❤❤❤
Walaupun pernikahanku yang awalnya tidak didasari cinta, tetapi terus terang ... hati ini tidak terima jika ada wanita lain yang menggoda Mas Ezza. Bagaimanapun hubungan kami, dia tetap suamiku, pendamping hidup, dan jodoh pilihan Papa dan Mama.
"Seneng banget, yah, digodain mahasiswi," celetukku saat kami menonton bersama di ruang TV.
"Emangnya siapa yang godain aku, Dek?" Aku tidak tahu apakah dia mengelak atau memang tidak ingat kejadian di kampus pagi tadi.
"Jangan pura-pura nggak tahu, deh, Mas. Senang, 'kan, waktu Cindy minta nomer pribadi kamu?"
"Ketahuan, nih, ngikutin aku. Hayuk ngaku."
"Nggak, kok," jawabku mengelak.
"Terus, kenapa kamu bisa tau kalau Cindy minta nomerku?"
"Yah, tau aja. Emang nggak boleh?"
"Yakin, dah, kamu pasti buntutin aku, nih, di kampus." Ketahuan, deh, aku mengintai dia di kampus tadi pagi.
"Kamu, nih, selalu gitu. Aku tanya apa, kamu jawabnya beda. Nggak nyambung banget tau."
"Bagus, deh, kalau kamu peduli padaku. Aku suka." Dia selalu dengan kebiasaannya, memegang daguku.
"Apa, sih, kamu selalu baperan. Malas, ah, ngomong sama kamu, aku mau tidur." Aku menepiskan tangannya, berjalan menuju kamar.
"Ceee, ada yang malu, nih." Aku masih mendengar suaranya sebelum masuk ke kamar.
Itulah Mas Ezza, selalu merasa diperhatikan dan dipedulikan. Setiap bertanya atau berbicara sesuatu dengannya, pasti jawaban atas pertanyaan dariku jauh berbeda. Aku nanya A, tapi dia jawab B. Pokoknya paling menyebalkan kalau berbicara dengan laki-laki itu.
Di balik dari tingkahnya yang selalu bikin kesal, tetapi dia selalu menyayangiku, memperhatikan semua kebutuhan serta keinginanku, dan dirinya selalu melakukan yang terbaik. Dia adalah pelindung juga suamiku.
❤❤❤
"Hebat, yah, kamu, Mas," ucapku di dalam mobil saat Mas Ezza mengantarkanku ke kampus hari ini.
"Hebat?" Mas Ezza terlihat bingung.
"Iya, hebat. Kemarin kamu bertingkah seolah-olah tidak mengenaliku."
"Tidak mengenali? Apa maksudnya? Aku makin nggak ngerti."
"Kamu selalu aja pura-pura nggak ngerti dan tidak ingat."
"Beneran aku nggak paham maksud kamu."
"Kemarin, ngapain coba nanya namaku di kelas? Itu namanya apa coba? Beneran nggak kenal?"
"Ooo, yang itu." Aku kesel melihat senyumannya.
"Kenapa kamu senyum?"
"Seneng aja lihat mulut manyun istriku pagi-pagi."
"Dasar kamu, yah, selalu nyebelin."
"Lah, bukannya kamu yang minta, jangan sampai temen-temen kamu tahu kalau aku suamimu."
"Tapi nggak harus dengan cara nanya namaku juga kali."
"Entar kalau aku langsung panggil nama kamu, bukannya mereka makin curiga?"
"Malas, ah, nyebelin. Susah ngomong sama kamu." Aku semakin kesal mendengar penjelasan dari Mas Ezza.
"Istriku yang cantik ngambek, nih, pagi-pagi. Makin suka, deh, lihat bibirnya."
"Iiihhh, kamu selalu bikin aku kesel." Cubitan kuat dariku mendarat di pinggangnya.
"Auh, sakit."
"Biarin."
"Cubit lagi, dong, Istriku." Dia mengembangkan senyuman nakalnya.
"Ogah. Oh, ya ... jangan lupa, turuninnya jangan deket-deket kampus. Aku nggak mau kalau sampai ada orang yang lihat."
"Okeh, Cantik. Turunnya di sini aja, yah. Selamat belajar, jangan nakal, jangan lirik sana sini, bye."
"Itu, mah, kamu. Ngomongin diri sendiri, bye. Weeekkk." Aku segera turun dari mobil sambil menjulurkan lidah, lalu kemudian memasuki kampus.
❤❤❤
Saat hendak memasuki pintu gerbang kampus, tiba-tiba dengan tidak sengaja, buku yang aku genggam terjatuh. Aku baru saja ingin memungut kertas tebal tersebut, tetapi tangan seseorang telah mengambilnya, lalu memberikannya kepadaku.
"Ini bukunya," ucap suara itu, kemudian menyodorkan buku yang telah dipungutnya.
"Makasih," jawabku.
Saat kami berdiri berhadapan, mata kami saling berpandangan. Dia menatapku tidak berkedip sedikit pun.
"Hallo." Aku melambaikan tangan di depan matanya.
"Sorry ... kenalin, aku Dika." Laki-laki itu kaget, tetapi akhirnya dia mengulurkan tangannya untuk menyalamiku.
"Aku, Bunga," jawabku sembari menerima jabatan tangannya.
"Kamu anak semester satu, yah?" tanya laki-laki yang mengaku bernama Dika tersebut.
"Iya," jawabku singkat.
"Aku semester lima, jurusan Akuntansi. Kamu jurusan apa?"
"Aku juga jurusan Akuntansi."
"Sama, dong. Entar kalau kamu mau nanya-nanya tentang Akuntansi yang kurang dipahami, samperin aku aja. Aku siap membantu, hehe."
Ada suamiku kali yang bisa jelasin kalau aku nggak paham dan nggak ngerti.
"Okeh, deh, makasih. Aku masuk kelas dulu, yah." Aku tetap mengiakan sambil tersenyum. Aku pun melambaikan tangan kepadanya.
Dia masih berdiri dan tetap memandangiku. Seandainya setelah tamat SMA, aku langsung masuk kuliah, pasti sekarang juga sudah semester lima dan setingkat dengan Dika. Akan tetapi, tidak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu.
====================
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN ITU SUAMIKU
Storie d'amoreKisah seorang mahasiswi yang memiliki suami sebagai dosen di kampusnya. Mahasiswi itu bernama Bunga, dan dosen bernama Ezza. Pernikahan mereka diawali dengan perjodohan, Bunga tidak mengetahui kalau ternyata Ezza sudah mencintainya sebelum perjodoh...