ー 58

1.9K 409 24
                                    

Dua hari berlalu setelah kejadian yang bahkan aku sendiri masih belum bisa begitu mempercayainya. Aku tidak begitu ingat, tapi Jia dan Kak Kimi berkelahi —sulit menceritakan kronologinya, tapi seandainya Johnny tidak datang, mungkin kami semua sudah mati di tangan Jia.

Aku baru tahu kalau ada peraturan bahwa Beth akan menjadi lebih kuat saat ada tuannya. Dan kalian tahu kalau tuan dari Beth adalah Johnny, bukan Kak Kimi. Beth tidak bisa menuruti apa yang Kak Kimi perintahkan. Lalu kenapa Kak Kimi bisa datang dengan Beth, jawabannya karena Beth selalu melaksanakan perintah yang diberikan padanya: menjaga dan melindungi Kak Kimi. Dia ikut kemanapun Kak Kimi pergi, tapi kekuatannya akan semakin lemah jika dia jauh dari Johnny.

Hanya itu yang kutahu soal Beth dan tuannya. Johnny tidak menjabarkan secara langsung, aku hanya menguping saat dia memarahi wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.

Memarahi? Ah, kurasa itu agak tidak tepat. Mungkin.. terlalu khawatir.

Hm, mungkin itu juga alasan kenapa selama ini Johnny selalu bersikap posesif, bahkan cenderung mengekang. Now I know the reason behind his harsh manner —dia hanya ingin menjaga apa yang ingin dia lindungi.

By the way, kondisiku agak tidak bagus. Bagian belakang kepalaku harus dijahit akibat dibenturkan berkali-kali oleh Jia waktu itu. Sakit, tapi lebih dari itu aku bersyukur tidak ada secuil pun dari ingatanku yang hilang. Aku tidak amnesia atau gegar otak, hanya syok. Mungkin itu juga yang membuat pandanganku kadang kabur, bahkan terkadang tiba-tiba gelap selama beberapa detik.

Mungkin.

Tapi semoga aku baik-baik saja.

Mengenai Kak Kimi, dia baik. Hanya mengalami lecet-lecet ringan —karena kalian tahu, dia dilindungi.

Donghyuck pun juga sudah berangsur membaik —lebih cepat dari manusia pada umumnya. Mungkin Will melakukan sesuatu padanya —entahlah.

Sedangkan Doyoung, lukanya sudah ditangani. Thank god, dia tidak mengalami luka serius walaupun sempat pingsan hampir seharian.

Tapi sayangnya, aku tidak berani menjenguknya. Aku tidak berani melihat bagaimana keadaannya. Aku tidak mau —kurasa aku tidak bisa melihat ke dalam matanya lagi.

Aku merasa bersalah.

Doyoung terluka karena aku. Mereka semua sakit karena aku masih ada di sini.

Aku menghela nafas berat saat pundakku diketuk beberapa kali. Om Henry tersenyum kecut, menatapku lama sebelum akhirnya duduk di sampingku lalu menyandarkan kepalaku ke pundaknya.

"It's okay, bukan salahmu."

Aku memejam.

Bukan salahku? Lalu siapa?

"Doyoung baik-baik aja, kok. Dia lagi sarapan sekarang."

"Hhmm.."

"Kamu yakin gak mau jenguk dia? Dia tadi nanyain kamu loh."

Aku menggeleng.

"Kenapa? Marahan?"

Aku tidak menjawab, hanya sekali lagi menghela nafas.

"Kamu udah sarapan?"

"Belum."

"Ya udah sarapan dulu, yuk? Mau makan apa?"

Aku menatap Om Henry lama, membuat Om Henry mengeryit, balas menatapku bingung.

"Om, aku pengen ketemu sama Rosé."

"Rosé? Roseanne Park?"

Aku mengangguk.

"Kenapa? Ada masalah apa? Rebutan Jeffrey lagi?"

[3] Full Moon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang