BAGIAN 2.2 : Memang, Kak Sakura Yang Terbaik

20 2 0
                                    

9 April 2018, sudah satu hari sejak adikku tinggal. Tapi Aku bersyukur karena saat pagi hari aku tidak perlu membuat sarapan sendiri. Mungkin mulai sekarang Aku akan berangkat sekolah bersama Adiku tentunya naik sepeda.

"Ahh.. sejak tadi malam Aku tidak menelepon Kak Sakura malahan Aku dapat telepon dari si Iroha."

"Ada apa kak ? pagi-pagi menggerumung ?"

"Tidak, saat ini jiwa mudaku sedang semangatanya berangkat sekolah."

"Ahh mana ada orang sepertimu semangat sekolah. Sudah kak aku turun sini sekolah juga sudah dekat."

Setelah sampai sekolahan Aku langsung duduk di bangku kesayanganku pojok sendiri. Dan seperti biasa, kenapa orang-orang sibuk dengan urusan sosial mereka sehingga mereka lupa dengan dirinya sendiri.

"Rey, ada apa kau pagi-pagi sudah seperti orang mau dicabut nyawanya." Sagiri, memang seperti itulah gaya bicaranya tetapi Dia punya niatan yang baik. Tapi sebenarnya Dia enggan menunjukan niat baiknya lewat kata-kata biasa.

"Hahh.. tidak, semalam Aku belum telepon Kak Sakura malahan Aku dapat telepon yang merepotkan."

"Kalau Kau berpikir hal-hal kecil dapat membuat masalah bagimu lebih baik kau ubah sifatmu itu."

"Tidak-tidak, Aku mencintai diriku sendiri. Dari pada merubah lebih baik Aku berkembang, kebanyakan orang berubah karena mereka tidak puas apa yang mereka miliki saat ini maka dari itu manusia tidak pernah bersyukur."

"Ahh keluar lagi logika tidak masuk akal darimu."

Aku merasakan hawa-hawa dilihat oleh seseorang, setelah Aku melirik ke pintu kelas ternyata ada Iroha yang sedang mencariku. Pastinya Aku langsung temui Dia, tidak enak kalau membuat orang menunggu.

"Ada apa ?"

"Ada apa gundulmu ! Kemarin sudah kubilang kan kalau Aku akan nunggu di depan kelasmu"

"Tidak, kukira Kau mau bertemu denganku pas istirahat. Apa Kau sudah tidak sabar ingin bertemu denganku?"

"Ihh jijik sekali Kau ini, sebenarnya Aku ingin minta saran kepadamu tentang Kak Narumi maka dari itu Aku mengajakmu jalan-jalan besok pekan."

Jika Iroha suka dengan Narumi berarti Dia akan jadi saingannya Sagiri secara tidak langsung. Justru Aku bingung apakah Aku harus membantu Dia atau tidak.

"Yaa, kalau itu Aku harus berbicara dulu dengan Kak Sakura karena ini menyangkut hubungan kami."

"Hah..? Apa kau harus minta izin dulu buat menemani adik kelas yang imut ?"

"Hah ? imut dari mana ?" Memang benar kalau Dia imut, tapi Dia begitu hanya ingin Aku membantunya saja.

"Ya sudah Aku tunggu kencan kita besok Minggu" Aku terkaget karena Dia berbicara seperti itu dengan berbisik dekat ke telingaku.

Tahu-tahu setelah Dia pergi ada Kak Sakura muncul dihadapanku, sepertinya Dia marah karena kesalahpahaman ini.

"Wahh.. enak sekali ya pagi-pagi bisa bermesraan dengan adik kelas. Apakah ini yang namanya selingkuh ?"

"Bukan-bukan Aku bisa jelaskan masalah yang barusan."

"Oh setelah tertangkap basah selingkuh kau mau bela diri ?"

"Bukan itu maksudku." Keadaan tidak mendukung guru sudah hampir sampai ke kelas, lalu Kak Sakura pergi ke kelas begitu saja.

Setelah pulang sekolah Aku langsung menuju ke kelas Kak Sakura utnuk mengajaknya pulang bersama tentunya.

"Ada apa ?"

"Hee ?? Padahal Aku ingin pulang bersamamu."

"Kau lupa kalau Aku masih marah kepadamu ?"

"Maka dari itu Aku ke sini."

"Hftt.. mau bagaimana lagi, ayo pulang."

Dan kami pulang bersama lagi tetapi Aku membawanya ke taman dulu untuk menjelaskan semuanya. Setelah Aku jelaskan Dia mengerti akan situasi yang menimpaku, justru itulah kelebihannya mampu memahami orang lain.

"Singkatnya Kau ingin pergi besok Minggu dengan Iroha ?"

"Yaa walaupun terpaksa sepertinya harus Aku lakukan."

"Kalau begitu bantulah Dia, Kau juga temannya Narumi kan ? Pasti Kau bisa memberi dia saran tentang Narumi."

"Wahh.. ternyata Kak Sakura bisa perhatian juga."

"Bodoh jika melihat situasi memang seharusnya begini." Dia mengatakan itu dengan malu-malu.

"Kak Sakura, bolehkah Aku menciummu ?"

"Heh ? Kenapa tiba-tiba ?"

"Kau bilang jika diluar sekolahan tidak apa-apa ?" Jujur, Dia sangat lucu jika malu-malu seperti ini.

"Bodoh, bukan itu yang kumaksud" Dia berbicara dengan nada yang sangat pelan.

"Ehh ? Apa tadi ?"

"Tau ah, bodoh. Tutup matamu sekarang."

"Hah ? sekarang ?"

"Sudahlah tutup saja !" Dia langsung menutup mataku dengan tanganya lalu menciumku. Aku terkaget Dia beneran ingin mencium pipiku dulu dari pada Aku yang melakukannya dulu.

"Ehh.. padahal Aku maunya dari mulut ke mulut."

"Sudahlah jangan congklak." Dia mencubit pipiku dan jujur itu terasa sakit.

"Ehh setelah dicium terus dicubit sakitnya tuh terasa."

"Justru Kau lebih senang jika digitukan kan ?"

Setelah itu Kami pulang dan Aku masih memiliki tanggungan besok Minggu dengan Iroha. Sebenarnya apakah takdirku dibuat agar hidupku penuh dengan wanita ? Jika benar seperti itu ....


Tidak Mungkinlah.

Masa Muda Yang SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang