12

5.3K 449 107
                                    

Dome masuk ke kamarnya dan Pavel yang tadi sempat disiapkan oleh Tee. Pria manis berdimple itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya di dapur, membantu nenek mencuci piring.

Di dalam kamar, Dome menemukan Pavel yang sudah berbaring nyaman di ranjang sambil asyik memainkan handphone-nya.

"Pindah." Ucap Dome singkat.

Pavel mendongak. Netranya lurus ke arah sang istri yang berdiri di samping ranjang. "Apa?"

"Pindah, bodoh."

"Kemana?"

"Manapun asal jangan di ranjang. Aku lelah mau tidur."

"Ya tinggal tidur saja."

Dome memejamkan matanya menahan emosi. Dia hanya tak mau keluarga Pavel mendengarnya marah-marah malam-malam begini.

"Ingat perjanjian kita kan? Tak ada tidur seranjang." Mencoba mengingatkan sang suami.

Pavel duduk tegap menatap Dome. "Tapi aku seharian menyetir kak, badanku capek."

"Ok. Aku tidur di sofa, kau tidur disini." Dome berbalik. Hendak melangkah ke sofa di sudut kamar sebelum dicegah yang lebih muda.

"Ok.. ok.. kakak tidur di ranjang dan aku yang tidur di sofa." Pavel berdiri. Gantian menuju sofa.

"Bagus. Masih mau mengalah juga kau, bocah." Ada seringaian di wajah lelah Dome.

"Tentu saja. Kalau kakak tidur di sofa dan anakku kenapa-napa kan gawat." Suara Pavel sudah tak mendapat jawaban lagi. Dome memejamkan matanya mencoba tak peduli.

"Untung istri.."

....

Jam dinding masih menunjukkan pukul satu pagi ketika Dome terbangun dan kesulitan memejamkan matanya lagi. Matanya hanya mengedar ke sekeliling ruangan tanpa tahu akan melalukan apa.

Melirik ke jendela, sudah sangat gelap. Apalagi ini di desa. Mau keluar juga kemana? Pasti sangat sepi.

Matanya beralih ke arah sang suami. Pulas. Hampir seperti orang mati.

Dome berguling-guling gelisah di atas ranjang. Dia merasa gelisah, tapi tak tahu apa penyebabnya.

"Pav.." panggil Dome lirih pada suaminya. Tapi yang dipanggil tak bereaksi.

"Pavel.. stt.. Pav.."

Bugghhh

"Apa sihh Ben!!" Pavel otomatis bangun setelah sebuah bantal melayang tepat mengenai wajahnya.

"Ben, kepalamu!! Ini aku, bodoh!!" Dome berucap sarkas.

"Astaga kak.. mulutmu.. ingat yang di perut kak.."

"Kau juga sih.. dipanggil tak nyaut-nyaut sekalinya nyaut malah Ben."

"Memang kakak kenapa malam-malam membangunkanku? Lapar?" Dome menggeleng. "Atau mau ke toilet?"

"Bukan juga."

"Lalu?"

"Aku tak bisa tidur, Pav.."

Pavel menghela nafas, mendekati sang istri. Calon ayah itu duduk di tepi ranjang lalu mengelus dahi Dome lembut.

"Kutemani begini sampai tidur, ya?" Dome hanya mengangguk menikmati elusan Pavel.

Tiba-tiba, "Shh.. auu.." ringis Dome.

Pavel mendadak panik. "Kenapa kak? Apa yang sakit?"

"Shh.. perutku, Pav.. seperti kram.. shh.." Dome meremas perutnya menahan sakit.

0,01 % (PavelDome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang