ー 31

2.5K 562 103
                                    

"Aarrgghhh gak mau, sana keluar sendiri!"

Aku mencibir. Dasar Mark Lee pengecut!

Kalian tahu, hanya kalau ada Luna saja pria berjambang tipis ini sok keren. Lihat dia sekarang, meringkuk di atas kasur sambil memeluk bantal. Mirip trenggiling.

"Cemen," cibirku.

"Ish, bukan itu masalahnya!"

"Terus?"

"Ya —aku cuma belum siap," kilahnya.

"Hilih, padahal dulu udah berani nyosor," ledekku.

Mata Mark membulat, dan setelahnya dia kembali menggulung badannya malu.

"Kak Erica aaaaaahhhh!" rengeknya. Aku tertawa puas.

"Ayo cepet!" Aku menarik ujung bajunya. "Ini udah waktunya makan malam, pasti yang lain udah nunggu."

"Duluan aja sana," usir Mark. "Tar aku nyusul."

"Ck, ayo! Atau aku laporin Tante Celine kalo kamu udah berani cium-cium anak perempuannya," ancamku.

Mark bangun, menatapku jengkel. "Hissss!"

○ full moon ○

Sudah kubilang kan kalau Mark Lee ini sok keren. Tadi saja dia merengek-rengek tidak mau keluar kamar. Sekarang —aishhh, kurasa menjadi narapidana selama 7 bulan membuatnya banyak belajar. Hah.

Makan malam sekarang ini dilakukan out door. Ada dua meja, meja yang besar ditempati oleh Pak Taeil, Tante Celine, Om Henry, Jun, Luna dan aku. Sedangkan meja sebelah, meja yang lebih kecil hanya diisi oleh Jungwoo dan Mark.

Padahal Jungwoo tadi duduk di sebelahku, tapi dia pindah tempat setelah mendapatlan telepon dari entah siapa —bukan bermaksud menghindar, kurasa dia hanya terlalu nyaman dengan tempat barunya dan akhirnya malas untuk kembali.

Sedangkan Mark, kurasa dia hanya beralasan menemani Jungwoo. Padahal aku tahu kalau dia menyembunyikan ke-kikuk-an-nya karena se-meja dengan Luna.

Dasar lemah.

Meja sini sangat ramai —Om Henry yang ribut. Dia sangat antusias menanyai Tante Celine setelah tahu kalau ternyata wanita itu adalah mantan istri temannya, mendiang Choi Siwon.

Dunia memang sesempit itu.

Dia banyak bercerita, termasuk tentang pengalamannya sebagai dokter militer di masa lalu —disinilah dia dan Siwon bertemu dan mulai menjalin pertemanan. Om Henry juga berbagi tahu bagaimana sosok Siwon —kebaikannya, kebodohannya, keluguannya, sifat keras dan masa bodohnya, semuanya.

"He's a great soldier," ujar Om Henry, membuat Tante Celine mengulas senyum meskipun matanya berkaca-kaca.

Suasana meja ini sempat sendu beberapa saat —tapi bukan Om Henry namanya kalau tidak bisa light up back the mood. Bahkan dia sudah sangat akrab dengan Pak Taeil —orang yang paling banyak diam disini.

Karena kurasa meja sini sudah terlalu ramai, aku memutuskan untuk bergabung bersama Mark dan Jungwoo di meja sebelah. Aku tahu kalau Mark belum kenyang, jadi aku membawa semangkuk kecil sup kerang dan meletakkannya di meja depannya.

"Hehehehehe tau aja kalo aku masih laper," ujarnya. "Meja sebelah rame banget, aku jadi malu mau nambah," kilahnya lagi sambil mulai menyeruput kuah sup kerangnya.

"Alasan," cibirku.

Mark tidak lagi menggubris, dia melanjutkan acara makannya dengan tenang.

Aku tidak bohong kalau sampai sekarang aku masih agak menyangkal —seperti aku belum sepenuhnya percaya kalau Mark sudah bebas. Bagaimanapun, kukira setidaknya membutuhkan waktu tahunan untuknya bisa bebas —mengingat penuturan Jungwoo bahwa terlalu banyak dakwaan terhadap Mark.

[3] Full Moon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang