Seperti lautan yang menyimpan berjuta kejutan
Seperti daratan yang menyimpan berjuta kehidupan
Seperti itulah galaksi menyimpan berjuta himpunan
Yang salah satu himpunannya...
Adalah salah satu faktor yang membuatnya terlihat berbeda
Laki-laki yang...
"seperti detik yang melahirkan peristiwa tak terduga, seperti itulah yang terjadi pada kita saat ini"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Libra azfar-
* * *
"udah jangan cengeng" ungkap seorang laki-laki yang kini sudah siap dengan pakaian santai dan sebuah koper yang bertengger setia di samping kirinya
Gadis di depannya itu menunduk lesu seakan membiarkan rambut sebahunya berjuntai bebas di udara, dan lagi-lagi satu tetes air berhasil membasahi pipi berisinya tanpa halangan sedikit-pun, melihat itu Libra menghela nafasnya pelan seraya mengangkat dagu gadis itu dengan jari telunjuk yang ia biarkan tertekuk
"apa gunanya teknologi Gis, aku bisa ngabarin kamu dalam hitungan detik, kenapa harus sedih?" gelombang suara bariton masuk dengan sangat sopan ke dalam pendengaran gadis itu, namun tetap saja gadis bernama Gista tersebut tidak dapat membuat lengkungan senyum di bibirnya
"kamu-tu ga ngerti" Gista menepis tangan Libra dari dagunya dengan pelan, ingin rasanya ia membekap laki-laki itu di rumahnya agar tidak dapat pergi walau se-inci pun
"aku ngerti Gis" sahut Libra lembut, ia menatap gadisnya penuh tuntutan seakan berusaha memperlihatkan bahwa ia benar-benar mengerti perasaan Gista saat ini
"aku gamau lama-lama natep kamu di layar handphone!" nada suara Gista menaik dengan tatapan tegasnya, melihat itu Libra hanya menyunggingkan senyum tipis
"terus aku harus jadi bintang film supaya kamu bisa natep aku di layar tv?"
"ishhh" satu sikutan kecil mendarat sempurna di perutnya, membuat sang empunya sedikit meringis atau lebih tepatnya pura-pura tersakiti agar si penyikut merasa puas
"iya maaf_" pemuda itu menumpukan kedua telapak tangannya di bahu kecil Gista "udah bikin kamu kesel,bikin kamu nangis,bikin kamu marah, tapi kali ini keputusan aku udah ga bisa di bantah lagi Gis, disana bunda perlu aku dan aku sendiri perlu bunda" nada suara laki-laki itu berubah menjadi lebih serius, tatapannya teduh dengan penuh keyakinan membuat gadis di hadapannya memilih bungkam sambil menatap lantai
