Part 12

239 131 106
                                    

Angin malam berhembus,
Lirih dingin menyapa
Coba merasakan
Semilir kehadiranmu

Tuhan ku tanya cinta,
kemana arah dan tujuannya
Bila memang berpisah,
Biarlah maut yang memisahkan

Aku memuji mu, hingga jauh,
terdengar syahdu ke angkasa
Rintihan hati ku, memanggil mu,
dapatkah kau dengar nyawa hi-dup ku

Runtuh jiwa raga ku
hancur berkeping-keping
Tangan dan kaki tiada
berpijak di bumi lagi

Kau menelan*angi diri ku slalu,
lewat indahnya peluk kasih,
merangkul kalbu yang membelenggu,
dan kini tinggalkan ku.

"RIZKY........" lirih Dinda pelan sesaat setelah duduk di area taman belakang rumahnya.

"Eh........kamu tahu aku di sini. Padahal tadi mau ngagetin kamu malah ketahuan lebih dulu" kekeh Rizky mendekati kursi taman tempat Dinda duduk.

Setelah mengantar Michel ke kamarnya ia hendak mengambil minum dan langsung tidur, namun tak sengaja melihat Dinda. Ia pun mengikuti Dinda. Ia penasaran dengan apa yang akan dilakukan Dinda malam-malam begini. Namun malah ia yang dikagetkan oleh Dinda.

Dinda menoleh. Ia pun kaget kenapa Rizky ada disini. Semoga Rizky tak mendengar rancauannya tadi. Rizky menatap Dinda, namun Dinda kembali memilih menatap langit yang cerah meski malam kian menampakan gelap yang menyelimutinya.

" hmmm.. kamu belum tidur Ky?" Dinda balas bertanya menutupi kegugupannya.

"Rasanya malam ini lebih panjang dari biasanya, mata ini sulit terpejam" kata Rizky diiringi senyum manis menoleh ke arah Dinda yang masih setia menatap langit.

"Boleh aku ikut mendengarnya?"lanjut Rizky.

Entah seakan ada dorongan apa Rizky mendekatkan diri menggeser tempat duduknya di dekat Dinda. Menyisakan jarak debaran jantung masing-masing. Rizky menggambil satu headset yang tersampir di tangan Dinda. Kemudian ia pasang di telingga kirinya.

Sementara Dinda memejamkan matanya selama berapa detik. Entah ia sedang menahan perasaannya atau sedang merendam sesuatu yang bergemuruh di dadanya. Rizky tidak tahu kalau Dinda harus menggumpulkan keberaniannya dan berusaha keras menindas perasaannya ketika jarak hanya terpisahkan oleh sejengkal centi.

"Kamu suka lagu ini Din?" Kata Rizky sambil terseyum lagi.

Hanya anggukan yang mampu Dinda berikan. Entahlah rasanya berdua bersama Rizky di malam yang cerah. Secerah harapannya pasca berdamai dengan takdir. Dinda merasa bahagia juga merasa tidak nyaman. Kedua rasa itu bercampur menjadi satu.

"Dulu ketika aku masih sering berkomunikasi dengan Michel. Ia sering memintaku mendengarkan lagu ini, mewakili perasaan kita sich katanya" Rizky menghela nafasnya kasar. Seakan ada ketulusan dan kekecewaan yang ia rasakan dalam setiap ucapannya.

Deg.
Dinda ingat jika dia meminta Rizky mendengarkannya. Entahlah Dinda merasa lagu itu cocok untuk mereka berdua kala itu.

"Namun sampai disini, semua berbalik Din. Aku merasa Michel berbeda. Mungkin aku juga sudah sering bilang kepadamu, dan kamu selalu bilang bahwa berkomunikasi jarak jauh dengan berinteraksi langsung itu berbeda" lanjut Rizky dengan serius. Ia merasa Dinda mengabaikan pertanyaannya. Kini mata Rizky beralih menatap mata teduh Dinda yang sejak tadi tak melihatnya, bahkan hanya diam.

Rizky menepuk bahu Dinda "Memang disana kamu mencari apa?" Tanya Rizky membuat Dinda menoleh.

"Maksutnya?"

"Ya kamu lihat apa? Dari tadi lihat ke atas mulu, memang di sana ada wajah Dimas apa?" Tanya Rizky menunjuk langit, secara otomatis Dinda mengarahkan pandangan ke langit kembali.

Maukah Jadi Sahabatku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang