Ruang tamu apartment Dome dan Earth terasa sunyi malam itu. Dua orang penghuninya lebih memilih diam dengan pikiran masing-masing.
"Hahhh..." Earth yang pertama bereaksi. Menghela nafas dan menegakkan duduknya.
"Bagaimana selanjutnya?" Ditatapnya Dome yang masih melamun.
"Dome?" Panggil Earth sekali lagi.
Dome terlonjak kaget. "Ah, iya. Apa?"
"Langkah apa yang akan kau ambil selanjutnya?" Earth memperjelas pertanyaannya.
"Entahlah. Aku bingung. Ini benar-benar tak teduga."
"Padahal aku sudah menduganya dari awal." Earth memalingkan mukanya dan berucap lirih. Untung Dome tak dengar.
"Kita minta tanggung jawab Pavel saja." Putus Earth.
"Tidak. Gila saja. Lagi pula orang tuaku di Kanada bisa mengirimkan santet padaku kalau tahu aku hamil."
"Lalu kau mau apa? Membesarkan anakmu diam-diam? Atau mau menggugurkannya sekalian?"
Benar juga. Sebenarnya hanya ada dua pilihan. Pertahankan atau gugurkan -batin Dome
"Kalau aku mempertahankannya dan membesarkannya sendiri, kau mau membantuku?" Tanya Dome meski ragu.
Earth mendekat ke sebelah Dome, menggenggam kedua tangannya erat seolah menyalurkan kekuatan.
"Mungkin bisa. Tapi tak sesempurna jika anak itu dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Lagi pula Pavel berhak untuk tahu tentang ini Dome. Dia ayahnya, kan?" Dome mengangguk lemah.
"Temui dia. Katakan semuanya. Setelah itu kalian ambil keputusan bersama. Mau mempertahankan atau melepaskannya."
"Tapi, Earth.. aku.. bagaimana kalau.. kugugurkan saja. Biar sekalian Pavel tak tahu."
"Dome, dia juga manusia. Anakmu." Tangan Earth menuntun tangan Dome mengelus perutnya. Dimana janinnya berkembang.
Mata Dome memandang sendu. Ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan saat tangannya menyentuh perutnya.
"Apa kau mau jadi pembunuh? kau tega?"
"Entahlah, Earth. Aku benar-benar tak tahu. Arghhh.." diremasnya rambutnya kuat dengan mata yang mulai berembun.
Earth memeluk tubuh ringkih sahabatnya, "Sstt.. tenang, Dome. Tenanglah. Pokoknya kau katakan semuanya pada Pavel dan ambillah keputusan bersama. Aku tak akan mencegahmu lagi jika itu memang sudah keputusan kalian."
"Lalu, sekarang aku harus apa?" Pikiran Dome benar-benar blank sekarang.
"Akan kuhubungi Ben untuk membuat janji dengan Pavel agar kalian bisa berbicara secepatnya. Ok?"
"Hm.." lagi-lagi hanya anggukan lemah.
....
"Ben, awas dibelakangmu ada zombie!!" Teriak Pavel.
"Tembak bodoh, jangan cuma ngomong!" Balas Ben dengan teriak juga.
"Kalau ku tembak dari sini bisa kau yang kena, pakai otak makanya!!"
"Bodoh!! Main ya pakai tangan, masa pakai otak."
Jangan kaget, Pavel dan Ben sedang bermain game Rasident Evil di play stations apartment Pavel. Makanya dua orang itu teriak-teriak tak jelas.
Namun teriakan keduanya terputus saat nada dering ponsel Ben berbunyi.
From : Earth
Besok Dome mau bertemu Pavel. Ada perlu katanya. Bisa tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
0,01 % (PavelDome)
Fanfiction"Hasilnya positif." "Tapi aku sudah mengetesnya puluhan kali dan hasilnya negatif." "Alat tes semacam itu memang mempunyai tingkat keakuratan sampai 99,9 %, tapi jangan lupa masih ada kemungkinan lain sebesar 0,01 %." "Jadi..."