53 The Last

1.5K 79 14
                                    

Sampai bertemu lagi dititik takdir yang telah diatur oleh-Nya, Sha.

~

"Ka-karna itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ka-karna itu... saya jatuhkan talak satu padamu, Zidna Ayesha Hilyah binti Muhammad Azzam."

Air mata Ayesha pun lolos membasahi pipinya.

Maafin Umi, Qei.

Semua orang yang mendengarnya terkejut bukan main. Setelah menjatuhkan talaknya, Ayesha dan Kholif sudah resmi berpisah dalam agama. Attar menghampiri lalu menarik kerah baju Kholif. Suasana kian menegang.

Khoiril langsung menghampiri Khaleed yang juga terkejut dan tidak mengerti apa-apa untuk ia bawa keluar. Kalau boleh jujur, Khoiril sudah capek dengan drama rumah tangga saudaranya. Lebih baik, Khaleed bersamanya dalam beberapa waktu ini.

"Maksud lo apaan, hah?" murka Attar dengan tatapan tajamnya.

Zidan hanya diam menyaksikan tanpa melerai keduanya. Keputusan yang diambil oleh Kholif adalah keputusan yang menurutnya baik untuk adiknya.

"Bukannya ini yang lo mau, Tar? Gue kembaliin Ayesha karna gue gagal buat dia bahagia. Gue sadar dengan mempertahankan rumah tangga ini, gue malah semakin nyakitin Ayesha. Gue gak mau berbuat zolim terlalu lama sama orang yang gue cinta, Tar."

"Mungkin dengan gue lakuin ini..." Kholif beralih menatap wanita yang ia cintai lalu melanjutkannya, "Ayesha bisa bahagia."

Mereka semua hanya bisa terdiam. Tiada yang bisa menyela apa yang dikatakan Kholif. Bahkan, Attar melonggarkan tarikan tangannya dikerah baju sahabatnya. Kholif melangkah mendekat ingin menyentuh puncak kepala Ayesha. Namun, saat tangannya hendak terulur ia pun tersadar bahwa ia telah menjatuhkan talaknya pada wanita itu.

Kholif hanya bisa tersenyum miris. Ia mendongakkan wajahnya menatap langit-langit kamar agar air matanya tidak jatuh. "Makasih yah, udah kasih saya kesempatan jadi suami kamu dan jadi ayah buat Qeisha."

Pria itu melangkah pergi setelah berterima kasih pada wanita yang berstatus sebagai mantan istrinya. Karena ia tidak sanggup lagi menahan air matanya. Sulit menahan air mata, sesak, dan tangis tanpa mengeluarkan suara.

"Mas..." panggil Ayesha dengan ragu. Ia tidak ingin membohongi dirinya bahwa ia masih ingin memeluk pria itu. Ia sangat ingin memeluk Kholif.

Kholif berbalik dengan senyuman yang belum memudar. Senyuman yang akan selalu Ayesha rindukan tentunya.

"Makasih udah jadi bagian dari lembar halaman dalam bukuku, Mas. Semoga kamu bisa menemukan kebahagiaan Mas diluar sana, yah." Tenggorokan Ayesha terasa tercekat saat mengatakannya. Apakah ia ikhlas dan sanggup menerima saat Kholif bahagia diluar sana bersama dengan wanita lain?

Wajah sembab Ayesha dengan air mata yang terus membasahi pipi wanita itu membuat Kholif semakin sesak. Ia harus pergi dengan cepat dari sana.

"Kamu juga, yah, Sha," sahut Kholif lalu beralih menatap satu per satu orang diruangan itu. Wajah kedua orang tuanya dan ibu mertuanya terlihat tidak baik-baik saja.

GoodBye, Memories! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang