ー 29

2.4K 525 71
                                    

scroll ke atas kalo belum baca, karena ini dobel up! ❤
____________



Aku masih terbatuk-batuk bahkan setelah Donghyuck membawaku ke ruangan Johnny. Aku tersedak darahku sendiri. Entah seberapa banyak yang keluar, yang jelas kepalaku rasanya pening bukan main. Bahkan sampai sekarang mimisanku masih berlanjut.

"Kok bisa, sih?" tanya Kak Kimi panik sambil menempelkan berlapis-lapis tisu menutupi hidung dan mulutku.

Sementara aku hanya terpejam, menahan semua rasa sakit demi tetap terjaga.

"Aku juga gak tau," ujar Donghyuck. "Masa gara-gara minum tadi?"

"Minum apa?"

"Jus mangga."

Kak Kimi mendengus. Aku pun tahu kalau itu bukan penyebabnya. Pikir saja, kalau aku jadi seperti ini karena minum jus mangga, seharusnya Donghyuck pun juga begitu.

"Tahan sebentar ya," ujar Kak Kimi sambil menuntunku agar memegang tisu yang menutupi hidung dan mulutku sendiri. "Aku ke Johnny dulu, kita harus CT-scan lagi."

Aku menahan lengan Kak Kimi lalu menggeleng. "Aku gak papa," ujarku lirih.

Aku juga tidak boleh menghabiskan lebih banyak uang untuk pemeriksaan itu. Hutangku sudah sangat banyak. Kalau diteruskan, bagaimana aku bisa melunasi semuanya sementara mencari pekerjaan saja sulitnya minta ampun?!

Semua mata tertuju ke arah pintu saat seseorang masuk —Johnny. Aku pun juga menatapnya, dan wajahnya langsung berubah panik saat melihatku duduk lemah dengan tisu dan sebagian baju berlumur darah.

"Kenapa ini?" tanya Johnny sambil menarik tanganku, mengambil tisu berlumur darah disana lalu membuangnya ke tempat sampah.

Aku menggeleng. Tentu saja, aku juga tidak tahu.

"Kim?" Johnny menoleh Kak Kimi dengan tatapan menuntut, tapi yang dia dapatkan kurang lebih sama. Kak Kimi pun juga tidak tahu apa yang terjadi.

"Siapin ruangan, abis gitu ambil stok darah," perintah Johnny. Dia mengambil beberapa lembar tisu lagi lalu menuntunku untuk menangkupkannya di depan hidung dan mulut —sama seperti tadi.

Kak Kimi tersenyum sekilas, lalu beranjak keluar dengan cepat.

"Hiss, nyusahin," ujar Johnny ketus sambil mengangkatku dalam gendongannya. "Tetep sadar, jangan pingsan atau kamu mati karena paru-parumu terisi darah."

○ full moon ○

"Heol, kayaknya kalo diwadahin tadi darahmu yang tumpah ada kali kalo segelas, kak," cicit Donghyuck saat seluruh pemeriksaanku selesai.

Aku hanya merespon dengan helaan nafas. Lemas, jangan ditanya. Rasanya seperti ada yang menggerayangi kepalaku hingga rasanya sangat sulit untuk menjaga kesadaran.

"Udah jangan diajak ngobrol dulu," kata Kak Kimi.

Aku mengerjap pelan, berusaha terus terjaga. Bagaimanapun ucapan Johnny terakhir kali itu agak menyeramkan, membuat fobiaku memburuk dan sialnya menumbuhkan trauma baru.

"Kamu tetep disini," ujar Johnny pada Kak Kimi. "Jangan ditinggal kemana-mana sampe walinya dateng."

Kak Kimi mengangguk. Dia membenarkan posisi bantalku lalu merapikan selimutku. "Baru aja bisa jalan, udah ambruk lagi gara-gara mimisan," keluhnya.

Aku tertawa pahit. Ya, memang selucu itu.

"Jadi, aku sakit apa?" tanyaku lemah. Terus terang saja ini baru kali pertamaku mimisan sebanyak itu. Dan tidak kupungkiri juga kalau aku sangat takut.

[3] Full Moon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang