Kunti mengetuk pintu kamar Tania selepas makan malam, dan menemukan anak gadisnya tersebut tengah asyik melakukan panggilan video dengan kekasihnya sembari bertengkurap di atas kasur.
Merasa terusik dengan kehadiran sang mama, Tania menyudahi panggilan dan memberi perhatian sepenuhnya kepada Kunti, berharap wanita itu segera pergi kalau sudah mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Kalau Mama datang cuma buat bujuk aku lagi, jawaban Tania masih sama kayak tadi siang," sarkas Tania sebelum Kunti sempat mengutarakan maksudnya.
"Ih ... lihat dulu dong, fotonya." Kunti akhirnya urung berbasa-basi, langsung menunjukkan selembar foto yang ia bawa pada Tania. Namun, hanya sekilas saja Tania meliriknya, gadis itu sudah kembali asyik bermain ponsel.
"Tania nggak suka cowok yang mukanya kayak cewek, Ma. Terlalu mulus gitu tar rebutan skincare lagi sama Tania," komentar Tania sinis tanpa mengalihkan perhatiannya sama sekali dari layar ponsel. "Lagian, dia mukanya kayak penyuka sesama jenis gitu. Hari gini kok cowok masih mau dijodoh-jodohin. Apa Mama nggak khawatir kalau dia sebenarnya homo, makanya nggak bisa cari pacar sendiri? Perhatiin baik-baik deh, muka dia lebih licin dari muka Tania, pasti dia homo."
"Hush!" Kunti menyentaknya tajam. "Jangan kelewatan kalau nilai orang yang belum kamu kenal. Enggak baik. Kalau dia nggak seperti yang kamu bilang, itu namanya fitnah."
"Yah, Mama sama Papa kalau nilai Marvel juga sama aja, ‘kan? Marvel tuh kelihatannya buruk ... aja, di mata kalian. Padahal kalian juga belum kenal baik sama dia."
"Mama sudah bisa menilai seperti apa si Marvel itu dari sejak pertama kamu ngajak dia ke sini. Dari mana coba baiknya cowok yang pas awal ketemu sama orang tua aja nggak mau salaman malah teriak 'what's up Mr. Ardi, what's up Mrs. Kunti'. Mama nggak suka cowok urakan begitu."
"Itu namanya gaul, Ma. Bukan urakan. Marvel anaknya memang modern, ya gitu gayanya."
"Pokoknya Mama tetep nggak suka."
"Itu namanya Mama egois. Mama nggak adil sama Marvel dan Tania.” Bosan terus disudutkan, Tania lantas bertanya gemas, “Ya udah, sekarang mau Mama apa?”
"Kamu harus kenalan sama Kenzo. Mama nggak mau dengar penolakan kamu lagi."
"Ma...." Tania merengek sambil mencak-mencak di atas kasur, tetapi Kunti tetap menggeleng kukuh pada pendiriannya.
"Harus," putus Kunti memaksa. "Kata Papa, kamu boleh ngajuin persyaratan apa aja asal mau taaruf sama dia. Kamu boleh nguji Kenzo kalau memang nggak percaya dia beneran anak baik seperti yang Mama dan Papa pikirkan. Kalau nanti Kenzo nggak lolos sama tes yang kamu berikan atau menolak kamu, Mama sama Papa janji, nggak akan memaksa kamu buat dijodoh-jodohin lagi. Gimana?"
"Oke," sanggup Tania setelah cukup lama berpikir pada akhirnya. "Tapi, Mama sama Papa juga harus janji untuk nggak ngebocorin rencana Tania soal tes ini, baik sama Kenzo atau keluarganya."
"Iya, Mama janji." Kunti menyanggupinya sembari tersenyum. "Nanti Mama akan sampaikan hal ini juga ke papa."
"Deal!"
Maka keesokan harinya, Tania mulai beraksi dengan mengundang teman-temannya ke kafe langganan mereka, dan meminta sumbangan ide dari para senior yang sudah mendahuluinya menikah serta tidak merasa terlalu bahagia.
"Dandan jelek!" usul Pambayun pertama kali. "Suami aku sering banget mengkritik soal penampilanku sebelum dia poligami. Katanya aku nggak bisa ngurus diri lagi lah, gendutan lah, kusem lah."
"Gue setuju." Gea menimpali. "Bila perlu, buat diri lo kelihatan sakit-sakitan. Cowok-cowok model Kenzo tuh kayaknya setipe sama Deny. Sok alim, tapi nafsunya gede. Kalau dia berpikir lo nggak bakal bisa muasin nafsunya di atas ranjang karena lo kelihatan nggak fit, dia pasti langsung nolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenzo Arashi (Kebohongan Seorang Istri)
Roman d'amourTania menolak dijodohkan dengan Kenzo Arashi, yang seorang pengusaha pengekspor buah, sekaligus pemilik hotel dan perkebunan dari kota Malang. Selain karena sudah memiliki tambatan hati, yaitu Marvel Alexis. Tania juga menduga jika Kenzo adalah seor...