PART 7

8.6K 154 2
                                    

❤❤❤

Tanpa kusadari, tiba-tiba mobil Mas Ezza menghampiri kami yang masih berdiri di depan pintu gerbang. Rasanya bingung harus berbuat apa, aku tidak ingin Mas Ezza salah paham karena melihat kami berbicara, dan diri ini tidak ingin kalau sampai dia uring-uringan lagi seperti kemarin. Aku harus tetap bersikap tenang untuk menghadapi situasi sekarang.

Tiiittt! Tiiittt! Tiiit!

Mas Ezza membunyikan klakson mobilnya dengan sangat keras dan berulang-ulang hingga membuat diri ini sangat terkejut mendengarnya. Aku berusaha menutup telinga dengan kedua telapak tangan. Dia pun menghentikan mobilnya di depan kami, lalu aku menurunkan tangan dari kedua telinga.

"Ngapain masih di luar?" tanya Mas Ezza dari jendela mobilnya.

"Ada Pak Ezza. Selamat pagi, Pak." Dika memberikan salam kepada Mas Ezza.

"Pagi juga. Kamu, Dika, yah? Kemarin kamu juga yang nyariin Bunga?"

"Iya, Pak. Bapak masih ingat aja dengan wajah tampan saya."

"Ingat banget malah. Kenapa tidak langsung masuk ke kampus?" tanya Mas Ezza kepada Dika.

"Sebentar, Pak. Saya masih ada perlu dengan Bunga."

"Sepenting apa, sih, sampai-sampai harus ngobrol di sini?"

"Ini urusan anak muda, Pak."

"Memang kenapa kalau urusan anak muda? Saya nggak boleh tau gitu?"

"Saya jadi curiga, nih, Pak." Dika tiba-tiba heran dengan sikap Mas Ezza. Itu terlihat dari wajah dan ucapannya.

"Curiga kenapa?" tanya Mas Ezza.

"Dari semalam saya perhatikan, sepertinya Bapak ada perhatian khusus untuk Bunga. Kenapa tiba-tiba Bapak ada di sini setelah melihat saya dan Bunga?" Dika sepertinya mulai penasaran.

"Perhatian khusus apa maksudnya? Saya kebetulan aja lewat sini, nggak salah, dong, menyapa mahasiswa sendiri." Mas Ezza beralasan.

"Udah ... udah, begini aja diributin, nggak penting banget. Aku masuk, bye." Aku segera berlalu dari hadapan Mas Ezza dan Dika, kemudian memasuki kampus.

Aku sangat heran dengan sikap Mas Ezza, kenapa dia tidak memercayaiku? Kenapa dia menjadi sangat posesif seperti ini? Mungkinkah dirinya mencintaiku atau hanya sekadar tidak merelakan diri ini dekat dengan lelaki lain?

Aku hanya mengetahui kalau Mas Ezza menikah bukan atas dasar cinta, begitu juga denganku. Pernikahan kami terjadi karena adanya kesepakatan orang tua. Tujuan hubungan ini semata-mata hanya untuk kemajuan bisnis keluarga.

Aku tidak percaya melihat sikap dan reaksi Mas Ezza yang seolah-olah sangat cemburu, karena cintanya sedang dekat dengan lelaki lain. Ada apa sebenarnya dengan hati Mas Ezza? Aku tidak percaya kalau dia memiliki perasaan lebih, mungkin ini hanya perasaanku saja.

❤❤❤

Jam mata kuliah pertama pun selesai. Seperti biasanya, aku dan Reva duduk di bangku yang telah disediakan di depan kelas. Tidak diharapkan dan tak diinginkan sama sekali, Dika kembali menghampiriku.

"Maaf, Bunga. Aku ingin bicara serius denganmu." Dika berdiri di depanku.

Reva yang dari tadi duduk bersamaku segera berdiri.

"Aku masuk kelas dulu, yah, Bunga." Sepertinya Reva sangat mengerti maksud Dika.

"Bareng, dong, Va." Aku berdiri dan mengikuti Reva.

Baru saja aku hendak melangkah, tiba-tiba tanganku di raih oleh Dika.

"Jangan pergi, Bunga. Izinkan aku berbicara serius denganmu."

DOSEN ITU SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang