01

19.9K 691 40
                                    

Ben melangkahkan kakinya santai menuju lapangan basket dekat apartment temannya. Lelaki dengan pekerjaan model amatir itu hendak menemui temannya yang pasti ada di sana.

Dugaannya tepat. Seseorang sedang menggiring bola ke arah ring sendirian. Setelah mendrible orang itu melakukan slam dunk dengan sempurna. Peluh membanjiri kaos dan tubuhnya. Sepertinya tak sebentar dia bermain di sini.

"Three point." Ben duduk di bangku dekat lapangan.

Melihat kedatangan Ben, orang itu menghentikan permainannya dan ikut duduk di samping sang sahabat.

"Hei, bro." Sapa Ben.

"Ada apa kau menemuiku?" Pavel, yang baru saja bermain basket bertanya tanpa basa-basi. Tangannya meraih botol minum lalu menegak setengah isinya. Sisa air di botol di guyurkan ke kepalanya yang terasa panas.

"Memangnya aku tak boleh menemuimu apa?" Ben menggeser sedikit duduknya. Takut basah terkena cipratan air yang mengalir di tubuh Pavel.

"Bukan begitu. Hanya aneh saja. Tumben jam segini kau tak sibuk."

"Aku barusan ditolak casting." Ada nada lesu di kalimat Ben.

"Sabar buddy. Bukan rejekimu mungkin." Pavel menepuk pundak Ben.

"Iya. Tapi aku jadi tak ada pekerjaan begini. Pusing."

"Memangnya kau casting jadi apa sih? Kok sampai ditolak. Actingmu pasti jelek."

"Sialan !" Satu pukulan mampir ke bahu Pavel.

"Aku casting FTV, jadi anak bandel, pemain basket juga. Eh.." Ben jadi teringat sesuatu.

Mata Ben memandang Pavel dari atas sampai bawah. Membuat yang dipandang mengernyit risih.

"Kenapa kau melihatku begitu?"

"Kau nganggur kan?" Tanya Ben tanpa menjawab pertanyaan Pavel sebelumnya.

"Iya. Setelah club lamaku memecatku karena atitude yang kurang baik saat di lapangan dan tempramenku yang berlebihan, aku belum dapat club baru. Padahal aku sudah janji akan merubah sikapku." Gantian Pavel yang menyelipkan nada lesu dalam kata-katanya.

Pavel adalah seorang atlet profesional yang sudah ikut club untuk turnamen sejak usianya belasan. Dari sana pula dia bisa mendapat uang untuk kehidupannya.

Ben mengangguk-angguk sambil memegang dagunya. "Bagus. Kau ikut casting FTV itu saja. Kau kan pandai bermain basket, mukamu juga tak jelek-jelek amat."

"Hehh!! Gila. Aku ini atlet, bukan artis. Mana mungkin main FTV begitu. Lagipula aku juga tak bisa acting."

"Gampang. Nanti kuajari. Yang penting skillmu main basket dulu. Yang mereka butuhkan adalah orang yang bisa main basket. Bagaimana? Uangnya lumayan lho, dari pada kau nganggur di rumah."

Pavel diam memikirkan usulan Ben.

Benar juga. Aku harus bayar tagihan sewa apartment, bayar uang kuliah, kirim uang ke nenek juga. Apa kucoba saja ya? -batin Pavel

Pavel memang anak yatim-piatu yang sejak kecil diasuh oleh sang nenek. Sekarang neneknya tinggal di Chiang Mai dengan keluarga paman Pavel.

"Ayolah bro, yang penting kita coba saja dulu."

"Hmmm.. baiklah. Aku coba besok. Masih ada waktu kan?"

Ben tersenyum cerah. "Tentu. Kita belajar acting mulai hari ini. Ayo ke apartmentmu."

Ben menarik Pavel paksa dengan senyum masih setia menempel di wajahnya.

"Harus sekarang juga?" Pavel yang diseret paksa merasa riaih juga dipandangi aneh oleh orang-orang di sekitar sana.

0,01 % (PavelDome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang