51 Titipan Allah

851 69 7
                                    

Aku dan kamu hanyalah titipan. Aku dan kamu hanyalah milik Allah. Apapun yang terjadi, aku ikhlas.

~

Usai melakukan prosesi pemakaman, Kholif tidak beranjak dari gundukan tanah itu saat satu per satu orang pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai melakukan prosesi pemakaman, Kholif tidak beranjak dari gundukan tanah itu saat satu per satu orang pergi. Beberapa dari mereka sudah lelah mengajak pria itu pulang. Namun, hasilnya nihil. Tiada niat sedikit pun dari pria itu untuk beranjak dari sana.

Zidna Ayesha Hilyah binti Muhammad Azzam

Qeisha Alifiyah Humairah binti Ahmad Kholif Muzakkar

Tatapannya kosong menatap dua nisan dengan nama dua bidadari yang ia cintai. Ia mengelus nisan yang terbuat dari kayu bergantian dengan lembut. Jika saat ini Kholif sedang bermimpi, tolong bangunkan dia. Karena apa yang ia rasakan terlalu menyakitkan.

"Kamu pasti bahagia udah bawa Qei sama kamu, kan?" tanya Kholif dengan suara pelan.

Mendadak, ia teringat dengan ucapan istrinya. Kalau ia menyakiti Ayesha, wanita itu tidak akan segan untuk pergi dari hidupnya dan membawa buah cintanya. Alhasil apa yang dikatakan Ayesha terbukti sekarang. Bahkan wanita itu pergi dari dunia ini bersama dengan putrinya.

"Saya masih jadi suami kamu. Tapi kamu jahat banget, Sha. Kamu gak izin sama saya."

"Saya kan gak ngizinin kamu buat pergi kalo caranya kayak gini. Apalagi sampe bawa anak kita."

Kholif tersenyum miris lalu menutup wajahnya yang sudah tidak karuan. Ia tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Lagipula orang-orang juga sudah beranjak dari pemakaman. Untuk apa lagi ia berpura-pura kuat? Lagipula, orang-orang sudah terlanjur melihat bagaimana ia rapuh atas kepergian Ayesha.

"Saya gak boleh menangisi kamu terlalu lama, kan, Sha?"

"Saya gak mau kamu dan anak kita tersiksa gara-gara saya menangis dan meratapi kepergian kamu."

"Saya disini cuma mau ngajakin kamu ngobrol, kok. Saya juga mau minta maaf lagi. Permintaan maaf saya ini gak akan pernah berhenti. Kalau saja Allah izinkan kamu hadir dalam mimpi saya, saya hanya akan minta maaf lagi sama kamu."

"Saya udah merasa gagal jadi sosok yang bertanggung jawab, Sha. Saya gagal membuat kamu dan anak kita bahagia. Saya bingung dengan hidup saya nanti. Bagaimana saya nanti kembali ke kehidupan saya sebelum kita ketemu?"

Kholif pun tertawa miris. "Lagian saya udah terbiasa liat kamu, udah terbiasa sama kamu. Gimana, dong?"

Perlahan-lahan, isakan itu mulai terdengar. Kholif menutup wajahnya untuk kesekian kalinya. Air matanya sulit untuk ia bendung.

GoodBye, Memories! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang