4. karena Ice Skating

46K 2.9K 77
                                    

Hari ini aku benar-benar mewujudkan keinginanku bermain Ice Skating. Aku sudah janjian dengan Manda, dia adalah teman kursusku dulu waktu masih SD. Dulu aku pernah menjuarai lomba Ice Skating tingkat Asia.

"Cha, aku ganti baju dulu ya?"

"Yupps." Sepuluh menit kemudian aku sudah siap dengan pakaian Ice Skating, celana training longgar dan kaos tebal dengan bahan nyaman.

"Manda belum datang ya Cha?"

"Belum, coba kamu telepon."

Sebelum aku menyelesaikan panggilanku , Manda sudah melambaikan tangannya, dia datang bersama Fadil temanku juga. Aku beramah tamah sebentar dengannya lalu kami segera masuk ke area, rasanya sudah tidak sabar. Aku dan Manda juga Fadil mulai bermain dengan gerakan-gerakan yang dulu pernah kita pelajari.

Ice Skating adalah salah satu hal yang bisa membuatku lupa kepenatan hidup, di sini ditemani udara dingin dan mendengar suara sepatu seluncur yang nyaring terasa ada keistimewaan tersendiri bagiku.

"Hai!" sapa seorang gadis manis yang mengenakan jilbab tosca.

"Hai juga."

"Aku lihat kamu mainnya bagus banget, sudah lama main?"

"Enggak juga tapi alhamdulillah pernah juara juga sih."

"Wah keren dong, aku juga suka banget main di sini. Barengan yuk!"

Aku mengangguk dan langsung mengikuti permainan gadis itu. Hampir 2 jam kita bermain, entah kenapa seakan stok energiku masih banyak dan enggan berhenti bahkan Manda sudah istirahat sejak tadi.

Sekarang sudah hampir jam 3 sore, kalau tidak ingat janjiku dengan mama pasti aku masih lanjut bermain mumpung sedang tidak sholat.

Aku bergabung dengan Manda, Fadil dan Icha yang asyik dengan makanan mereka. Aku masih enggan berganti pakaian karena perut dan tenggorokanku belum bisa diajak kompromi, minta diisi dulu.

"Syifa!!" panggil seseorang.

"Mas Rizki!" jawabku kaget.

Aku tidak menyangka bertemu dengannya di sini karena kita sudah sepakat untuk tidak bertemu sampai hari pernikahan dan hanya sesekali bertukar pesan.

Tidak aku pungkiri ada rasa bahagia bertemu dengannya, berlebihan tidak kalau aku bilang rindu dengannya? Astaghfirullah.

Tapi ada sesuatu yang aneh dengan ekspresinya. Dia masih berdiri saja sambil menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan

"Mas Rizki kenapa?" tanyaku khawatir.

"Kamu kenapa berpakaian seperti itu dan main apa itu kamu?" tanyanya dengan ekspresi dingin.

"Oh ini Mas, aku lagi Ice Skating tapi sudah selesai."

Dia hanya menganggukan kepala dan tampak berpikir. Setelahnya langsung pamit pulang meninggalkan kami yang heran dengan sikapnya dan entah kenapa mendadak perasaanku tidak enak.

Pukul 5 sore aku baru sampai rumah karena harus mengantar Icha dulu. Rasanya masih belum tenang, pikiranku masih tertuju pada sikap Mas Rizki tadi.

"Syif baru pulang?" tanya papa.

"Loh Papa kapan sampai rumah?"

"Ini anak ditanya malah balik nanya. Papa sampai habis ashar tadi."

"Hehe, iya Pa."

"Syif, kamu ada apa?" tanya papa terlihat khawatir, beliau mengusap lembut lenganku.

"Memang Syifa kenapa? Alhamdulillah baik-baik saja kok Pa."

3. Gus Dokterku (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang