Warning : It's a little bit mature. Kids, go away please !!
Empat bulan lebih Dome dan Pavel terikat dalam sebuah ikatan perjanjian nikah di atas kertas. Usia kandungan Dome juga sudah hampir menyentuh bulan ke tujuh.
Bayi yang diprediksi dokter Nai berjenis kelamin laki-laki itu (yang tentu saja membuat Pavel amat sangat bahagia) telah merubah banyak kehidupan ibunya. Tak ada lagi Dome si pekerja keras. Yang ada hanya Dome si pemalas yang kerjaannya leyeh-leyeh di rumah menunggu Pavel pulang shooting.
Pavel masih terus mendapat tawaran shooting, entah itu tawaran ftv atau sekedar jadi model iklan. Rejeki baby kalau kata Earth. Tapi meskipun sudah lelah pulang shooting ketika di rumah Pavel masih harus membereskan semua pekerjaan rumah mulai dari menyapu, mengepel, cuci setrika baju, cuci piring sampai memotong rumput.
Kalau masak sih mereka akan pesan atau beli. Pavel hanya akan memasak saat sang baginda ratu alias istri galaknya ngidam ingin dimasakkan.
Seperti saat usia kandungan Dome lima bulan, saat itu sore hari dan Pavel kelelahan setelah pulang shooting yang mengharuskan dia melakukan adegan wall climbing sampai kaki dan tangannya pegal. Tapi Dome dengan seenak jidat minta dimasakkan angle hair pasta. Demi Tuhan Pavel saja tak tahu nama-nama pasta beserta bentuknya.
"Jadi kau tak sayang pada baby?" Tanya Dome dengan puppy eyes dan tangan yang mengelus baby bumpnya.
Mana bisa Pavel menolak kalau sudah begini. Meski akhirnya dia harus ke minimarket dulu beli pasta bahkan beli dua jenis karena takut salah. Dia tak bisa membedakan angel hair pasta dan spaghetti, ngomong-ngomong.
Atau seperti kejadian yang baru kemarin terjadi. Saat itu tengah malam.
"Pav.. bangun Pav.." Dome menggoyang kasar pundak suaminya. Ngomong-ngomong soal kamar tidur mereka sekarang tidur di kamar Pavel terus. Perjanjian tidur terpisah tak pernah terlaksana karena baby akan mengamuk saat Dome tidak tidur dengan Pavel. Bukan salah Pavel, kan? Baby mereka saja yang terlalu pintar.
Mau tak mau sebagai suami siaga Pavel harus bangun. "Nhh.. kenapa kak? Baby sudah mau lahir?" Tanya Pavel sambil mengucek mata.
Plakk
Satu geplakan membuat mata Pavel langsung terbuka lebar.
"Lahir apanya? Masih tiga bulan lagi, bodoh!!"
"Mulut kak.."
"Ishh.. kau juga sih, mancing minta dikatai."
Pavel duduk menghadap istrinya. "Lalu kenapa kak?"
"Baby lapar, mau makan telur gulung."
"Baby apa mamanya yang lapar?" Goda Pavel menaik turunkan alis.
"Baby." Jawab Dome sewot. "Yasudah. Ayo ke dapur!" Ajak Dome.
"Aku cuma menemanimu masak kan, kak?"
"Enak saja. Kau yang masak dong. Baby maunya masakan papanya. Cepat."
Dengan ogah-ogahan Pavel menuruti kemauan istrinya. Yah, walau dipastikan hasilnya tak memuaskan. Sepiring telur hampir gosong dengan gulungan yang tak rapih. Tapi anehnya Dome memakannya dengan lahap. Tanpa komen negatif khas mulut kotornya.
"Hmmm.. ini enak sekali. Aku mau yang seperti ini lagi besok." Ucapan Dome membuat Pavel bergidik. Enak apanya, dia saja yang masak sepertinya tak akan doyan untuk memakannya.
Dan untungnya Dome tak pernah minta lagi meski tadi bilangnya minta dibuatkan besok. Dasar bumil tidak konsisten.
Tapi selama ini Dome tak hanya mengidam makanan. Bulan lalu pernah dia minta makan disuapi Joss. Iya, Joss mantan gebetannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
0,01 % (PavelDome)
Fanfiction"Hasilnya positif." "Tapi aku sudah mengetesnya puluhan kali dan hasilnya negatif." "Alat tes semacam itu memang mempunyai tingkat keakuratan sampai 99,9 %, tapi jangan lupa masih ada kemungkinan lain sebesar 0,01 %." "Jadi..."