Part 16

353 123 152
                                    

Andaikan waktu bisa ku putar kembali. Mungkin kamu masih bersamaku saat ini.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

"Bagaimana keadaan Rizky saat ini tante?" Tanya Dinda yang baru sampai di rumah sakit dan melihat Sarah yang tengah menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami di deretan kursi tungu ruang ICU.

"Kita belum tahu pasti keadaannya saat ini. Namun tante berharap Rizky mampu melewati masa sulitnya, dan bertahan untuk kita semua. Kenapa ujian kali ini terasa berat sekali, dan seolah-olah beruntun. Tante merasa sebagian nyawa tante melayang Din" Sarah menangis mendekap sang suami yang terlihat tegar, Ali sadar bahwa istrinya butuh penopang, penguat serta sandaranya, oleh sebab itu Ali harus bertahan dalam keadaan genting seperti saat ini.

Sukma yang datang dengan Dinda dan Rayn mendekat ke arah Sarah "Bagaiman bisa Rizky mengalami peristiwa seperti ini dek Sarah?"

"Aku juga nggak tahu mbak Sukma, setelah membahas masalah perjodohannya, Rizky pamit akan keluar sebentar, aku pikir ia akan menemui Michel untuk menyampaikan kabar bahagia ini, namun... ia malah memberi kabar yang seperti ini" Sarah menceritakan kronologis sebelum kejadian dengan berderai air mata. Ia ingat sekali wajah sang putra yang terlihat syok saat mendengar akan dijodohkan dengan Michel. Dari situ ia tahu bahwa putra semata wayangnya memang tak menaruh hati pada Michel. Sarah khawatir akan keadaan Rizky yang terlihat kacau, akhirnya ia putuskan mengikuti langkah Rizky sampai diparkiran, disepanjang lorong rumah sakit menuju parkiran ia hanya melihat Rizky mengacak rambutnya, mengumpat tak jelas, seolah marah akan perjodohan ini, bahkan Sarah sempat melihat Rizky menghubungi seseorang namun tak diangkat sebelum masuk ke dalam mobil, dan itu semakin membuat anaknya frustasi. Kemudian dikejauhan Sarah hanya melihat Rizky mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, yang membuatnya sudah memiliki firasat tak enak. Ia tak mungkin menghentikan Rizky yang sedang dalam keadaan kalut. Sepanjang perjalanan kembali menuju ruang rawat Surya, Sarah hanya berdoa semoga keberuntungan dan keselamatan selalu melingkupi Rizky untuk saat ini.

Dinda yang mendengar penuturan Sarah tak mampu membendung air matanya, tubuh Dinda terhuyung ke belakang mengenai dinding tembok. Ia yakin pasti dirinyalah yang dihubungi Rizky, betapa bod*h ia tak mengangkat telepon dari kekasihnya yang sedang butuh dukungan dan sandaran. Berkali-kali ia menyalahkan dirinya dalam hati sebab tak mungkin juga ia akan mengakui bahwa Rizky telah menghubunginya.

Seolah peristiwa saat ini berbanding terbalik dengan kejadian pagi tadi yang membuatnya terhipnotis dengan segala keromantisan Rizky. Canda tawanya, cemburunya pada Dimas yang terkesan berlebihan.

Dinda kini harus dihadapkan pada kenyataan bahwa di dalam ruang sana kekasihnya harus bertahan dan melawan takdir, yang mungkin bisa saja merenggut hidupnya.

"Dinda mau sholat dulu" pamit Dinda segera beranjak mencari musholla agar ia bisa mengadukan kegelisahan yang kini sedang menerpanya. Karena hanya Dzat Kekal Allah SWT yang mampu memberinya kekuatan.

Di sinilah Dinda kini berada. Musholla rumah sakit. Musholla yang terlihat minimalis itu nampak rapi dan tertata dengan apik, menyejukkan bagi siapapun yang berada di dalamnya. Fokus Dinda sekarang mencari tempat untuk ber'wudhu, yang berada tepat di sampingnya.

"Boleh aku menjadi imam sholatmu?"

Dinda menoleh mencari sumber suara, ditatap mata sendu yang tak pernah nampak sebelumnya "Dokter" hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutnya yang disertai isakan kecil. "Tadi Rizky hubungi aku dok sebelum kejadian ini. Aku yang menyebabkan Rizky seperti ini dok" Dinda menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa kekasihnya.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri my princess, apa yang menimpa Rizky saat ini memang telah tertulis di dalam takdirnya. Kamu nggak bisa meminta ulang ataupun mengembalikan apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya"

Maukah Jadi Sahabatku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang