46 Keluarga Baru

1.1K 73 7
                                    

~

Setelah mengurus segala tetek bengek dunia peradopsian selama seminggu, Kholif membawa seorang anak laki-laki yang ia beri nama Khaleed Aliyul Abimahendra ke dalam rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengurus segala tetek bengek dunia peradopsian selama seminggu, Kholif membawa seorang anak laki-laki yang ia beri nama Khaleed Aliyul Abimahendra ke dalam rumahnya. Kedatangannya membuat tanda tanya bagi si wanita hamil. Netra Khaleed bertemu dengan Ayesha yang menatapnya penuh tanya.

Diluar dugaan, baru saja Kholif ingin memperkenalkan dan menjelaskan semuanya, anak lelaki itu berlari lalu memeluk Ayesha. Ia menangis tanpa suara. Khaleed terlihat seperti merindukan sosok ibunya.

Ayesha pun berusaha jongkok untuk menyesuaikan tinggi badannya dengan anak kecil itu. "Kenapa, hm?"

Khaleed menggeleng dan kembali melingkarkan tangannya dileher wanita itu. Khimar Ayesha basah karena air mata.

Ayesha pun menoleh kearah Kholif dan dibelakang pria itu terlihat seorang wanita yang berumur sekitar 30-an. Melihat itu, Ayesha tidak lagi merasakan apa-apa. Terserah dengan apa yang akan dilakukan suaminya, ia tidak lagi peduli.

"Sha, kenalin ini teman Mas. Psikiater buat Khaleed dan kamu," jelas Kholif sebelum istrinya salah paham.

"Buat aku?" tanya Ayesha tidak suka.

Kholif hanya mengangguk dan menghampiri istrinya. Ia ingin mengelus puncak kepala Ayesha. Namun, ditepis terlebih dahulu oleh wanita itu. Lagi-lagi, hati Kholif sakit dengan perlakuan istrinya.

"Aku gak gila," ucapnya penuh penekanan.

"Kamu pikir aku gila dan harus ada psikiater buat obatin aku? Aku masih waras. Aku masih ingat kalo kamu yang-"

"CUKUP!" bentak Kholif. Menurutnya, Ayesha benar-benar sudah keterlaluan. Apakah ia ingin mengatakan aib suaminya sendiri pada orang lain?

Netra Ayesha membola terkejut. Begitu pun si psikiater itu. Khaleed yang sedang memeluk Ayesha, sontak melepasnya dan lari bersembunyi ketakutan. Wanita itu pun menyusul karena sakit hati akibat bentakan Kholif didepan orang lain.

"Seharusnya lo gak bentak dia. Lo sendiri kan bilang kalo mentalnya tidak stabil," ujar Fira, teman SMAnya yang sekarang berprofesi sebagai psikiater.

Kholif mengusap wajahnya dengan kasar lalu beristighfar. Ia khilaf. Jujur, ia sangat lelah dengan semua ini. Tapi mau tidak mau, ia harus hadapi karena resiko menahan Ayesha agar berada disisinya adalah seperti sekarang ini.

"Mending lo tenangin diri. Biar gue yang deketin mereka."

Kholif mengangguk setuju dan melesat ke lantai dua untuk berganti pakaian. Fira langsung bergegas menghampiri Khaleed dan Ayesha. Terlihat bahwa si wanita hamil itu berusaha menenangkan Khaleed dengan caranya meski kurang berhasil.

GoodBye, Memories! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang