BAGIAN 2.0 : Tiada Hidup Tanpa Masalah

25 2 0
                                    

  Sejak kami mulai berpacaran aku sadar sebagai seorang "no life" aku bersyukur bisa mendapat pacar yang cantik, apalagi dia lebih tua dariku. Kalau bisa disimpulkan mungkin aku orang yang bahagia di dunia ini, hari ini aku sudah mulai tidak sabar untuk bertemu dengan Kak Sakura.

  Setelah sampai di sekolahan aku mengikuti pelajaran seperti biasa, tetapi pada saat jam istirahat aku akan menghabiskan waktu dengan Kak Sakura. Langkah demi langkah aku menuju kelas 3-1 menemui Kak Sakura, lalu terlihat dia yang sedang duduk manis di ujung pojok kanan layaknya tuan putri.

"Kak Sakura, bagaimana kabarmu ?" Aku bertanya demikian sembari duduk di kursi depannya Kak Sakura.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, bagaimana denganmu ?"

"Setelah melihat wajah dan tubuh Kak Sakura aku jadi bersemangat lagi." Dan setiap kali aku menggodanya dia selalu mencubit pipiku. "Aduhh, sakit !"

"Sebenarnya kau senang kan diperlakukan seperti ini ?" Kemudian dia melepaskan cubitannya dan mengubah topik pembicaraan dengan raut wajahnya yang bahagia.

"Oh iya, kemarin aku mendapat peran untuk menjadi tokoh utama dalam film. Mungkin semua ini berkatmu, jadi aku akan memberimu hadiah." Dia berkata demikian sembari membuka bekal yang dimasaknya sendiri.

"Kak Sakura jangan-jangan kau ingin menyuapiku dari mulut ke mulut ?"

"Bisa bisanya kau berpikir seperti itu saat di sekolah. Tapi jika kau ingin berciuman denganku bisa dilakukan di luar sekolah kok." Mendengar hal tersebut aku terkejut dan bahagia, tidak kusangka dia berkata seperti itu.

"Kak Sakura, aku mencintaimu !" Aku mengatakannya dengan tegas.

"Iya iya aku tahu itu, yang terpenting makanlah dulu sebelum dingin." Dia menjawabnya dengan nada datar.

"Hehh... Lebih penting makanannya dari pada diriku ?"

"Mau gimana lagi keburu makanannya dingin lho !"

Setelah makan dengan Kak Sakura, aku masih mempunyai waktu 10 menit untuk ke kamar mandi dulu. Dan ironisnya setelah keluar dari kamar mandi aku dihadapkan pada pilihan yang sulit, karena sepertinya ada siswi yang dipaksa oleh kakak kelas. Setelah aku mendengar lebih dekat ternyata dia ditembak secara paksa oleh kakak kelas itu, kemudian aku mendekatinya tanpa berpikir panjang.

"Tunggu, kak. Aku lihat dia sedang tidak ingin diganggu lho." Aku berkata demikian kepadanya dengan nada dan ekspresi datar, mungkin dengan itu dia bisa pergi dari kami.

"Hah ? Siapa kau ? Mengganggu waktuku saja."

"Aku hanya orang tidak beruntung karena kebetulan lewat sini. Dan bukannya kau orang pengganggu waktu orang lain ? Dengan memanggilnya ke sini secara paksa kau telah membuang banyak waktunya, apakah kau tidak malu sebagai kakak kelas ?" Saat ini aku tidak merasakan ketakutan apa-apa, mungkin inilah kelebihan seorang "no life".

"Cih, awas saja kau nanti. Akan kuingat kejadian ini." Lalu dia peegi begitu saja dari hadapan kami.

"Apakah kau baik-baik saja ?" Aku mencoba mengajukan pertanyaan kepadanya, mungkin aku bisa mendapat jawaban yang singkat.

"Iya aku tidak apa-apa. Ngomong-ngomong nama kakak siapa ?"

"Ohh.. aku Hitaka Rey, seorang "no life" yang mencari masa muda." Aku hanya jujur mengakatan diriku yang sebenarnya, dan aku tidak terlalu ingin menutupi identitasku dari dunia.

"Ihh sungguh jijik sekali kau, bisa bisanya terang terangan mengatakan kalau dirinya "no life"."

"Yahh aku hanya jujur apa adanya, ngomong-ngomong kenapa kakak kelas tadi bisa menembakmu seperti itu ? Ohh aku tahu, mungkin karena tubuhmu sempurna bagi seorang remaja."

"Dihh.. cabul sekali kau, kak. Ngomong-ngomong namaku Kazumi Iroha, kau boleh memanggilku Iroha saja dan terima kasih juga telah menyelamatkanku tadi."

"Aku hanya kebetulan lewat dan semua orang pasti juga akan melakukan hal sama jika berada di posisiku."

"Tidak, mungkin tidak semua begitu. Yang terpenting terima kasih yaa kak, kalau begitu aku pergi dulu."

  Kemudian dia pergi setelah itu, dan begitu pula denganku aku pergi dari tempat itu. Hal yang mengejutkan adalah ketika aku berbalik badan tiba-tiba aku melihat Kak Sakura sedang menatapku layaknya aku seperti sampah.

"Wah aneh sekali ya berbicara dengan adik kelas perempuan di depan pintu luar kamar mandi, sedangkan pacarnya yang di sini sedang mencarinya."

"Tunggu dulu Kak Sakura, aku bisa jelaskan ini jadi tenang dulu !"

"Tidak, aku pergi dulu ! Kau tidak perlu menjelaskan." Sudah kuduga dia bakal pergi begitu saja tetapi aku tidak mengejarnya karena bel masuk sudah berbunyi, mungkin akan aku jelaskan nanti pulang sekolah.

  Dan akhirnya jam sekolah selesai, aku langsung bergegas menuju kelas 3-1 untuk menemui Kak Sakura. Tapi setelah aku mengajaknya pulang dia masih marah.

"Kak aku ingin menjelaskan tentang yang tadi."

"Hari ini aku pulang sendiri saja dulu." Dia berkata demikian dengan nada datar.

"Tunggu setidaknya biarkan aku menjelaskan dulu."

"Baiklah akan kudengarkan, jika alasanya bisa aku terima aku akan pulang bersamamu."

"Sudah kuduga memang aku itu mencintaimu, kak." Lalu aku menceritakan kejadian tadi dari awal sampai akhir, dan untungnya dia dapat mengerti hal itu.

"Baiklah, aku maafkaan untuk kali ini. Ayo kita pulang."

"Kak Sakura, sebelum pulang aku ingin mengatakan suatu hal padamu !"

"Apa itu ?"

"Aku mencintaimu"

"Setelah ketahuan berselingkuh kau mengatakan itu padaku." Kemudian dia menginjak kakiku dan entah berapa kali kakiku telah diinjak olehnya.

  Lalu kami berdua pulang bersama seperti biasa, hal yang aku pelajari dari dirinya yaitu dia manis sekali saat marah maupun ekspresi lainnya. Memang aku merasa hidupku akhir-akhir ini bahagia dari pada saat aku menjalani kehidupan "no life" ku di rumah sendiri.

Masa Muda Yang SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang