Part 13

245 124 194
                                    

Dokter Rayn menyusuri koridor rumah sakit secara tergesa-gesa. Pagi ini ia akan melakukan operasi dadakan. Salah satu pasiennya membutuhkan tindakan medis secepatnya.

Padahal sebelumnya ia berharap pagi ini akan bertemu gadis pujaannya, setidaknya meningkatkan semangat paginya, pasca bergumul dengan ketidakadilan sikap sang papa.

Sekilas kata "polos" secara kasat mata tak dapat dilihat namun bisa ia rasakan bahwa itu merupakan sosok gadisnya. Berniat membuka foto, namun lagi-lagi ia harus mengurungkannya sebab sebuah panggilan darurat telah menunggu.

Rayn hanya mengambil foto itu dari genggaman sang ayah, ia taruh di saku. kemudian bergegas menuju rumah sakit.

Beberapa dokter dan perawat sudah menunggu kedatangannya. Salah seorang perawat menghampirinya.

"Dokter Rayn... semuanya sudah dipersiapkan" hanya anggukan yang dokter Rayn berikan. Seraya menuju ruangan untuk berganti.

Dokter Rayn segera mengenakan pakaian berwarna hijau itu dibantu beberapa perawat. Rambutnya dipakaikan penutup kepala yang biasa dipakai ketika di ruang operasi.

'Rayn singkirkan sejenak urusan pribadimu. Makhluk ciptaan Allah SWT yang ada dihadapanmu ini mempercayakan hidup dan matinya melalui perantaramu' batin dokter Rayn menyemangati dirinya.

Ruang operasi dipenuhi kesibukan yang menegangkan. Beberapa dokter masih fokus terhadap pasien di hadapannya.

Beberapa kali dokter Rayn membuang nafas kasar. Entahlah rasanya ruang operasi kali ini seolah dipenuhi kabut yang membuat dadanya sesak ketika mengeluarkan hembusan nafas.

Hatinya merasa tidak tenang memikirkan sesuatu yang banyak menguras energi serta pikirannya. Ingin berteriak pada dunia dan bercerita, Namun seperti enggan orang lain mengetahuinya.

"Ya Allah izinkan hambamu menyelesaikan tugas ini sebagai dokter yang bertanggung jawab dan tidak merugikan orang lain apalagi ini menyangkut nyawa dari makhluk ciptaanmu yang lain. Aku berpasrah diri kepadamu Ya Rabb" . Pasrah dokter Rayn dalam hati.

*******

Di kediaman Dinda, semua bersiap-siap menuju rumah sakit dimana Surya dirawat. Faruk mengusulkan menggunakan dua mobil. Mobil Dimas dan mobil Rizky. Mobil Dimas ditumpangi Ali, Faruk, Sarah dan Sukma. Sementara mobil Rizky diisi oleh Dimas, Dinda, Michel, dan Rizky sendiri sebagai pemegang kemudi.

"Chel... boleh dong kalau kita tukeran tempat duduk?" Bujuk Dimas saat mobil baru melaju meninggalkan pelataran rumah Dinda. Dimas berharap pada Michel yang berada di jok penumpang bersama Dinda mau menerima usulnya.

"Memang duduk di situ kenapa dok?" Tanya Michel pura-pura polos.

"pemandangan yang indah terlihat lebih jelas kalau dilihat dari dekat" papar Dimas, sambil melirik ke samping Michel guna melihat pemandangan yang memporak-porandakan pikirannya.

"Tinggal buka saja kacanya, biar lebih jelas dok" jawab Michel enteng.

"Ya Allah Michel conect dikit dong dengan perasaanku" ujar Dimas menepuk jidatnya.

Dimas terkekeh dalam hati betapa polosnya dua gadis di jok belakang. Mungkin tipe cewek polos seperti ini yang sedang hitz menarik perhatian lawan jenis. Fokusnya pada Dinda. Dinda memang cantik sehingga wajar jika banyak lelaki yang mengejar, dan mungkin juga termasuk dirinya.

"Oh maksut dokter itu Dinda pemandangannya" terang Michel tanpa basa-basi.

"Astafirullah jujur banget sich kamu chel, untung pasien saya dan yang lebih utama juga teman Dinda..."

Maukah Jadi Sahabatku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang