Takeru's confession

146 23 0
                                    

Beberapa hari setelah insiden ketiduran di Odaiba Park, Hikari dan Takeru masih sering bertemu dan bersama-sama seperti biasa. Pulang sekolah bareng, lama-lama diperpustakaan, kadang membantu mencuci pakaian Takeru, kadang membantu memasak Hikari, semuanya selalu natural.

Hikari masih belum menemukan jawaban kenapa Takeru masih tidak mengangkat telepon-telepon yang tidak dia namai kontaknya ketika berada bersamanya(?) ya kurang lebih itu yang dia tahu...

Kalau Takeru tidak sedang bersamanya, siapa yang tahu kan?

Takeru masih memainkan smartphonenya sambil berjalan pulang dari sekolah dengan Hikari. Membalas pesan-pesan yang entah sejak kapan itu dan membuatnya hectic sendiri.

"Hikari-chan..." Takeru membuka pembicaraan dari kesunyian-kesunyian itu pada akhirnya.

"Ada apa...?" tanya Hikari penasaran.

"Bisa kita duduk dulu sebentar disitu?" ajak Takeru serius. Hikari bisa mengetahui itu hanya dari suaranya saja.

"Boleh..." mereka berdua duduk dikursi pinggiran jalan di dekat danau, lama saling terdiam... Hikari yang ingin bertanya mengurungkan terus niatnya dan membiarkan suara aliran air mengisi gendang telinga mereka.

"Aku sekarang sudah punya kekasih..." Takeru akhirnya mengatakan hal yang ingin dikatakannya sejak beberapa hari yang lalu.

"Syukurlah, siapa dia? Seperti apa orangnya? Anak sini juga?" Sederet pertanyaan terlontar, membuat wajah Takeru memerah.

"Dia Makino Ruki..." lirih Takeru.

"Oh, Makino Ruki yang anak OSIS itu ya, adik kelas kita?" Hikari mengingat-ingat. Takeru hanya sanggup menganggukan kepalanya tidak mampu melihat kearah Hikari.

"Hanya saja, ada satu hal yang membuat kita harus bicara..."

"Soal apa?"

"Permintaan Ruki, dia tidak ingin aku dekat denganmu..." keadaan mendadak sunyi, hanya gemeresik angin yang memainkan anak-anak rambut mereka dengan lembut.

"Itu mudah, Takeru-kun... aku bisa melakukan apapun sendiri kau tidak perlu mencemaskan aku..." hibur gadis itu.

"Tapi, aku tid-"

"Kau juga berhak bahagia dengan orang yang kau sukai... suatu saat nanti aku juga akan mendapatkan orang yang kusukai sepertimu... tunggulah aku membawakan berita baik sepertimu hari ini... selamat ya Takeru-kun, semoga hubunganmu berjalan dengan baik..." Hikari yang tersenyum ringan tidak membuat Takeru merasa lebih baik. Mereka terlanjur mengetahui satu sama lain, kalau ini masalah yang tak mudah. Hikari hanya mengentengkan saja.

"Hikari-chan, kupikir ini masalah serius. Aku benar-benar belum tahu bisa tanpamu atau tidak..." akhirnya Takeru mengungkapkan kekhawatirannya.

"Kita hanya merenggangkan kedekatan Takeru-kun, bukan untuk kehilangan bukan?" tanya Hikari memastikan.

Takeru hanya terdiam, menunduk menatap sepatunya sendiri. Hanya suara mesin dari kendaraan dan air sungai yang bergantian mengisi kesunyian dari kedua anak manusia itu.

Sang gadis mendekatkan dirinya, menggenggam tangan pemuda disampingnya yang dingin, masih mengepal kuat.

"Kalau kamu, pasti bisa. Aku terlanjur percaya padamu." hibur Hikari.

Arah pandang Takeru beralih ke wajah cantik Hikari, kenapa ia selalu merasa bersalah pada Hikari. Hikari benar, mungkin mereka memang hanya terbiasa dekat.

Apa ia menyesal dengan keputusannya?

Apa sebenarnya ia mulai menyukai Hikari?

Sebenarnya itu yang sedang Takeru cari jawabannya selama ini.

Hikari sih terlalu polos untuk mengerti apa itu rasa suka, rasa cinta, rasa sayang, bahkan ia juga tak mengerti apa Hikari itu benar-benar memiliki perasaan pada Koushirou atau tidak.

"Nanti kalau kamu mau ke perpustakaan pas malam-malam, gimana?" Takeru menginterogasinya.

"Aku bisa bareng Miyako-san..." Jawaban Hikari terdengar sangat asal di telinga Takeru.

'Sejak kapan Miyako-san bisa di ajak ke perpustakaan?' pikir pemuda blonde itu.

"Nanti kalau kamu kebagian piket belanja dirumah siapa yg nganter?"

"Bisa ajak okaa-san saja..." jawabnya lagi enteng.

"Nanti kalau kamu..."

"Udah Takeru-kun gausah dibahas lagi, emangnya kamu mau seumur hidup ngurusin aku melulu... ayo, semangat. Jangan lupa dibahagiakan ya Ruki nya..." potong Hikari. Takeru masih terdiam, tak merespon kata-kata Hikari.

"Oh iya, jangan menumpukkan cucian baju kotor nanti kalau dia kesana terus Ill feel, aku nggak tanggung jawab lagi lho ya!" Tambah Hikari sambil tersenyum lebar sampai-sampai kedua maniknya tak terlihat oleh Takeru.

'Apakah dia ill feel kalau melihat cucianku yang menumpuk dirumah?' Takeru masih mencari. Mencari suatu reaksi dalam hatinya dari gadis dihadapannya.

"Jangan kelamaan juga kalau tidur siang jangan kaya orang mati... Terus kalau janjian harus kau yang duluan datang..." Hikari masih mencecar lagi Takeru dengan wejangan-wejangan yang sekiranya harus diingat Takeru, tapi melihat ekspresi Hikari yang antusias malah membuatnya tersenyum.

"Arigatou... Hikari-chan... kamu benar-benar sahabat terbaikku." Takeru berterima kasih, mengulum senyum.

'Hanya sahabat?' tanya Takeru pada dirinya sendiri, menyangsikan apa yang ia baru saja katakan.

Hikari hanya tersenyum, menepuk-nepuk bahu Takeru.

"Ganbatte-ne." Ucap Hikari setengah berbisik...

Entah untuk Takeru...

Atau untuk dirinya sendiri?

***

TBC


Light & Hope - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang