Warning : It's a 'lil bit mature. So, kids!! please go away !! Sakit mata bukan tanggungan saya.
Last Night
Pavel berjalan terhuyung memegangi keningnya yang terasa pening. Lantai yang ditapakinya seolah berputar.
Selalu seperti ini efeknya kalau dia meminum alkohol. Padahal hanya dua gelas kecil liquor. Bagaimana kalau whisky atau vodka? Bisa pingsan mungkin dia.
Tubuh Pavel memang punya toleransi rendah terhadap alkohol. Paling banter saat kumpul dengan teman-temannya yang dipilih adalah bir yang tingkat alkoholnya rendah. Tapi hal itu juga menguntungkan baginya. Dia atlet, akan berimbas buruk pada tubuhnya jika terlalu sering dijejali minuman beralkohol tinggi.
Sesuai perintah Ben, dia keluar bar dan mencari petugas hotel yang berkeliaran di sekitar situ.
"Bantu aku.." ujar Pavel pada seorang bellboy sambil menunjukkan kuncinya.
Orang yang diajak bicara sudah paham, melihat dari keadaan Pavel yang sudah mabuk. Dipapahnya sang tamu ke kamar dengan nomor sesuai kunci, 140.
Sampai di depan kamar sang bellboy membukakan pintu, menyuruh Pavel masuk.
"Ini kunciny, tuan. Jangan lupa kunci dulu kamar tuan kalau mau tidur."
"Hmm.."
Setelah sang bellboy pergi Pavel dengan susah payah mengunci kamarnya dari dalam. Setelah itu menarik kunci dari pintu dan membuangnya asal di lantai.
Dengan pandangan gamang, Pavel menaiki ranjang. Masih sempat melepas sepatunya lalu berbaring tengkurap.
Tangan kanannya menggapai-gapai sisi kiri mencari guling. Dan hap. Dapat.
Tapi itu sepertinya bukan guling. Sesuatu yang kenyal, bulat dan padat. Dan ada dua.
Diremasnya dua benda kembar yang kenyal itu sampai menimbulkan suara.
"Enghhh..."
"Aku mau tidur, Earth. Pergi sana." Tambah suara itu.
Tapi Pavel tak peduli. Remasannya makin naik, mengelus sesuatu yang halus dan lembut.
"Enghhh.. gelihh.."
Pavel bergidig. Suara-suara tadi membuat sesuatu di selangkangannya terasa menegang.
Seseorang di samping Pavel itu membalikkan tubuhnya. Mata sayunya menatap Pavel.
"Kau? Junior menyebalkan. Mau apa kau disini?" Orang itu berbicara dengan suara rendah.
"Kak Dome.." hanya memanggil. Karena selanjutnya Pavel langsung meraup bibir Dome yang masih terbuka.
Pavel menyedot rakus bilah atas dan bawah Dome bergantian. Lalu digigit pelan. Ketika Dome mengerang lidahnya dengan sigap masuk ke mulut Dome. Menginvasi seluruh bagiannya tanpa seinchi-pun terlewati. Lidah keduanya saling beradu dan membelit.
Dome yang tak kuasa melawan hanya meremas kuat kepala belakang Pavel.
Tangan Pavel tak tinggal diam. Dibukanya satu persatu kancing kemeja Dome. Sambil masih terus memagut bibirnya.
Lalu beralih ke kaitan celana Dome. Sekali tarikan celana panjang dan boxer Dome sudah lolos terlepas. Bagian bawah Dome sudah naked. Menyisakan kemeja yang kancingnyapun sudah terbuka.
Pavel berhenti, berlutut. Menatap lapar tubuh indah di depannya.
Sang submasiv ikut berlutut. Tangannya bergerak membuka kaos Pavel yang masih melekat. Setelahnya Pavel kembali mengambil alih. Menerjang tubuh Dome. Melahap habis bibir bengkaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
0,01 % (PavelDome)
Fanfiction"Hasilnya positif." "Tapi aku sudah mengetesnya puluhan kali dan hasilnya negatif." "Alat tes semacam itu memang mempunyai tingkat keakuratan sampai 99,9 %, tapi jangan lupa masih ada kemungkinan lain sebesar 0,01 %." "Jadi..."