orang ingin menjatuhkanmu dan melupakan banyak orang yg masih berdiri mendukungmu."Mereka telah mengubah posisi duduk mereka, sekarang Hanna sedang memeluk Hanbin untuk memberikan kekuatan untuknya. Sampai kehadiran Hanbyul mengintrupsi mereka.
"Oppa apa kau menangis?" teriak Hanbyul yg baru saja masuk kekamarnya. Hanbin buru buru menghapus air matanya, dan melepaskan pelukan Hanna.
"Semangatlah karna ada adikmu yg butuh kau untuk tetap kuat." bisik Hanna pada Hanbin yg entah bagaimana seperti setrum mengembalikan semangat hidupnya.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Setelah sekian abad akhirnya up, mian chingudeul
🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
With the Boys (iKON) [slow update]
FanfictionCerita seorang FANGIRL bernama Kim Hanna dan 7 laki-laki tampan