Part 3

306 128 52
                                    

Tepatnya hari Minggu bulan Oktober 2019, Rizky berangkat dari bandara Soekarno-Hatta ke bandara Juanda. kira kira perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya membutuhkan waktu selama 2 jam 4 menit. Dia telah tiba di sana dan pertama kali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya tersebut setelah beberapa tahun di Jakarta seakan Angin semilir ikut menyambut kedatangannya. Ia rindu sekali dengan suasana di Surabaya, meskipun di Jakarta dan Surabaya memiliki Kesamaan, yaitu sama-sama menjadi pusat kemacetan dan keramaian. Namun tentunya berbeda dengan Jakarta, Surabaya memiliki Keistemewaan yaitu urusan hatinya yang telah lama tertinggal di kota ini. Dengan menyeret koper yang dibawanya, ia mengedarkan pandangan kesekeliling bandara mencari keberadaan keluarga yang akan menjeputnya. Ya Rizky sudah menganggap keluarga Michel dan Dinda sebagai keluarganya.

"Tuan Rizky Nazar" tanya salah satu petugas bandara menyapa penuh dengan hormat.

"iya benar saya Rizky" jawab Rizky tak kalah sopan dan ramah.

"Mari saya antar, keluarga anda telah menunggu anda di sana" ucap petugas itu sambil menunjuk ke tempat dimana keluarganya berada.

"Terimakasih banyak" ucap Rizky santun diangguki oleh petugas tadi dengan memperlihatkan senyum ramah.

Di kejauhan Michel berbisik pada Dinda  "Itukah yang namanya Rizky ? lumayan tidak buruk juga sahabat masa kecilmu itu Nda" sambil tertawa cekikikan Michel menutup bibir dengan salah tangannya. 

"Diamlah Ichel, bagaimana kalo dia mendengar ucapanmu tadi, bukankah kau juga sahabatnya... hmmm ?" Balas Dinda.

 "Ia memang sahabat yang luar biasa dengan mudahnya dia menyihirmu menjadi cerewet sekali, dan soal kalau dia mendengar apa yang ku katakan itu adalah hal bagus jadi aku tidak perlu berpura-pura mengikuti permainan konyolmu ini? menautkan kedua alisnya serta menyedakapkan kedua tangannya di dipinggang.

"Ini bukan permainan Michel, kau harus membantuku, tidak ada bantahan, ingat itu" tegas Dinda.

"ya ya.... baiklah. Berapa hari aku harus bersandiwara? Dua Minggu kan, baiklah akan ku lakukan untukmu tuan putri penurut dan jangan menyesal jika dia beneran jatuh cinta padaku." Lanjut Michel menautkan sebelah alisnya. Dinda hanya diam tak  berniat menjawab penuturan Michel tadi.

Terlihat Rizky berjalan mendekat ke arah keluarga tersebut, memberi salam dan memeluk ayah Dinda maupun ayah Michel secara bergantian.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh paman" ucapnya santun.
"Waalaikumus Salam Warahmatullahi Wabarakatuh" ucap keluarga tersebut secara serentak.

Sekalipun Rizky sudah hidup di Jakarta selama bertahun-tahun dengan berbagai banyak pergaulan.ia selalu membiasakan mengucapkan salam baik kepada orang tua, teman maupun siapa saja. Sebab Salam adalah merupakan Sunnah Nabi Muhammad SAW, untuk yang mengucapkan salam hukumnya Sunnah. Namun bagi yang mendengarkan itu hukumnya menjadi Wajib.

"Subhanallah.. kau tampan sekali nak Rizky persisi seperti ayahmu seakan ketampanan ayahmu itu tak lekang waktu, tapi paman tentu lebih tampan darinya.... hahhaa " ucap ayah Dinda sepeti pelawak smule, dan semua yang ada disitu tertawa. setelah itu ayah Dinda memeluk serta menepuk bahu kekar Rizky seolah mengisyaratkan agar Rizky terbiasa dengan kekonyolan ayah Dinda.

"Paman memang tampan dan awet muda, dan Rizky harus minta resep agar bisa seperti paman, paman juga harus mengajari bagaimana menakhlukan hati seseorang" ucapnya seakan memberi kode kepada seseorang. Disertai gelak tawa semua orang tua yang ada disana, tak luput dari padangan Dinda dan Michel ternyata Rizky orangnya humoris juga.

Rizky sedikit mundur kesamping mencari posisi yang tepat agar bisa mendekat dengan posisi gadis yang sejak tadi mencuri indera penglihatannya. Dengan ragu-ragu serta mengumpulkan keberaniannya ia berkata "hmm..! Kamu pasti Michel?" serta mengatur nafasnya yang terasa gugup agar terlihat normal.

Maukah Jadi Sahabatku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang